Kemenpar Promosikan 7 Kota Unggulan untuk MICE di Pameran IT & CMA 2018

7 kota unggulan MICE tebar pesona di Pameran IT & CMA 2018 Thailand.

oleh Cahyu diperbarui 21 Sep 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2018, 13:00 WIB
Pameran IT & CMA 2018
7 kota unggulan MICE tebar pesona di Pameran IT & CMA 2018 Thailand.

Liputan6.com, Thailand Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berpartisipasi di ajang Incentive Travel & Convention, Meeting Asia (IT&CMA) 2018 pada 18 hingga 19 September 2018. Bertempat di Bangkok Convention Centre, Thailand, Kemenpar mendorong 10 industri tanah air untuk menjual pariwisata Tanah Air.

Ada tujuh kota unggulan di Indonesia untuk wisata Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang diunggulkan dalam pameran tersebut. Adapun tujuh kota itu adalah Jakarta, Bali, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Lombok.

"Kami siap menawarkan seluruh paket di tujuh kota itu. Kami bisa buatkan paket yang cantik dan efektif. Dan Kami bersyukur juga sudah banyak buyers yang memesan beberapa kegiatan MICE-nya di tujuh kota. Terima kasih Kemenpar telah mengakomodir kami, karena ini membuka peluang bisnis kami untuk menambah terus wisatawan," ujar salah satu seller asal Indonesia, Frederik Kusuma, dari Dimension in Bali.

Hal senada juga dikatakan oleh General Manager Gaia Cosmo Hotel Yogyakarta, Ivan Andries. Ia menjelaskan, di bawah komando Menteri Pariwisata Arief Yahya, okupansi jotelnya mengalami peningkatan drastis hingga mencapai 70 persen satu bulan. Gaia Cosmo Hotel pun selalu ikut Kemenpar di berbagai pameran.

"Rombongan wisatawan MICE ke Yogyakarta semakin besar. Kami bersyukur, hotel kami dekat dengan bandara dan gelanggang olahraga. Kegiatan MICE sangat cocok untuk kami dan Kemenpar sangat membantu kami di promosi seperti pameran ini," ucap Ivan.

Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kemenpar, I Gede Pitana, mengatakan bahwa Kemenpar saat ini sedang terus menggenjot promosi MICE. Dia ingin MICE tidak hanya banyak dan fokus di tiga kota, yakni Bali, Jakarta, dan Yogyakarta saja.

"Namun harusnya juga maju di kota-kota lain. Karena di kota lain destinasi kita juga sudah siap. Apalagi wisatawan MICE spending money-nya sangat tinggi, yang akan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat," kata Pitana.

Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar, Iyung Masruroh, menambahkan bahwa wisata MICE bisa menjadi unggulan. Data travel trend report UNWTO mencatat pada 2016, total perjalanan wisata di dunia mencapai 1,235 miliar orang, 24 persennya atau sekitar 296,4 juta diantaranya adalah business traveller yang melakukan kegiatan MICE.

MICE juga diprediksi mampu meningkatkan daya saing kepariwisataan Indonesia dan meningkatkan pendapatan devisa. Sebab, spending wisatawan MICE tujuh kali lipat lebih banyak dari wisatawan biasa atau leisure traveller.

"Dan di pameran MICE terbesar di Asia Pasifik inilah salah satu momentum yang akan kami ambil. Appoinment di pameran ini sudah sangat terukur, karena buyers dan sellers sudah membuat janji pertemuan yang akan berujung kepada kesepakatan untuk datang dan melakukan wisata MICE di tanah air," ujar Iyung.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa pemerintah mentargetkan kunjungan jumlah wisatawan sebesar 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Ini menjadi tantangan Kemenpar untuk melakukan percepatan strategi pencapaian target tersebut.

Ia mengatakan, sebagai portfolio produk pariwisata Indonesia tahun 2015-2019, wisata MICE dan event ditargetkan sebesar 60 persen dari 5 persen jenis wisata buatan.

"Target tersebut tidak hanya pada jumlah wisman, tetapi juga pada besarnya spending dari Wisman. Nah, pariwisata melalui dampak ekonominya bisa menjadi penopang ekonomi Indonesia," ucap Arief.

Ia mengatakan, semua unsur memang harus bergandengan tangan untuk mensukseskan pariwisata Indonesia. Industri pariwisata dan Kemenpar harus terus bersinergi.

"Karakter jenis business tourist sangat berbeda dengan leisure tourist, di mana motivasi utama kunjungan MICE adalah melakukan bisnis. Hal itu tentunya akan menyebabkan perilaku berwisata, terutama dalam hal pembiayaan selama kegiatan juga berbeda dengan wisatawan biasa. Nah, momentum ini harus diusung dengan baik dan profesional dalam semua kegiatan MICE," kata Arief.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya