Ngopi di Gelas Kertas Ternyata Bisa Membahayakan Lingkungan

Gelas kertas banyak dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan gelas plastik untuk ngopi. Faktanya, anggapan itu tak sepenuhnya benar.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Agu 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2021, 06:30 WIB
Kampanye #NgopiMembumi Diluncurkan, Ketiga Perusahaan Lokal ini Bersinergi Jalani Sustainable Living Seiring dengan Tren Kopi yang Meninggi
Ilustrasi gelas kertas untuk kemasan kopi (Foto: unsplash/Kelly Sikkema)

Liputan6.com, Jakarta - Anda yang sering ngopi biasanya familiar dengan penggunaan gelas kertas. Selain dianggap lebih aman untuk kontak dengan minuman panas, gelas kertas juga dinilai lebih ramah lingkungan.

Anggapan itu ternyata tak sepenuhnya benar. Dilansir dari Recycle Coach, Kamis, 19 Agustus 2021, gelas kertas yang biasa digunakan untuk ngopi ternyata tidak dapat didaur ulang. Pangkalnya adalah lapisan plastik yang dipakai, setidaknya lima persen per cangkir.

Itu pula yang membuat cup kertas sulit didaur ulang menjadi bubur kertas, bahan dasar kertas daur ulang. Hal serupa juga diungkapkan Teguh Handoko, pendiri The Earth Keepers Indonesia, bagian dari gerakan global Down To Earth Collective yang berpusat di Belanda. 

Ia menerangkan gelas kertas yang digadang-gadang sebagai alternatif ramah lingkungan, tak sepenuhnya demikian. Lapisan plastik yang terkandung di dalamnya justru sangat sulit dipisahkan.

Lapisan plastik tersebut berfungsi untuk menahan air ataupun makanan seraya tidak membuat kemasan kertas mudah hancur. "Kita kan nggak pengen juga kertasnya nggak tahan lama. Tapi, itu ada plastiknya dan itu mempersulit proses daur ulang. Nggak gampang," ujar Teguh dalam Konferensi Pers #NgopiMembumi bersama Anomali Coffee, Foopak, dan The Earth Keepers.

Ia menyebut sekitar 320 miliar gelas kertas yang diproduksi per tahun di seluruh dunia, kurang dari satu persennya yang bisa didaur ulang. Angka itu menggambarkan bagaimana sulitnya menerapkan ekonomi sirkular dari gelas kertas.

"Kita tahu inovasi plastik sudah banyak sekali ditemukan dan itu sangat membantu kita. Tapi, penggunaan dan pengelolaan tidak benar itu yang menimbulkan kerugian bagi makhluk dan pihak lain," tambahnya.

Teguh juga memaparkan bahwa tren mengonsumsi kopi juga turut membuat kenaikan jumlah penggunaan cup kertas. "Enam dari 10 orang sedikitnya satu kali dalam seminggu menikmati kopi. Tanpa disadari dia menggunakan satu sampai dua gelas plastik," ia menjabarkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tekanan Pandemi

Ngopi di Gelas Kertas Ternyata Bisa Membahayakan Lingkungan
Ilustrasi gelas kertas untuk ngopi. (dok. Jon Tyson/Unsplash.com)

Jumlah produksi sampah plastik pun meningkat pesat di masa pandemi. Tekanan pada pelaku bisnis kuliner untuk tidak membuka layanan makanan di tempat mendorong masyarakat memesan makanan dan minuman secara daring. Mayoritas pesanan dikemas dalam wadah yang menggunakan plastik, sekecil apapun kandungannya.

Di sisi lain, kebiasaan memilah sampah rumah tangga belum banyak dilakoni masyarakat. Masih banyak yang menganggap bahwa sampah merupakan tanggung jawab petugas sampah. Menurut Teguh, gaya hidup itulah yang seharusnya juga turut diubah.

Berdasarkan data World Economic Forum, sampah plastik pada 2020 mencapai 260 juta ton. Diprediksi 10 tahun ke depan meningkat hingga 460 juta ton. Bila tanpa intervensi yang agresif, diprediksi akan ada lebih banyak plastik dibanding ikan di lautan pada 2050.

Sebagian besar plastik tergolong tidak bisa terurai alami secara cepat. Setidaknya membutuhkan lebih dari 400 tahun untuk bisa terurai. Kalau pun menjadi partikel kecil, plastik hanya menjadi partikel mikroplastik yang dikonsumsi oleh biota laut.

 

 

 

 

 

Ngopi Membumi

Ngopi di Gelas Kertas Ternyata Bisa Membahayakan Lingkungan
Konferensi Press gerakan #NgopiMembumi Anomali Coffee X Foopak X The Earth Keepers yang dilakukan secara daring via Zoom Meeting, Kamis (19/8/21). (dok. Liputan6.com/Gabriella Ajeng Larasati)

Mengatasi hal tersebut, Anomali Coffee bekerja sama dengan Foopak dan The Earth Keepers Indonesia membuat gerakan #NgopiMembumi. Gerakan ini bertujuan untuk membantu mewujudkan Indonesia yang merdeka dari sampah plastik.

Caranya adalah dengan menyatukan gaya hidup membumi dan gaya hidup mengonsumsi kopi melalui penggunaan kemasan makanan dan minuman yang bebas plastik, dapat didaur ulang, dapat dikomposkan dan mudah terurai alami. Brand kopi lokal itu mulai menggunakan cup kertas tanpa elemen plastik yang dapat dikompos di rumah.

Kemasan gelas juga lebih mudah didaur ulang, selain tetap bisa dimasukkan ke microwave. Kemasan cup kertas dari Foopak Bio Natura kini dapat ditemukan di seluruh gerai Anomali Coffee cabang Jakarta dan secara bertahap akan meluas ke cabang-cabang lainnya.

Foopak menerangkan produk gelas kertas yang sepenuhnya bisa didaur ulang itu melewati berbagai percobaan. Material yang dipakai berasal dari jenis pohon tertentu. Mereka pun memakai teknologi aqueous dispersion untuk cup ini dan mengkomersialkannya di Inggris hingga mendapatkan penghargaan ecopac challenge. (Gabriella Ajeng Larasati)

Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya