Memberdayakan Mahasiswa Jadi Agen Perubahan untuk Kawal Isu Kekerasan Seksual

Pemberdayaan mahasiswa untuk mengawal kasus kekerasan seksual ini dilakukan melalui tiga medium karya kreatif.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Agu 2021, 12:02 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2021, 12:02 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi mencegah kekerasan seksual. (dok. pexels/Anete Lusina)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk lingkungan kampus. Maka itu, The Body Shop Indonesia menilai perlu memperkuat kapasitas mahasiswa sebagai agen perubahan. Bersama Magdalene, brand kosmetik itu menyelenggarakan Creative Skills Training dan Kompetisi Karya Kreatif pada 14--25 Juli 2021 dalam rangkaian kampanye "NO! GO! TELL!."

Pelatihan ini bermaksud mengapresiasi semangat mahasiswa dan peserta umum dalam mengasah keterampilan berkarya, serta memotivasi mereka untuk terus menyuarakan kepedulian sosial melalui karya kreatif. Pelaksanaannya juga bertujuan memberdayakan mahasiswa dalam mengawal isu kekerasan seksual dan mendorong disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Editor in Chief Magdalene.co Devi Asmarani mengatakan bahwa pelatihan ini diikuti 243 perserta dalam rentang usia 17 sampai 46 tahun. "Kebanyakan perempuan berjumlah 212 orang. Dari total peserta, 160 di antaranya adalah mahasiswa," ucapnya dalam penutup rangkaian Creative Skills Training secara virtual, Kamis, 12 Agustus 2021.

Head of Values Community & Public Relations The Body Shop Indonesia Ratu Ommaya mengaku senang melihat antusiasme para peserta, yang diharapkannya bisa jadi agen perubahan. Semoga nantinya makin banyak anak muda yang menyuarakan isu yang jarang diangkat, kata perempuan yang akrab disapa Maya itu.

Rangkaian pelatihannya terdiri dari penulisan esai, serta arahan produksi podcast dan video pendek. Pelatihan esai difasilitasi penulis Raisa Kamila, pelatihan podcast oleh co-founder Pabrik Soeara Rakjat Rane Hafied, dan pelatihan video oleh Fauzan Mukrim dari CNN Indonesia TV.

"Sebelumnya pelatihan, para peserta diwajibkan mengikuti pelatihan Gender, pelatihan Storytelling, dan penggunaan data dalam bercerita," kaya Devi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menyuarakan Penolakan Kekerasan Seksual dengan Lebih Lantang

The Body Shop Indonesia
Akhir Creative Skills Training dan Kompetisi Karya Kreatif dalam rangkaian kampanye “NO! GO! TELL!” inisiasi The Body Shop Indonesia. (dok. tangkapan layar Zoom)

Founder & Director Makassar International Writers Festival Lily Yulianti Farid, yang merupakan juri kategori video pendek, mengatakan bahwa karya rangkaian acara ini membuatnya melihat harapan disuarakannya isu kekerasan seksual dengan lebih lantang. Menurutnya, tantangan besar sekarang adalah keingintahuan, kepedulian, dan komitmen.

"Isu kekerasan seksual ini lagi bersaing dengan banyak isu yang juga jadi prioritas, seperti beberapa hari ini orang berbicara tentang perubahan iklim setelah laporan (PBB) dirilis. Nyala apinya memang harus disebar," katanya.

Sementara, Feby Indirani, penulis sekaligus juri dalam penulisan esai, mengatakan bahwa rata-rata karya esai para peserta sudah memperlihatkan kepekaan dalam melihat persoalan. "Tidak semua orang punya itu (kepekaan)," imbuhnya.

Fokus pada 2 Aspek

The Body Shop Indonesia
Akhir Creative Skills Training dan Kompetisi Karya Kreatif dalam rangkaian kampanye “NO! GO! TELL!” inisiasi The Body Shop Indonesia. (dok. tangkapan layar Zoom)

Maya menjelaskan, Creative Skills Training sebagai bagian dari kampanye NO! GO! TELL! berfokus pada dua aspek, yaitu pencegahan dan pemulihan. Terkait pencegahan, tujuan utamanya adalah membuat mekanisme keamanan bagi semua perempuan dan perempuan muda dalam mencegah mereka dari bahaya kekerasan seksual.

Sementara, aktris Rachel Amanda mencatat bahwa pelatihan ini mengedukasi peserta bahwa Kekerasan Berbasis Gender itu nyata. "Kita perlu memperkaya diri kita untuk menciptakan ruang aman dari kekerasan seksual bagi diri sendiri dan orang lain. Apapun profesinya, kita berhak marah dan melawan untuk tidak dilecehkan," katanya.

Diana Mayorita, podcaster Celoteh Yori, sekaligus psikolog klinis, mengatakan, "Untuk semua penyintas kekerasan seksual, ingatlah bahwa luka-luka yang ada tak berarti merenggut hak bahagia yang kamu punya. Terima dan jadikan sebagai bagian dari kita. Lalu, gunakan luka-luka ini sebagai sarana memberdayakan diri sendiri, serta orang lain."

Infografis Tarik Ulur RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Infografis Tarik Ulur RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tarik Ulur RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya