Berdayakan Masyarakat Melalui Program Charity Learning Festival

Charity Learning Festival yang diadakan oleh ReSkill untuk memberikan kesempatan mereka yang ingin belajar tapi terkendala akses internet.

oleh Komarudin diperbarui 19 Des 2021, 23:36 WIB
Diterbitkan 06 Des 2021, 22:09 WIB
Ilustrasi guru mengajar
Ilustrasi guru mengajar. Sumber:pexels.com

Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua orang memiliki keberuntungan dalam mengakses pendidikan atau pembelajaran, baik secara digital maupun langsung atau pembelajaran tatap muka. Dalam kondisi pandemi Covid-19, hampir semua dituntut untuk belajar dari rumah.

"Namun, semua orang tak bisa mengakses belajar secara online. ReSkill adalah platform yang harus diakses secara online. Namun, bukan platformnya ya yang ingin kita capai, tapi bagaimana kesempatan itu yang ingin kita berikan kepada semua orang untuk bisa belajar," ujar Country Manager ReSkills Indonesia Ari Laksmana dalam konferensi pers, Senin (6/12/2021).

Ari mengatakan pihaknya membuka mereka yang bisa mengakses internet dan juga memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak bisa mengakses internet untuk bisa belajar lewat mitra-mitranya, Aliansi Pemberdayaan Generasi Muda (APGM) dan BenihBaik.com. "Mereka punya portofolio, punya program-program pemberdayaan, pembinaan, bahkan fokus mereka pada generasi muda," imbuh Ari.

Mereka yang tidak bisa mengakses internet, sambung Ari, bisa belajar dengan didampingi oleh APGM dan BenihBaik. Dalam waktu yang sama mereka bisa belajar dan mereka masih muda.

"Jika nanti populasi produktif terjadi, mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan berkontribusi pada negara kita. Jadi, kita tidak semata-mata untuk mengadakan event ini sendiri, tapi juga membantu meningkatkan keterampilan angkatan kerja Indonesia," kata Ari.

Ari menyebutkan bahwa pemerintah berencana menjalankan konsep triple skilling, terdiri dari skilling, up skilling, dan re-skilling. Itu untuk meningkatkan keterampilan sehingga bisa masuk ke pasar kerja atau berwirausaha. Tepatnya proses link and match pasar kerja melalui pelatihan vokasi.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Program Pemberdayaan

Konferensi Pers Charity Learning Festival
Konferensi Pers Charity Learning Festival (Dok. ReSkill Indonesia)

Princesslady Kezia Hillary perwakilan dari APGM mengatakan pihaknya sebagai organisasi amal untuk menyalurkan dana-dana yang dipergunakan untuk kalangan masyarakat marjinal di Indonesia. Masyarakat majinal itu, adalah mereka yang masuk dalam usia sekolah dan putus sekolah.

"Kami akan melakukan pembinaan lebih lanjut lagi kepada mereka, untuk mendapatkan pendidikan formal dan nonformal. Saya bersyukur bisa bergabung dalam CLF ini sehingga banyak masyarakat Indonesia yang bisa bergabung dengan anak-anak ini," imbuhnya.

Rima Rismania perwakilan dari Benih Baik yang juga terlibat dalam program ini mengatakan bahwa NGO yang digelutinya juga mempunyai fokus di dunia pendidikan. Mereka juga mempunyai kepedulian terhadap pendidikan, karena tidak semua orang memiliki akses pendidikan yang sama.

"Benihbaik.com banyak menyasar ke sektor di bidang pendidikan. Kami juga punya program semua bisa belajar, dari mulai SD sampai kuliah," ucap Rima.

Charity Learning Festival

Konferensi Pers Charity Learning Festival
Konferensi Pers Charity Learning Festival (Dok. ReSkill Indonesia)

ReSkills EdTech (ReSkills), sebuah startup global dari Malaysia dan juga platform edukasi yang menghubungkan calon pelajar dengan master coach melalui kelas daring interaktif dan realtime.

Tahun ini ReSkill kembali akan menggelar Charity Learning Festival 2.0 (CLF 2.0) dari 12 Desember 2021 sampai 12 Februari 2022 secara virtual di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam dan juga India. CLF 2.0 ini merupakan program kedua yang diadakan oleh ReSkills sejak pertama kali diadakan pada 2020.

CLF 2.0 mengajak masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, untuk mengembangkan diri sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar yang membutuhkan dan berbagi kesadaran pentingnya membantu sesama dengan para pengajar dan organisasi amal non pemerintah (NGO).

Melalui CLF 2.0, para pengajar akan berbagi ilmunya di bidang masing-masing, masyarakat akan belajar dari mereka, dan NGO yang terlibat dalam festival ini akan menjadi penerima manfaat dari dana yang terkumpul melalui rangkaian acara festival nanti. Dana tersebut diharapkan bisa membantu masyarakat yang kurang mampu untuk meningkatkan keterampilan dirinya serta taraf hidupnya.

Infografis Uji Coba Belajar Tatap Muka Sekolah di Jakarta

Infografis Uji Coba Belajar Tatap Muka Sekolah di Jakarta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Uji Coba Belajar Tatap Muka Sekolah di Jakarta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya