Banyuwangi Ethno Carnival 2018 Janjikan Eksplorasi Tradisi yang Berbeda

Akhir pekan ini Banyuwangi akan kembali menggelar parade fashion etnik bertajuk Banyuwaungi Ethno Carnival (BEC).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 27 Jul 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2018, 07:30 WIB
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Akhir pekan ini Banyuwangi akan kembali menggelar parade fashion etnik bertajuk Banyuwangi Ethno Carnival (BEC). Acara yang masuk dalam Top 10 Calendar of Event 2018 ini akan digelar Minggu, 29 Juli. Pastinya akan ada sajian yang berbeda yang lebih atraktif dari tahun-tahun sebelumnya.

Terkait hal ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Kamis (26/7/2018) mengatakan, Banyuwangi Ethno Carnival selalu memberikan kejutan di tiap penyelenggaraannya, selalu menampilkan busana dengan tema berbeda tiap tahun yang berakar dari seni dan tradisi lokal.

“BEC tahun ini kami kemas lebih atraktif dari tahun-tahun sebelumnya. Konsepnya baru, seperti tema busananya yang lebih beragam, konsep panggung yang berbeda hingga penampilan talent-talent BEC yang lebih atraktif,” ujar Anas.

 

Tema Puter Kayun

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Tahun ini, BEC mengangkat tema “Puter Kayun", tradisi para leluhur warga Boyolangu Banyuwangi menaiki delman hias menuju Pantai Watu Dodol untuk menggelar selamatan pada hari kesepuluh bulan Syawal.

“BEC konsisten selalu mengusung tema yang berakar pada tradisi lokal untuk kita perkenalkan ke publik global. Semoga dengan strategi budaya ini kita bisa menghargai produk budaya Nusantara yang sangat beragam untuk saling bersanding dengan budaya global,” ungkap Anas.

Lebih jauh Anas mengatakan, konsep BEC tahun ini lahir dari hasil kolaborasi para pelaku seni Banyuwangi dengan akademisi seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang melibatkan koreografer tari ternama, Eko Supriyanto, yang ikut mengonsep aksi tari dalam pembukaan Asian Games 2018.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda mengatakan, tema besar “Puter Kayun” akan dipecah menjadi 10 sub tema yang dituangkan dalam 120 busana etnik.

“Banyaknya tema ini untuk memberikan suasana baru bagi penonton. Kami juga ingin berbagi wawasan yang lebih luas dan mendalam kepada wisatawan tentang makna filosofis dari sub tema tradisi yang diangkat. Jadi tradisi lokal yang diangkat kami eksplorasi lebih dalam,” imbuh Bramuda.

 

10 Panggung Hiburan

Banyuwangi Ethno Carnival
Banyuwangi Ethno Carnival menggelar karnaval etnik dengan tema Majestic Ijen pada 11 November 2017 (Foto: Liputan6.com/Dian kurniawan)

BEC tahun ini juga mengajak para pengunjungnya bisa lebih menikmati atraksi karnaval. Pasalnya, selain ada panggung utama, akan disediakan 10 panggung yang tematik, menyesuaikan sub tema BEC yang diangkat tahun ini.

Ke sepuluh sub tema tersebut adalah Kupat Lepet, Tapekong, Oncor-oncoran, Keris, Buyut Jakso, dan Gedogan. Ada juga sub tema jaran (kuda), dongkar (delman), ejeg (kusir), dan segoro (pantai) watu dodol.

“Bagian-bagian dari tradisi Puter Kayun diangkat jadi sub tema yang dituangkan dalam tema busana. Mulai dari makanan khas, hiburan, aksesoris pelengkapnya, tokohnya, dokar, hingga Pantai Watu Dodolnya,” ujar Bramuda.

BEC juga dipastikan makin seru dengan penampilan 100 penari gandrung, sendra tari, dan puluhan musisi Banyuwangi yang terkenal dengan lagu berbahasa Osing.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya