Top 3 Berita Hari Ini: Perubahan Iklim Hantam Produksi Beras, Jangan Buang-Buang Makanan

Selain produksi beras yang terhantam perubahan iklim, Top 3 Berita Hari Ini juga tentang hilangnya "salju abadi" Puncak Jaya Papua dan peringatan Hari Bumi 2022.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Apr 2022, 23:02 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2022, 23:02 WIB
ilustrasi air beras
Ilustrasi produksi beras terdampak perubahan iklim. (foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Bahasan produksi beras yang terpengaruh perubahan iklim masuk dalam Top 3 Berita Hari Ini. Mengingat kondisi itu, penting untuk mengubah kebiasaan membuang-buang makanan karena semua itu berharga.

Pemborosan makanan telah jadi masalah selama beberapa tahun terakhir, termasuk di Singapura. Pada 2021, Negeri Singa menghasilkan 817 ribu ton limbah makanan, melonjak dari 665 ribu ton pada 2020, menurut data rilisan Badan Lingkungan Nasional Singapura, minggu ini.

Berlanjut ke topik berikutnya ada gletser abadi di Puncak Jaya Papua yang diprediksi sepenuhnya hilang antara 2025 dan 2027. Gletser itu mencair setelah sekitar lima ribu tahun bertahan, yang mana sekarang hanya sedikit tersisa.

Koordinator penelitian dan pengembangan iklim di badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) Indonesia, Donaldi Permana, mengatakan bahwa mencairnya lapisan es di Puncak Jaya terjadi sejak revolusi industri pada 1850. Itu ketika negara-negara maju bergeser dari ekonomi agraris ke ekonomi yang didominasi industri pelepas emisi gas rumah kaca dan berdampak pada peningkatan suhu global.

Terakhir, artikel tentang Hari Bumi yang kembali dirayakan hari ini, Jumat (22/4/2022), juga tidak kalah menarik perhatian pembaca. Tahun ini, earthday.org menggagas "Berinvestasi pada Planet Kita" sebagai tema peringkatan Hari Bumi 2022.

Melansir situs webnya, mereka menulis, "Kita perlu mencapai nol emisi gas rumah kaca pada pertengahan abad untuk menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat celcius."

"Bergabunglah dengan kami untuk mempelajari tentang beberapa solusi utama yang akan membantu kami mewujudkan pengurangan gas rumah kaca yang dibutuhkan pada 2030 untuk memenuhi Perjanjian Paris," tuturnya. "Semua bersama Sekarang!"

Ketiga bahasan itu terangkum lengkap dalam Top 3 Berita Hari Ini. Berikut ringkasannya.

Perubahan Iklim Hantam Produksi Beras, Jangan Buang Makanan Sia-Sia

Beras - Vania
Ilustrasi produksi beras terdampak perubahan iklim/https://unsplash.com/Lukasz Rawa

Profesor Paul Teng, Ajun Senior Fellow (Ketahanan Pangan) di S Rajaratnam School of International Studies, mengatakan publik butuh lebih banyak edukasi tentang penghematan penggunaan beras. "Teknik penghematan yang diusulkan sudah dikenal dan diluncurkan: beli dan masak hanya apa yang Anda butuhkan, kurangi ukuran porsi, dan seterusnya. Tapi, perubahan pola pikir masih belum meluas," tuturnya.

Sementara itu, David Chen, salah satu pendiri Golden Sunland, sebuah perusahaan beras berbasis di Singapura, setuju bahwa “pola pikir belum ada." terutama untuk beras. "Sering kali, komunikasi kita tentang sisa makanan terkait nilai makanan. Sangat sulit untuk beras karena beras itu murah, dalam hitungan dolar dan sen," ia mengatakan.

Selengkapnya...

Gletser Abadi di Puncak Jaya Papua Menuju Titik Nadir, Diprediksi Hilang pada 2025

Gletser di Puncak Jaya Papua pada 1988 sesuai citra satelit yang dibuat NASA. (NASA)
Gletser di Puncak Jaya Papua pada 1988 sesuai citra satelit yang dibuat NASA. (NASA)

Pegunungan Jayawijaya terletak di Taman Nasional Lorentz pada ketinggian 4.884 mdpl. Pegunungan itu merupakan rangkaian gunung tertinggi di Indonesia. "Beberapa orang juga menyebutnya sebagai Piramida Cartensz karena gunung tersebut memiliki beberapa puncak dengan nama yang berbeda," Donaldi menerangkan.

Ia melanjutkan, gletser tropis lainnya yang berada di Amerika Selatan dan Afrika juga mencair. Namun, karena ketinggian Puncak Jaya lebih rendah dibanding gunung-gunung dengan gletser tropis lain, yang ada di Indonesia akan lebih cepat hilang.

Selengkapnya...

Hari Bumi 2022: Berinvestasi pada Planet Kita

Sejarah Hari Bumi yang Terinpirasi dari Gerakan Mahasiswa Anti-Perang
Ilustrasi Hari Bumi. (dok. Unsplash/ Noah Buscher)

Hari Bumi 2022, earthday.org melanjutkan, harus jadi momentum untuk mengubah semuanya, mulai dari iklim bisnis, iklim politik, hingga bagaimana manusia mengambil tindakan terhadap iklim. Pihaknya mencatat, "Sekaranglah saatnya keberanian yang tidak terbendung untuk menjaga dan melindungi kesehatan kita, keluarga kita, mata pencaharian kita."

"bersama-sama, kita harus 'Berinvestasi pada Planet Kita,'" pihaknya menyambung. "Karena masa depan yang hijau adalah masa depan yang sejahtera."

Selengkapnya...

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan
Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya