Liputan6.com, Jakarta Di masa pandemi Covid-19 ini, sebagian sekolah sudah mengadakan kelas tatap muka. Namun itu masih dengan waktu terbatas dan masih banyak yang tetap menggelar kelas online atau pembelajaran jarak jauh.
Meskipun tingkat kelulusan meningkat selama setahun terakhir, para pendidik memprediksi bahwa pembelajaran jarak jauh akan menyebabkan tren itu berbalik pada tahun ajaran 2021-22. Tahun lalu ketika sekolah ditutup karena pandemi, sebagian besar siswa senior sudah memiliki kredit yang cukup untuk lulus.
Tahun ini, siswa senior yang telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di luar sekolah berpotensi kehilangan kredit yang diperlukan untuk kelulusan. Guru mengatakan siswa mereka kurang terlibat selama pembelajaran jarak jauh karena beberapa hal, yang utamanya adalah tidak memiliki akses ke teknologi atau koneksi internet.
Advertisement
Baca Juga
Pembelajaran jarak jauh juga membawa siswa pada risiko putus sekolah yang lebih tinggi, karena masalah layanan internet yang kurang memadai dapat membuat siswa kehilangan motivasi. Tanpa motivasi belajar, maka siswa berisiko kehilangan peluang untuk lulus.
Mempertahankan keterlibatan siswa juga merupakan tantangan bagi sekolah. Riset yang dilakukan Yayasan Pusat Inovasi dan Kemandirian Indonesia Raya, biasa disebut PIKIR Institut, mengemukakan bahwa dengan koneksi internet yang kurang memadai, 64 persen siswa sekolah menengah melaporkan merasa kurang terlibat selama pembelajaran jarak jauh. Sementara 74 persen orangtua dari siswa yang lebih muda melaporkan bahwa anak-anak mereka merasakan hal yang sama.
Hal ini umumnya terjadi di lokasi-lokasi yang jauh dari kota, walaupun juga dialami oleh siswa yang berada di kota-kota. Peningkatan jumlah pengguna internet dalam jumlah besar yang tidak diiringi penambahan infrastruktur internet dapat menyebabkan menurunnya kualitas internet secara drastis.
Hal ini yang melatar-belakangi dibuatnya program Internet Edukasi dari PIKIR Institut, untuk mendorong desa-desa untuk membangun sendiri infrastruktur internetnya. PIKIR Institut yang mendapat dukungan BUMN seperti BNI, dengan program BNI Peduli, membangun infrastruktur internet di desa-desa, khusus untuk keperluan edukasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akses Internet
Infrastruktur internet yang dibawa PIKIR Institute dan BNI adalah teknologi satelit. Teknologi ini efisien serta memadai untuk desa-desa yang jauh dari jangkauan internet selular atau jaringan fiber optik. Dengan internet satelit yang murah dan berkualitas, desa-desa dapat mengadakan infastruktur internet secara swadaya, atau dengan memanfaatkan program Bina Lingkungan dari BUMN. Seperti yang dijalankan PIKIR Institut dan BNI di desa Malalak Barat di Sumatera Barat dan Desa Balung di Riau.
Faiza Achmad dari PIKIR Institut menyatakan, “Dari total 83.218 Desa/Kelurahan, masih ada lebih dari 12.548 desa yang belum beruntung mendapatkan akses internet yang memadai, atau malah blank-spot, karena masalah geografis”.
Faiza melanjutkan, “Masih banyak sekali anak usia sekolah yang berada di daerah-daerah tersebut, sehingga perlu sekali segera diberikan solusi akses internet. Belum lagi UMKM dan pemerintahan desanya”. Program yang dijalankan PIKIR Institut dan BNI ini adalah inisiatif yang diharapkan dapat menjadi salah satu referensi solusi, karena terbukti berhasil di beberapa desa.
Faiza ketika berada di desa Balung Kabupaten Kampar Provinsi Riau menambahkan, “Internet adalah kebutuhan mutlak bagi masyarakat, kalau bangsa ini mau kompetitif. Maka masalah internet itu harus menjadi perhatian semua komponen bangsa, mulai dari pemerintah pusat, sampai dusun dan desa. Semua harus mencari solusi, dan mengentaskan kesenjangan digital yang masih lebar ini”.
Advertisement