Oscar Lawalata Putar Otak Lestarikan Kain-Kain Tradisional

Desainer Oscar Lawalata mengkritik pihak yang menyandingkan kain-kain tradisional dengan produksi fesyen massal.

oleh Putu Elmira diperbarui 23 Okt 2019, 22:02 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2019, 22:02 WIB
Oscar Lawalata
Oscar Lawalata dalam sesi bincang-bincang Mendefinisikan Lagi Identitas Indonesia: Aku Indonesia by Oscar Lawalata di Fashionlink Showroom and Market, Senayan City, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Oscar Lawalata tak hanya dikenal sebagai salah satu desainer ternama Tanah Air yang telah menlahirkan deretan karya apik. Di sisi lain, ia turut melestarikan kearifan lokal lewat mengumpulkan sekaligus mengoleksi wastra-wastra Indonesia.

Wujud nyata lain dari upaya Oscar Lawalata menjaga keanekaragaman kain Indonesia adalah melalui kampanye budaya. Kampanye teranyarnya adalah I Am Indonesian Future: Aku dan Kain yang memamerkan 33 kain tradisional dari berbagai wilayah di Nusantara.

Oscar juga berbagi cerita dalam bincang-bincang bertajuk Mendefinisikan Lagi Identitas Indonesia: Aku Indonesia by Oscar Lawalata. Sesi ini digelar dalam salah satu rangkaian pekan mode Jakarta Fashion Week 2020 di Fashionlink Showroom and Market, Senayan City, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.

Kecintaan Oscar pada kain tradisional bermula dari ketertarikannya pada seni dua dekade silam. Namun karena keadaan kala itu, ia tidak sempat sekolah seni dan akhirnya mendalami fashion.

"Saya suka kain Indonesia, sesuatu yang kaya unik dan hanya ada di Indonesia. Seni turun temurun, membuat motif yang berlangsung berabad-abad tidak mudah," kata Oscar Lawalata.

Saat mendalami, ia pun mengetahui proses pembuatan kain-kain. Hal yang kian membuatnya terkagum-kagum adalah diperlukan kemampuan khusus dalam membuat sehingga penenun dan pembatik disebutnya sebagai profesi.

"Dari melihat proses, motif keragaman, semakin dalam lagi, Sumatera dan Indonesia Timur teknik pengerjaannya macam-macam. Dari sana aku berpikir, apa hubungan kain Indonesia sama fashion Indonesia, ini korelasinya apa?" tambahnya.

Oscar akhirnya belajar fashion secara formal pada 1996 dan membuka usaha kecil-kecilan dua tahun kemudian. Dikatakannya, kala itu tidak mudah menjelajah Indonesia seperti saat ini. Shopping mall hingga brand kain tidak sebanyak sekarang, kalau pun ada mirip tetapi lebih terbatas.

"Di kita kurang mengapresiasi sejarah, jadi ada sesuatu informasi yang terputus. Melihat fashion Eropa seperti Christian Dior, Chanel, bagaimana para desainer merekonstruksi dari baju-baju Eropa yang dulu, berevolusi jadi sekarang, rekam jejaknya jelas," tambahnya.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekam Jejak yang Terputus

Pameran Aku dan Kain Oscar Lawalata
Pameran kain I Am Indonesian Future: Aku dan Kain oleh Oscar Lawalata dan Glenn Prasetya. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Jika di Eropa demikian, tidak halnya di Tanah Air. Menurut Oscar, rekam jejak terputus di mana baju-baju daerah yang lalu dilihat hanya sebagai sesuatu yang kuno.

"Tiba-tiba kita terlahir dan melihat baju-baju modern, which is yang terinspirasi dari Eropa lebih kepada retail atau mass production, ready to wear, gampang dibuat. Fashion juga dilihat dari kacamata industri gimana bisa beri sumbangsih terbesar, itu harus clear, dari sisi budaya nggak matching itu," tambahnya.

Oscar melanjutkan, kain buatan tangan punya kuantitas terbatas dan tidak bisa langsung disandingkan dengan fast fashion, tetapi slow fashion. Untuk mencapai hal itu, perlu ada wadah dan edukasi terutama soal gaya hidup.

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang bagaimana membuat lifestyle kain Indonesia tetap keren atau bagus melalui anak muda, which is yang saya lakukan di pameran Aku dan Kain, salah satu misinya itu," tuturnya.

Selain kampanye, pameran Aku dan Kain yang digelar Oscar Lawalata bertujuan untuk mengaja generasi muda lebih mengenal dan mencintai kain-kain Indonesia.

"Saya challenge mereka, saya kasih lihat kain Nusantara dan mereka tahu ternyata Aceh punya songket, Nusa Tenggara Timur ada tenun dari Biboki, mereka jadi mau tahu, ini kain apa," kata Oscar.

Ia menambahkan, sama halnya saat ke museum di luar negeri kadang-kadang melihat dan tersasar ke sebuah informasi dan membuat jadi ingin tahu. Peran museum penting untuk tahu bahwa museum keren.

"Orang mau menilik ke masa lalu. Nanti akan terkoneksi sendiri ke pikiran masing-masing. Package lewat kain itu perlu," jelasnya.

Sementara, pameran kain koleksi Oscar Lawalata di I Am Indonesia Future: Aku dan Kain berlangsung mulai 3 hingga 31 Oktober 2019 di Senayan City Level 1, Jakarta. Pada kampanye kali ini, Oscar berkolaborasi dengan fotografer Glenn Prasetya untuk memberi influence pada generasi muda lewat visual story untuk koleksi autentik kain-kain tradisional Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya