Liputan6.com, Jakarta - Usai sudah penantian penayangan serial orisinal Neflix All of Us Are Dead pada Jumat, 28 Januari 2022. Dalam sinopsisnya, mengutip Yonhap News, Sabtu (29/1/2022), serial ini menceritakan anak-anak SMA yang terperangkap di sekolah saat virus zombi menguasai kota.
Selagi menunggu bala bantuan datang, mereka harus berjuang demi bisa bertahan hidup di tengah amukan para mayat hidup, yang keseluruhannya dirangkum dalam 12 epiosde. Sutradaranya, Lee Jae Kyoo, mengatakan, "Ada banyak (serial) thriller zombi, dan sebagian besar diceritakan terjadi pada orang dewasa."
"Namun, drama ini mengikuti apa yang terjadi pada para siswa yang belum dewasa dan bersosialisasi. Ini terjadi dalam ruangan tertutup,"Â imbuhnya.
Advertisement
Baca Juga
Topik zombi sepertinya masih "laku," termasuk di industri perfilman Korea Selatan, yang mana sebelum ini tayang juga drama Happiness. Secara umum, daya tarik topik zombi telah mengumpulkan dorongan cukup besar dalam 10 tahun terakhir.
Itu didukung popularitas tayangan seperti The Walking Dead dan film termasuk Zombieland, Shaun of the Dead, Warm Bodies, dan 28 Days Later dari industri Barat. Lalu, dari mana sebenarnya ide zombi ini menyeruak?
Melansir Global News, zombi konon pertama kali muncul di Haiti selama abad ke-17 dan ke-18. Ratusan budak diambil dari Afrika dan diangkut ke Saint-Dominque (sekarang Haiti) yang diperintah oleh Prancis. Kematian di antara para budak sangat tinggi saat itu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kisah Turun-temurun
Awalnya, diyakini bahwa begitu budak mati, mereka akan dibebaskan dari perbudakan dan kembali ke Afrika. Tapi sepanjang waktu, legenda berkembang jadi praktik voodoo, khususnya bokor, dengan orang Haiti percaya bahwa mayat hidup dapat disihir untuk melakukan tugas jahat.
Kata "zombie" sendiri diduga berasal dari kata Kongo "nzambi," yang berarti "roh orang mati." Untuk sebagian besar, cerita tentang mayat hidup dikisahkan secara turun-temurun di Haiti, tapi segera berkembang jadi budaya pop dengan film pertama White Zombie pada 1932.
Hingga akhirnya muncul di klasik kultus Night of the Living Dead, dan terus mendatangkan popularitas. Satu pertanyaan yang membayangi dari fenomena ini: apakah zombi itu nyata?
Jika Anda penggemar The Walking Dead, Anda mungkin ingat bahwa walkers, sebutan zombi di serial itu, adalah hasil dari penembakan neuron di otak, menghidupkan kembali tubuh dan tidak meninggalkan banyak fungsi lain, selain kebutuhan untuk makan. Tapi, bisakah seseorang berkeliaran dengan gaya berjalan terseok-seok, katatonik, terfokus hanya pada satu hal: makanan?
Percaya atau tidak, jawabannya iya. Tapi, belum ada bukti hal itu bisa dilakukan mayat. Ada beberapa penyakit yang membuat korbannya memiliki sifat seperti zombie.
Advertisement
Zombi dalam Sains
Salah satunya adalah sindrom Klüver-Bucy. Menurut Peter Cummings, seorang neuropatologis di Universitas Boston dan seorang penasihat Zombie Research Society, jika melihat seseorang yang menderita penyakit ini, ia mungkin akan membuat Anda berpikir bahwa kiamat zombi sudah dekat.
"Itu memiliki banyak hal aneh," kata Cummings tentang sindrom itu. "Ada hiperoralitas (keinginan untuk memasukkan benda yang tidak pantas ke dalam mulut Anda), ketidakmampuan untuk mengenali objek, keteralihan perhatian, dan demensia. Dalam keadaan katatonik, mereka bisa jadi sangat kejam."
Cummings menjelaskan bahwa masalahnya terletak pada amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab untuk naluri bertahan hidup, emosi, dan memori. Ia menjelaskan, "Jika saya menumpahkan kopi pada Anda, Anda mungkin ingin meninju wajah saya. Itu karena sistem limbik. Tapi biasanya lobus frontal menutup respons itu"
"Tapi, jika Anda kehilangan koneksi itu, amigdala mengambil alih dan memberi respons tersebut," imbuhnya
Ada penyakit lain yang disebut ensefalitis lethargica, kondisi yang sangat langka. Cummings mengatakan, ada wabah yang berhubungan dengan epidemi Flu Spanyol tahun 1918. Orang yang menderita ini mulai berhalusinasi, pingsan, dan katatonik.
Namun, jika dirangsang, dengan sesuatu yang tidak berbahaya seperti tepukan di bahu, mereka "jadi mengamuk," kata Cummings yang juga menulis The Neuropathology of Zombies. Selain itu, mereka memiliki gaya berjalan terseok-seok, bahkan cacat motorik.
Cummings mengaku tidak sepenuhnya percaya pada zombie, tapi seperti yang ia ilustrasikan, orang yang sakit dapat memasuki keadaan seperti zombi yang membuat mereka hampir tidak bernyawa. "Ada hal-hal nyata di luar sana yang memengaruhi otak untuk mengubah perilaku di mana Anda melakukan hal-hal yang tidak dapat diterima secara sosial," katanya.
Zombi di Alam
Selain itu, ada banyak contoh zombi di alam. Terdapat jamur dari genus Ophiocordyceps yang, tanpa sepengetahuan korban serangga, menyerang tubuhnya, menyebar, dan akhirnya mengambil alih inangnya dalam beberapa hari.
Jamur ini pada dasarnya mengendalikan tubuh, memaksanya untuk memanjat ke tempat tinggi, ketika ia keluar dari kepala korban dan jatuh ke bawah untuk melanjutkan siklusnya. Jenis parasit ini telah ada selama jutaan tahun, melalui berbagai bentuk.
Salah satu jamur Ophiocordyceps juga membuat Camponotus leonardi melakukan perjalanan di sepanjang dasar hutan hujan Thailand di mana ia menempel di bagian bawah daun, melindungi jamur yang dibiarkan berkembang.
Advertisement