Liputan6.com, Jakarta - Peter Buck, salah seorang pendiri Subway, meninggal dunia pada 18 November 2021, di Danbury, Connecticut, pada usia 90 tahun. Ia dikenal pula sebagai investor pertama gerai restoran sandwich yang kemudian berkembang menjadi Subway dengan menanam modal 1.000 dolar AS.
Kabar kepergiannya disampaikan Subway dalam sebuah pernyataan resmi. Ia meninggal di rumah sakit, tetapi tidak dijelaskan penyebab kematiannya.
Dikutip dari laman The New York Times, Kamis (25/11/2021), Buck berprofesi utama sebagai fisikawan nuklir. Ia membantu merancang pembangkit listrik tenaga nuklir pada 1965 saat Fred DeLuca yang saat itu masih berusia 17 tahun memintanya saran bagaimana cara membiayai kuliahnya sendiri. DeLuca merupakan pendiri utama Subway.
Advertisement
Dr. Buck lalu menyarankan agar DeLuca membuka gerai sandwich. Inspirasinya datang dari pengalaman masa kecilnya akan toko sandwich yang dimiliki keluarganya di Maine.
Â
Dr. Buck juga mengantarkan DeLuca ke Maine dan membawanya ke Amato, pemasok sandwich setempat, yang kini memiliki waralaba di seluruh Northern New England. Buck juga meminjami DeLuca 1.000 dolar AS. DeLuca menggunakan uang tersebut untuk membuka restoran bernama Pete's Super Submarines di Bridgeport, Connecticut.
Pada hari pertama pembukaan toko pada, yakni 28 Agustus 1965, dia dan DeLuca menjual roti panjang pertama mereka dengan salad dressing rahasia racikan Pete seharga 69 sen atau saat ini setara 6 dolar AS. Harga sandwich Subway saat ini berkisar 5,50 dolar AS hingga 8,95 dolar AS. Â
DeLuca juga mempromosikan tokonya via radio dengan menyebutnya sebagai Pete's Submarines. Namun, pendengar mengira ia menyebut Pizza Marines. Akhirnya, DeLuca dan Buck sepakat mengubah nama restoran menjadi Subway pada 1968. Sebutan kapal selam karena roti panjang yang digunakan bentuknya mengingatkan pada kapal selam.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jejaring Restoran Terbanyak
Keduanya dengan cepat membuka cabang lain di lokasi berbeda. Saat ini, Subway memiliki 40 ribu cabang di seluruh dunia. Meski beberapa ribu toko ditutup dalam beberapa waktu terakhir, Subway tetap menjadi jejaring restoran dengan jumlah gerai terbanyak di dunia.Â
Meski begitu, butuh 15 tahun untuk bisnis tersebut menghasilkan keuntungan. Keduanya juga membuka dua toko tambahan yang disebut DeLuca kepada majalah Fortune adalah semata dibuat untuk pencitraan kesuksesan. Pada akhirnya, DeLuca berhasil mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya di University of Bridgeport. Ia lulus pada 1971. Ia meninggal dunia pada 2015 di usia 67 tahun.
Sementara itu, Forbes menaksir kekayaan Buck mencapai 1,7 miliar dolar AS. Ia juga terdaftar sebagai pemilik tanah terbesar ketujuh di negaranya. Itu termasuk 1,2 juta are kawasan hutan di Maine.
Buck juga dikenal sebagai filantropis, khususnya di bidang pendidikan dan layanan kesehatan. Ia juga mendonasikan 23,1 karat rubi yang dinamai Carmen Lucia, untuk koleksi batu berharga di Smithsonian Institution's National Museum of Natural History.
Advertisement
Hidup Sederhana
Buck merupakan orang pertama di keluarganya yang masuk ke universitas. Ia masuk jurusan ekonomi dan sains di Bowdoin, lulus pada 1952, dan meraih gelar doktor fisika di Columbia.
Ia lalu bekerja di General Electric di Laboratorium Tenaga Atom Knolls di Schenectady, New York, pada 1957. Ia juga bergabung dengan United Nuclear Corporation di White Plains, NY, terahir di Nuclear Energy Services di Danbury.
Meski kekayaannya melimpah, Buck tidak hidup bermewah-mewah. Ia tetap hidup sederhana. The Wall Street Journal melaporkan bahwa ia hanya mengendarai mobil tua dan makan setidaknya lima sandwich Subway per minggu.