6 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Bali (Bagian 1)

19 karya budaya asal Bali turut ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021.

oleh Putu Elmira diperbarui 11 Nov 2021, 17:01 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2021, 17:01 WIB
Pentas Genjek Kolosal
Pentas Genjek Kolosal (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 19 karya budaya asal Bali telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Sederet karya budaya tersebut termasuk seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan hingga keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional.

Pada bagian pertama ini, akan mengulas enam karya budaya Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 asal Pulau Dewata. Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Kamis (11/11/2021) berikut ini.

1. Genjek

Genre seni Karawitan Bali ini menggunakan vokal sebagai sumber bunyi utama. Sumber vokal berasal dari 10--20 orang pemain duduk melingkar atau setengah lingkaran dengan menyanyi disertai gerakan-gerakan tubuh dan menghasilkan sebuah paduan bunyi.

Pola penyajian seni Genjek terdiri dari tiga bagian, yakni diawali oleh seorang peserta dengan melantunkan beberapa bait lagu. Kedua, dilanjutkan dengan lagu tanpa lirik oleh beberapa pemain yang disebut toreng.

Para pemeran toreng ini terus bernyanyi, sedangkan pemain yang lain menyertai dengan membuat jalinan ritmis sesuai dengan jenis bunyi yang telah ditetapkan. Bagian ketiga, digantikan dengan lagu-lagu selanjutnya dengan pola yang sama.

2. Tenun Cepuk

Nama kain tenun cepuk berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu cepuk atau kayu canging. Kayu ini jenis tumbuhan yang cocok digunakan jadi bahan dasar pembuatan kain tenun. Kain tenun cepuk adalah khas Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida.

Kain tersebut biasa digunakan dalam persembahyangan dan juga upacara agama lain. Tenun cepuk terdiri atas beberapa jenis, yakni Cepuk Ngawis, kain tenun yang digunakan ketika upacara pitra yadnya (ngaben).

Ada pula Cepuk Tangi Gede, kain tenun yang digunakan oleh anak tengah yang seluruh kakak dan adiknya meninggal (upacara ngaben). Serta, Cepuk Kurung, kain cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

3. Barong Nong Nong Kling

Barong Nong Nong Kling
Barong Nong Nong Kling (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Pertunjukan di Banjar Petapan Dusun Suwelagiri Desa Aan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung ini adalah bentuk kesenian pertunjukan yang menggunakan media ungkap tari, musik dan drama atau teater.

Penamaannya berasal dari suara iringannya yang jika digerakkan akan menimbulkan efek bunyi "nong nong kling". Kesenian ini banyak terdapat di Kabupaten Klungkung atau biasa juga disebut nama barong nongkling.

4. Dewa Mesraman

Ini adalah salah satu tradisi yang digelar berkaitan upacara piodalan di pura Panti Banjar Timbrah Desa Paksebali Klungkung. Upacara ini jatuh pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan bertepatan dengan hari Raya Kuningan.

Dewa Mesraman diikuti seluruh anggota Panti Timbrah. Diikuti pula oleh anggota masyarakat yang masih memiliki hubungan juang-kejuang atau hubungan kekerabatan karena proses perkawinan pihak perempuan.

 

5. Tari Seraman

Tari Seraman
Tari Seraman (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Tari ini telah ada sejak zaman Kerajaan Karangasem di bawah Pemerintahan Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Tari Seraman adalah ungkapan rasa suka cita atas kemenangan Raja Karangasem saat ekspansi ke Kerajaan di Lombok.

Tari ini memiliki gerakan-gerakan yang sederhana yang menyiratkan gerakan perang. Mengingat, tarian ini mengisahkan atau mengadaptasi kegagahan prajurit Karangasem ketika di medan pertempuran dengan menggunakan senjata tombak.

Tari Seraman termasuk tari sakral karena dipentaskan pada saat piodalan di pura-pura desa setempat. Utamanya dipentaskan di Pura Pucak Bukit karena berkaitan erat dengan pusaka perang yang tersimpan di Pura tersebut.

6. Joged Nini

Ini adalah kesenian sekaligus ritual yang digelar masyarakat agraris di Desa Buruan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Joged Nini terkait upacara Mantenin Padi di Jineng atau upacara menaikkan padi ke atas lumbung padi setelah panen.

Saat upacara berlangsung, masyarakat menari berpasangan laki-laki dan perempuan menunjukkan suka cita dan puji syukur atas keberhasilan panen. Mereka menari mengiringi Dewasa Nini yang dinaikkan ke atas lumbung.

Dewasa Nini atau Nini adalah sepasang sigihan (ikatan padi) masing-masing sebanyak 108 tangkai. Ikatan padi dihias sedemian rupa dengan anyaman-anyaman khusus dari janur atau disebut Seri-serian. Dewasa Nini adalah simbolisasi dari Dewi Sri, yakni Dewi Kesuburan penguasa padi dan sawah.

 

Infografis Wayang Potehi

Infografis Wayang Potehi
Wayang Potehi menjadi salah satu warusan seni budaya Tionghoa - Jawa
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya