Cerita Akhir Pekan: Beli Masker Mewah, Sepadankah dengan Keamanannya?

Sebagai alat pelindung diri di masa pandemi, saat ini beredar sederet masker dari yang harganya terjangkau hingga mewah.

oleh Putu Elmira diperbarui 26 Jul 2020, 10:01 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2020, 10:01 WIB
FOTO: Peragaan Busana Kala Pandemi COVID-19
Model mengenakan masker dalam peragaan busana di Seoul, Korea Selatan, Jumat (24/7/2020). Peragaan busana ini digelar di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia. (AP Photo/Lee Jin-man)

Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi yang tengah melanda seantero dunia, penggunaan masker menjadi salah satu upaya untuk menekan transmisi corona Covid-19. Kondisi krisis ini pula, turut melahirkan tren baru dari segi produksi masker.

Kini telah beredar beragam jenis masker kain yang dapat digunakan kembali. Di sisi lain, para pelaku industri kreatif menciptakan deretan masker yang dapat dibeli dengan harga terjangkau hingga masker mewah bernilai fantastis.

Sebut saja seperti masker yang dihadirkan oleh label fashion yang berbasis di New York, Collina Strada. Dilansir dari laman Insider, Sabtu, 25 Juli 2020, sang desainer label ini membuat masker seharga 100 dolar AS atau sekitar Rp1,5 juta.

Collina Strada
Collina Strada menghadirkan masker seharga mulai 100 dolar AS. (dok. Instagram/collinastrada/https://www.instagram.com/p/B_DYjzVgOHx/

Masker ini diikat dengan pita dan memiliki celah untuk memasukkan filter di dalamnya. Untuk setiap masker yang terjual, tiga di antaranya akan disumbangkan ke sebuah organisasi bernama Seeding Sovereignty. Berdasarkan deskripsi produk, cara terbaik untuk mensterilkan masker adalah dengan mencuci di air panas, menyetrika, dan membiarkannya dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa jam.

Ada pula masker yang dibuat oleh desainer Roopa Pemmaraju. Masker yang dijual seharga 120 dolar AS atau setara Rp1,7 juta itu hadir dengan sentuhan bordir dan beberapa warna berbeda yang tersedia dalam ukuran XS--XXL. Dideskripsi produk, masker dirancang dengan celah untuk memasukkan filter. Selain itu, masker juga harus dicuci dengan tangan bersama air dingin dan sabun.

Lalu, desainer Michael Ngo, juga memproduksi masker dengan harga berkisar 110 dolar AS hingga 500 dolar AS atau setara Rp1,6 juta hingga Rp7,2 juta. Setiap masker adalah buatan tangan dan dihiasi oleh sang desainer.

Semua hasil bersih dari penjualan masker akan diberi kepada Los Angeles Regional Food Bank, sebuah organisasi yang membantu menyediakan makanan untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang terdampak Covid-19. Masker dibuat sesuai pesanan dan memerlukan satu hingga dua minggu untuk dikirim.

Sementara, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan menyebut, mengenakan masker adalah salah satu cara untuk melindungi diri dan orang lain dari corona Covid-19. Hal ini mengingat penularan corona sendiri melalui droplet.

"Jika seseorang memakai masker, maka kalau dia mengeluarkan droplet saat bicara atau batuk, itu akan tertahan di masker sehingga dia melindungi orang lain, demikian juga orang lain pakai masker supaya droplet-nya tidak keluar dan melindungi kita," kata Erlina saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 23 Juli 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemakaian Masker

FOTO: Mengunjungi Museum Seni Tate Modern di London
Staf mengenakan masker saat berdiri di depan instalasi seni dalam pratinjau media di museum seni Tate Modern, London, Jumat (24/7/2020). Tate Modern, Tate Britain, Tate Liverpool, dan Tate St Ives akan dibuka kembali untuk umum mulai 27 Juli setelah ditutup akibat pandemi COVID-19. (Xinhua/Ray Tang)

Dilanjutkan Erlina, dalam kondisi pandemi saat ini karena semua orang diwajibkan memakai masker dan keterbatasan masker bedah, maka diperbolehkan memakai masker kain. Kendati demikian, ada hal yang perlu diperhatikan.

"Tetapi ada syaratnya, kalau masker kain dipakai setiap tiga atau empat jam diganti dan basah juga diganti, walaupun satu jam baru pakai tapi sudah basah, maka harus diganti," tambahnya.

Di masa pandemi ini pula, disebutkan Erlina, semua bahan dapat digunakan sebagai masker. "Tapi memang diharapkan yang tiga layer. Memang ada beberapa orang yang memakai masker mewah, mungkin lebih nyaman tapi harganya mahal, menurut saya boleh-boleh saja, kalau memang ada uang untuk itu," ungkapnya.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk memiliki beberapa persediaan masker kain yang akan digunakan ketika akan ke luar rumah. "Apa lagi masker kain re-use artinya setelah dipakai, dicuci dengan detergen sehingga virusnya mati, sebetulnya murah kok kita bisa dan orang lain mencegah transmisi penularan virus ini. Pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan," jelasnya.

Di sisi lain, Erlina melihat ada banyak orang yang abai dengan tidak mengenakan masker, meski ketika di tengah keramaian. "Sekarang saya ingin mengatakan kepada masyarakat bahwa harus menjadi agen edukasi untuk dirinya, lingkungan, dan masyarakat pada umumnya," ungkap Erlina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya