Liputan6.com, Jakarta - Tak kurang dari seribu lampion terbang menerangi langit di atas wilayah Chiang Mai di utara Thailand pada Sabtu, 31 Oktober 2020. Pemandangan tersebut merupakan bagian dari Festival Yi Peng yang berlangsung pada bulan purnama di bulan ke-12 kalender lunar.
Melansir South China Morning Post, Selasa, 3 November 2020, lebih dari 1,5 ribu orang bergabung dalam perayaan tersebut guna menandai akhir musim hujan dan awal musim dingin. Sayangnya, pembatasan perjalanan akibat pandemi membuat turis asing yang biasanya terlihat di acara tersebut terpaksa absen.
Advertisement
Baca Juga
Namun demikian, penduduk lokal tetap berkumpul merayakan festival umat Buddha tersebut. Lampion-lampion ini dilepaskan ke langit untuk memberi penghormatan pada Buddha, sekaligus menangkal karma buruk. Tapi, perayaan tahun ini juga tak diikuti karnaval seperti tahun sebelumnya, mengingat kondisi pandemi dan jumlah pengunjung yang jauh lebih sepi.
Sementara itu, beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran tentang efek lingkungan dari perayaan tersebut. Pasalnya, lampion kertas dianggap meninggalkan jejak negatif pada lingkungan, berpotensi mennyebabkan kebakaran, masalah lalu lintas penerbangan, dan perlu operasi pembersihan umum setelahnya. Akibatnya, sejak 2016, pemerintah melarang pelepasan lampion di dalam kota, meski masih banyak yang melanggarnya tahun lalu.
Menurut laporan Bangkok Post, perayaan Festival Yi Peng hanya diperbolehkan pada waktu tertentu yang ditetapkan pemerintah setempat, yakni pada 31 Oktober hingga 1 November. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintahan daerah dalam rangka pengamanan wilayah tertentu dari kobaran lampion.
Rathapol Naradisorn, Wakil Gubernur Provinsi Chiang Mai, mengatakan pada awal bulan Oktober bahwa pengumuman provinsi telah dikeluarkan untuk mencegah bahaya atau kerusakan yang berpotensi disebabkan lampion yang berterbangan ke tempat-tempat umum, termasuk bandara Chiang Mai.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perizinan yang Ketat
Pada 2020, pelepasan lampion dapat dilakukan pada 31 Oktober antara pukul 19.00—01.00 dan pada 1 November antara pukul 19.00-01.00, waktu setempat. Penyelenggara acara juga harus meminta izin dari bupati setidaknya 15 hari sebelumnya.
Lampion yang diterbangkan dalam festival juga harus memenuhi standar yang ditetapkan masing-masing komunitas. Selain itu, selama periode ini, semua maskapai penerbangan akan menangguhkan penerbangan dan layanan mereka dengan alasan keamanan.
Perayaan tersebut juga bertepatan dengan Festival Loy Krathong, yaitu saat warga Thailand mengapungkan wadah berisi lilin menyala dengan hiasan bunga-bunga cantik terbuat dari daun pisang di atas sungai. Hal ini dianggap sebagai penghormatan dan ucapan terima kasih pada Dewi Air atau Dewi Sungai, yang mana secara simbolis juga melepaskan kebencian dan kemarahan, meminta maaf untuk pikiran negatif, serta meminta keberuntungan di masa depan dan kehidupan selanjutnya.
Advertisement