Liputan6.com, Jakarta - Dalam perjalanan spiritualnya, KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur kembali menunjukkan kedalaman ilmu batinnya. Peristiwa ini terjadi saat Gus Dur bersama Kiai Said Aqil Siradj berziarah ke Madinah, tepatnya di sekitar Masjid Nabawi. Kisah ini menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan yang diungkapkan oleh Kiai Aqil sendiri.
Kisah tersebut diikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SobatIman. Di dalam video itu, Kiai Aqil Siradj menceritakan kejadian malam di Madinah ketika Gus Dur mengajaknya mencari seorang wali yang diyakini berada di kawasan Masjid Nabawi.
Advertisement
Setelah berziarah dan berdoa di Raudhah, Gus Dur tiba-tiba mengajak Kiai Aqil berjalan-jalan di sekitar masjid. Malam itu, suasana terasa khusyuk. Gus Dur berkata ada seorang wali yang berada di sana, dan mereka harus menemukannya.
Advertisement
Awalnya, Kiai Aqil bertemu dengan seseorang yang mengenakan sorban tinggi. Orang tersebut tengah sibuk mengajar para santrinya. Dengan penuh keyakinan, Kiai Aqil bertanya kepada Gus Dur, “Apakah ini walinya, Gus?” Namun, Gus Dur hanya menggelengkan kepala dan menjawab, “Bukan.”
Pencarian pun berlanjut. Tidak lama kemudian, mereka bertemu dengan seseorang yang memiliki jidat hitam tanda seringnya bersujud. Orang tersebut mengenakan sorban putih dan terlihat sangat berwibawa. Kembali, Kiai Aqil bertanya kepada Gus Dur, “Apakah ini walinya, Gus?” Lagi-lagi, Gus Dur menjawab, “Bukan ini.”
Kiai Aqil mulai merasa heran. Mengapa dua sosok yang terlihat begitu alim bukanlah wali yang dicari Gus Dur? Namun, ia tetap mengikuti langkah Gus Dur dengan penuh rasa penasaran. Mereka terus berjalan mengitari kawasan masjid hingga akhirnya Gus Dur menghentikan langkahnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Begini Sosok Wali yang Dicari Gus Dur
Di sebuah sudut, tampak seseorang yang duduk di atas sajadah. Orang tersebut mengenakan sorban kecil biasa dan terlihat sederhana. Ia duduk tenang tanpa menarik perhatian siapa pun. Gus Dur kemudian berkata kepada Kiai Aqil, “Ini dia walinya.”
Kiai Aqil sempat terkejut. Bagaimana mungkin sosok yang terlihat begitu sederhana justru adalah wali yang dicari Gus Dur? Namun, ia tidak meragukan ucapan Gus Dur. Dengan penuh hormat, Kiai Aqil mendekati orang tersebut.
“Syekh,” kata Kiai Aqil memperkenalkan Gus Dur, “ini adalah Ustadz Abdurrahman Wahid, Ketua organisasi Islam terbesar di Asia.” Kiai Aqil menjelaskan bahwa tujuan mereka mencari wali adalah untuk meminta doa.
Mendengar penjelasan itu, wali tersebut tidak banyak bicara. Dengan penuh khusyuk, ia mengangkat tangan dan mendoakan Gus Dur. Doa itu berisi permohonan agar Gus Dur diridai Allah, diampuni dosa-dosanya, dan diberikan kesuksesan dalam hidupnya.
Setelah selesai berdoa, wali tersebut berdiri sambil menyeret sajadahnya. Sebelum pergi, ia berbisik lirih dengan nada yang penuh kerendahan hati, “Dosa apa saya ini, hingga kedudukan saya diketahui oleh orang?”
Kiai Aqil mengaku tak bisa melupakan momen tersebut. Baginya, peristiwa ini semakin menegaskan bahwa Gus Dur memiliki kemampuan batin yang tidak biasa. Sosok wali yang ditemukan Gus Dur adalah pribadi yang sangat sederhana dan jauh dari kesan mencolok.
Advertisement
Bukti Keistimewaan Gus Dur
Pengalaman itu juga memberikan pelajaran berharga bagi Kiai Aqil. Bahwa kewalian bukanlah tentang penampilan fisik atau atribut yang dikenakan. Kewalian adalah soal kedekatan seseorang dengan Allah yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki kepekaan batin.
Gus Dur, dengan kepekaan spiritualnya, mampu mengenali sosok wali di antara banyak orang. Sementara itu, orang biasa seperti Kiai Aqil membutuhkan waktu dan bimbingan untuk bisa memahami kedalaman rahasia tersebut.
Momen di Masjid Nabawi itu menjadi salah satu bukti nyata dari keistimewaan Gus Dur. Tak heran jika sosoknya dikenal sebagai pemimpin yang tidak hanya memiliki pengetahuan intelektual, tetapi juga kemampuan spiritual yang luar biasa.
Bagi Kiai Aqil, peristiwa di Madinah tersebut juga memperkuat keyakinannya bahwa keistimewaan seorang wali tidak bisa diukur dengan kasat mata. Hal ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu menghargai setiap orang tanpa melihat penampilan luarnya.
Cerita tentang Gus Dur dan wali di Madinah ini hingga kini masih menjadi bahan renungan. Banyak yang percaya bahwa Gus Dur memang memiliki kedudukan khusus di sisi Allah, sehingga mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa.
Dengan penuh rasa kagum, Kiai Aqil menutup kisahnya dengan ungkapan syukur karena diberi kesempatan menyaksikan langsung kejadian tersebut. Peristiwa di Madinah itu menjadi salah satu pengalaman spiritual yang paling berharga dalam hidupnya.
Kisah ini pun menjadi pengingat bagi umat Islam tentang pentingnya tawaduk dan ketulusan dalam menjalani kehidupan. Karena di balik kesederhanaan, bisa saja tersembunyi keistimewaan yang luar biasa.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul