Liputan6.com, Jakarta - Industri fashion Indonesia saat ini semakin berkembang ke arah yang lebih dinamis. Hal ini dapat kita ketahui dari beberapa indikasi yang terjadi, misalnya lahirnya berbagai lembaga pendidikan fashion dan atau mata kuliah fashion di beberapa universitas ternama.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, hal itu membuat PT. Lucky Print Abadi yang tergabung di Lucky Textile Group melihat sebuah potensi kebangkitan di balik belum adanya sinergi yang berkesinambungan antara pelaku industri fashion dengan pelaku industri tekstil.
Advertisement
Baca Juga
Karena itu, mereka mendirikan Lucky Design Studio, salah satu divisi dari PT. Lucky Print Abadi yang terdiri dari para desainer kreatif yang setia mengikuti perkembangan Trend Textile dan Fashion baik dari Asia, Eropa maupun Amerika, dimana setiap tahunnya mengeluarkan dua kali Trend Fabric Forecast (Spring Summer dan Fall Winter).
Lucky Trend Book adalah salah satu cara untuk mempromosikan Lucky Print Abadi, baik lokal maupun internasional. Buku tren itu setidaknya dipromosikan dalam empat pameran internasional selama setahun, yakni New York, Paris, Shanghai dan Vietnam.
Pada awal tahun ini, Lucky Textile berkolaborasi dengan Phangsanny untuk mempersembahkan sebuah pagelaran busana bertema Equilibre (keseimbangan – keharmonisan) di Royal Jakarta Golf Club, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada 19 Februari 2019. Tema itu diangkat untuk mengingatkan agar manusia selalu menjaga keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan antara teknologi dan alam, dengan sub tema konsep: Soulmatra, Creativolution, dan Ecomorphosa.
Pagelaran tersebut juga berkolaborasi dengan Sekolah Mode Esmod dan Binus Northumbria. Sebanyak empat siswa Esmod Jakarta yang berpartisipasi, membawakan 15 koleksi yang proses pengerjaannya dimulai dari Januari lalu.
Yang pertama ada Indira Febriany. Terinspirasi dari permainan paintball yang dimainkan di hutan, Indira menerapkan gaya safari dengan percikan warna pada koleksinya. Lalu, ada Yolivia Krisdianti, yang menggambarkan hubungan antara binatang dan habitatnya.
Selanjutnya ada Ayu Dinda Wijayanti yang terinspirasi dari hukum kehidupan di hutan, di mana semua yang terjadi berakibat pada keseimbangan alam. Terakhir adalah Rizka Riani Putri yang mengaplikasikan harmonisasi warna alam dan sekitarnya ke koleksinya.
Karya Busana Apik BNSD
Sementara itu, para mahasiswa Binus Northumbria School of Design (BNSD) diberikan kebebasan dalam berkarya asal sesuai dengan tema Equilibre yang berarti menyatu dengan alam.
Koleksi Real Eyes, misalnya, terinspirasi dari hubungan antara alam semesta dan kehidupan manusia. Mengambil warna-warna yang sedikit lebih berani yang terinspirasi oleh matahari, laut, bunga, bumi dan manusia, masing-masing diterjemahkan ke dalam coretan abstrak yang membentuk desain tercetak.
Koleksinya menawarkan suasana santai namun santai yang hadir dalam bentuk kimono dan siluet flowy. Berwarna-warni, muda dan modern adalah kata kunci dari koleksi Real Eye yang diciptakan Katarina Laurensia dan Sintia Agustine.
Sementara, Victoria Budiman Nadya Driane mengusung tema Prevailing Harvester. Terinspirasi oleh konsep Lucky Print tahun ini, hubungan dengan alam ini adalah salah satu yang paling penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Diilustrasikan dengan indah, hasil panen ini merangkul konsumen dengan pakaian, seperti halnya alam. Dengan koleksi ini, keduanya membungkus pemanen dengan ilustrasi bunga dan tanaman hijau di bumi untuk mengingatkan pada betapa melimpahnya alam sebenarnya.
Sementara, Anya Annastasya mengusung koleksi Mini yang terinspirasi dari keharmonisan alam dan budaya Shinto di Jepang. Memahami bahwa esensi dari keyakinan itu adalah menghormati dan menghormati alam, ia mengambil kimono yang modern dan kasual sebagai siluet utama.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement