Hindari Corona, Keluarga Miskin di Hong Kong Berjuang Beli Masker

Studi yang dirilis pada 23 Februari 2020 menunjukkan 70 persen keluarga miskin berjuang untuk sekadar beli masker.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Feb 2020, 09:03 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 09:03 WIB
Takut Virus Corona, Warga Hong Kong Antre Masker Gratis
Warga mengantre untuk mendapatkan masker wajah gratis di luar sebuah toko di Tsuen Wan, Hong Kong, Selasa (28/1/2020). Hong Kong terkonfirmasi memiliki delapan kasus infeksi virus corona. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran virus corona datang bersama ragam cerita. Salah satunya sesederhana kemampuan membeli masker demi menghindari infeksi virus yang bernama resmi COVID-19 tersebut.

Society for Community Organisation (SoCO), mengutip laman South China Morning Post, Senin, 24 Februari 2020, mengungkap dalam studi yang dirilis 23 Februari 2020 bahwa hampir 70 persen keluarga miskin di Hong Kong berjuang membeli masker.

Bantuan yang sudah diberi pemerintah tercatat belum cukup untuk kebanyakan keluarga. Pada survei yang dilakukan antara 11--18 Februari 2020 tersebut, ditemukan 397 keluarga miskin punya stok masker kurang dari 10 buah di rumah.

Lebih dari 66 persen mengatakan, penyebaran virus corona memengaruhi pendapatan keluarga mereka, sementara 24 persen lainnya bahkan kehilangan pekerjaan akibat merebaknya virus mematikan tersebut.

Wen Qifei, perempuan yang hidup bersama suami dan dua anak mereka berusia dua, juga empat tahun mengatakan, sekarang ada 10 masker tersisa di rumah.

Tapi, sang suami yang bekerja di konstruksi menggunakan setidaknya dua masker per hari saat bekerja. "Jadi, kami menghindari bepergian keluar rumah (demi menghemat masker)," ucapnya.

"Masker sudah sangat sulit ditemui. Sekali pun ada, harganya lebih dari 100 dolar Hong Kong atau Rp176 ribu untuk empat masker. Kami tak punya cukup uang untuk terus-menerus membeli masker yang sebegitu mahal," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Upaya Penghematan Masker

Masker Cegah Virus Corona
Orang-orang memakai masker saat menaiki eskalator di Bandara Internasional Hong Kong di Hong Kong, Selasa (21/1/2020). Masker terjual habis dan pemeriksaan suhu di bandara dan stasiun kereta api menjadi norma baru di China menyusul merebaknya wabah virus corona. (AP/Ng Han Guan)

Lau Choi-yu, perempuan berusia 70 tahun-an, bercerita dirinya memakai satu masker untuk tiga sampai empat hari dengan cara meletakkan kulit buah agar bagian dalam masker tidak basah. "Saya takut masker saya cepat habis," katanya.

SoCO Community Organiser Sze Lai-shan mengatakan, padahal, keluarga berpendapatan rendah punya risiko lebih besar terkena corona ketimbang yang lain. "Dengan kondisi tempat tinggal pun mereka punya risiko terinfeksi (virus corona) walau tak keluar rumah," tuturnya.

Tercatat pada 23 Februari 2020, masker dijual antara 210--350 dolar Hong Kong Rp370 ribu--Rp617 ribu per 50 buah di Mong Kok. Kondisi ini membuat beberapa organisasi melontarkan rencana bagi-bagi masker, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.

Hong Kong Community Anti-Coronavirus Link sendiri menyebut akan mendistribusikan lebih dari satu juta masker di 400 titik seantero kota dalam beberapa hari ke depan.

Democratic Alliance for the Betterment and Progress of Hong Kong (DAB) Chairwoman Starry Lee Wai-king mengatakan, warga sudah 'berteriak' meminta tolong. Maka dari itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk punya kendali atas jumlah masker maupun material antiseptik lainnya, 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya