Liputan6.com, Jakarta - Sekali lagi lampu sorot atensi publik tertuju pada sosok desainer Indonesia, Arnold Putra. Saat menghadiri salah satu pertunjukan busana di Paris Fashion Week 2022, Arnold tampak berpakaian tidak biasa.
Dari ujung kepala hingga kaki, ia memakai potongan mode mirip seragam organisasi massa (ormas) Pemuda Pancasila. "Militan gruppe vibe," tulisnya dalam sebuah unggahan Instagram Story di akun pribadinya, beberapa waktu lalu.
Di rangkaian potret selanjutnya, pria yang sekarang menetap di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) itu memperlihatkan detail-detail busananya. Ini termasuk emblem bertuliskan "Pemuda Pancasila," juga rompi kulit hitam Balenciaga yang melengkapi penampilannya.
Advertisement
Ia bahkan sempat meminta pendapat warganet, apakah sebaiknya tampilan busana tersebut dilengkapi topi atau tidak. Di salah satu potretnya, juga tampak dipadankan dengan puffer vest silver.
Penampilan Arnold berbuah kritik di media sosial, dengan salah satunya datang dari jurnalis pemilik akun Twitter @sandhatu. Ia berkicau, "Arnold Putra, seorang perancang busana Indonesia, mengenakan seragam Pemuda Pancasila di Paris Fashion Week 2022."
"Pemuda Pancasila adalah organisasi paramiliter sayap kanan yang terlibat dalam genosida 1965-66. Arnold dikritik sebelumnya karena membuat tas dari tulang belakang manusia," ia melanjutkan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diminta Pertanggungjawaban
Masih dalam utas tersebut, ia menuliskan, "Alasan saya mengangkat (isu) ini adalah semua orang perlu tahu ini terjadi di Paris Fashion Week. Komunitas internasional akan hadir. Jadi, kita perlu meluruskan fakta: organisasi paramiliter sayap kanan, terlibat dalam genosida 1965-66."
"Apa yang perlu kita lakukan? Menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu. Ini bukan hanya tentang perancang busana yang bermasalah, tapi juga kerusakan sistem. Mengapa ia diizinkan memakai seragam itu dan bebas berkeliaran di pekan mode?" ia menyambung.
"Kita perlu meminta pertanggungjawabannya karena ia memiliki kekuatan untuk memengaruhi publik," tegasnya. Sebagai penutup, ia merekomendasikan untuk menonton film Jagal (Act of Killing) dan Senyap (The Look of Silence). "Tapi, perlu diketahui bahwa film dokumenter ini sangat triggering," tutupnya, menyertakan tautan untuk menonton film tersebut. Liputan6.com sudah meminta komentar Arnold. Namun hingga artikel ini tayang, belum mendapat tanggapan.
Mengutip laman Badan Pelaksana Kaderisasi Pemuda Pancasila, Selasa (25/1/2022), Pemuda Pancasila dideklarasikan pada 28 Oktober 1959. Pembentukannya diprakarsai penggawa partai politik Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). IPKI merupakan partai politik yang didirikan pentolan militer Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Soekarno.
Melansir laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, partai politik IPKI merupakan kelanjutan IPKI yang dibentuk pada 20 Mei 1954. Para tokoh pemrakarsa IPKI di antaranya Kolonel Abdul Haris Nasution, Kolonel Gatot Subroto, dan Kolonel Aziz Saleh. IPKI merupakan partai politik yang didirikan dengan tujuan melawan ideologi Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika PKI mendirikan organisasi Pemuda Rakyat, IPKI meresponsnya dengan membentuk organisasi Pemuda Pancasila pada 28 Oktober 1959.
Sementara dalam referensi film yang disebutkan, BBC melaporkan, Jagal mengisahkan salah seorang pelaku pembantaian di Medan, Anton Congo, dan komplotannya. Mereka diminta merekonstruksi pembunuhan yang dilakukan, namun dengan seting sendiri.
Karenanya, ada adegan dengan pakaian ala koboi, dan ada juga yang memakai pakaian biasa. Film ini mengaitkan pembantaian massal pascaperistiwa 30 September dengan Pemuda Pancasila.
Advertisement
Kontroversi Lain Arnold Putra
Sebelum busana mirip seragam Pemuda Pancasila, Arnold lebih dulu menarik perhatian lewat tas tangan karyanya yang terbuat dari tulang belakang manusia pada April 2020. Item itu dijual seharga lima ribu dolar AS (sekitar Rp78 juta), yang pertama kali dipasarkan pada 2016.
Tas tangan karya Arnold tersebut bergaya keranjang, dengan pegangan terbentuk dari apa yang tampaknya merupakan satu sumsum tulang belakang manusia. Para ahli percaya bahwa material itu asli.
Arnold tidak mengatakan, meski telah beberapa kali ditanyakan Insider, apakah tulang belakang itu benar-benar milik seorang anak. "Ia menukar barang-barang mewah pada suku-suku kuno dengan barang-barang yang dianggap berharga bagi mereka," jawab juru bicara The Unconventional.
Namun, Arnold mengatakan bahwa ia tidak bepergian ke daerah kesukuan ketika koleksi ini dibuat. "Sumber (material tas) tidak melibatkan bepergian ke tempat-tempat itu sama sekali," katanya.
Sebaliknya, menurut Arnold, tulang belakang bersumber medis dari Kanada. Tas itu merupakan bagian dari koleksi yang belum selesai.Â
Menyusul keributan media sosial atas tas itu, Arnold mengunggah sebuah kisah di Instagram. Kala itu ia berkata, entah bercanda atau tidak, bahwa koleksinya berasal dari sisa-sisa manusia yang telah diplastinasi dan berkulit albino.
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Advertisement