Bentara Budaya Kembali Gelar Lomba dan Pameran Triennial Seni Grafis Indonesia

Bentara Budaya menggelar Kompetisi Internasional Triennial Seni Grafis Indonesia VI, yang diikuti oleh 317 karya dari 166 pegrafis dari 26 negara.

oleh Henry Hens diperbarui 27 Apr 2019, 05:05 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 05:05 WIB
Bentara Budaya Jakarta
Triennial di Bentara Budaya Jakarta. (foto: dok. Bentara Budaya)

Liputan6.com, Jakarta - Triennial Seni Grafis Indonesia digagas oleh Bentara Budaya sejak 2003 dengan harapan dapat memicu perkembangan kualitas karya para pegrafis di Indonesia. Lalu untuk memperlebar cakrawala apresiasi para penikmat seni di tanah air secara berkesinambungan.

Semua peserta wajib mengirimkan hasil karya yang mengacu pada norma konvensional Seni Grafis. Hal itu mencakup ketaatan teknis pada empat teknik cetak dasar seni grafis, yaitu: cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring. Proses penciptaan dilakukan secara analog (non-digital), punya orisinalitas dan otentitas estetik.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, di tahun ini, Bentara Budaya menggelar Kompetisi Internasional Triennial Seni Grafis Indonesia VI. Perhelatan yang ditujukan untuk mendukung dan membantu perkembangan seni grafis ini diikuti oleh 317 karya dari 166 pegrafis asal 26 negara.

Negara asal peserta tersebut antara lain Argentina, Australia, Banglades, Nepal, Bosnia, Brazil, Bulgaria, China, Colombia, Mesir, Perancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Moldova, Filipina, Polandia, Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, Turki, Serbia, Kroasia, Singapura, dan Kanada.

Sebagai acara puncak diselenggarakan pameran 30 finalis serta malam penghargaan bagi para pemenang pada Rabu, 24 April 2019 di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat. Ada penampilan khusus dari penyanyi jazz Syaharani and Queenfireworks di acara tersebut. Sedangkan pameran akan berlangsung pada 25 April-5 Mei 2019.

Seluruh karya diseleksi secara ketat oleh para dewan juri. Mereka adalah Ipong Purnama Sidhi (ketua dewan juri dan kurator Bentara Budaya), Dwi Marianto (penulis buku dan dosen ISI Yogyakarta), Edi Sunaryo (Perupa dan Dosen ISI Yogyakarta), Devy Ferdianto (Pegrafis dan Kepala Divisi Seni Cetak Ganara), dan Theresia Agustina Sitompul (Perupa, Pegiat Studio Grafis Minggiran Yogyakarta dan Dosen ISI Surakarta).

Direktur Program Bentara Budaya, Frans Sartono, menyebutkan bahwa Triennial Seni Grafis Indonesia adalah bentuk komitmen Bentara Budaya untuk mendukung perkembangan seni grafis di Indonesia. Penyelenggaraan kompetisi ini didukung oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Potensi lain kertas

Bentara Budaya Jakarta
Triennial di Bentara Budaya Jakarta. (foto: dok. Bentara Budaya)

"Kami menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan bertaraf internasional Triennial Seni Grafis, karena dapat menjadi salah satu wadah bagi para seniman grafis Indonesia dalam mengembangkan karyanya. Pada era digital dan teknologi saat ini, seni grafis masih memperlihatkan eksistensinya," terang Saleh Husin selaku Managing Director Sinar Mas.

Kertas selama ini dikenal sebagai media untuk menulis atau mencetak, dan pada kompetisi ini menjadi bahan dasar dalam pembuatan seni grafis.

"Sejak lahir, kita sudah terbiasa menggunakan kertas dalam berbagai wujudnya di hidup kita, mulai dari buku tulis, tisu, koran, sampai kardus dan kemasan makanan. Lewat ajang ini, kertas menunjukkan potensi dan manfaat lainnya, yaitu menjadi produk bernilai seni tinggi," jelas Saleh.

Selain kompetisi serta pameran karya finalis dan pemenang, Triennial Seni Grafis kali ini juga akan dipadukan dengan workshop seni grafis, gambar bareng bersama komunitas Indonesia’s Sketchers dan Bogor Sketchers.

Ada juga kelas kokoru untuk pelajar sekolah dasar yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman seni kepada masyarakat umum. Seluruh acara bersifat gratis dan terbuka untuk umum.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya