Liputan6.com, Jakarta - Gelaran G20 di Indonesia dimanfaatkan untuk mempromosikan berbagai karya UMKM. Salah satu yang digandeng adalah Pala Nusantara, produsen jam tangan kayu asal Bandung, Jawa Barat.Â
Jam tangan itu dipesan khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk dijadikan suvenir bagi para delegasi yang menghadiri peluncuran side events G20 pada Rabu, 20 April 2022, di Jakarta. Pemilihan jam sebagai suvenir untuk ajang G20 itu karena desainnya yang terinspirasi dari kisah nusantara.
Advertisement
Baca Juga
"Jam tangan ini menggambarkan semangat kita. Kita meminta mereka memberikan yang terbaik kontribusinya agar G20 ini bisa secara sukses penyelenggaraan substansi dan sukses memberi manfaat pada pelaku parekraf, karena ada 34 juta masyarakat Indonesia bergantung pada sektor parekraf yang harus kita sentuh dengan terobosan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi," kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Ilham Pinastiko, pendiri dan COO Pala Nusantara menuturkan keterlibatan mereka dalam ajang G20 dimulai lewat Apresiasi Karya Indonesia (AKI) 2021. Saat itu, mereka diminta membuat suvenir spesial untuk para jurnalis dan panitia yang hadir di acara tersebut.
"Kepercayaan ini kami manfaatkan sebaik-baiknya dengan memberikan produk dan servis terbaik," ujar Ilham kepada Liputan6.com, dalam kesempatan terpisah.
Khusus untuk acara peluncuran Side Events G20 di Hotel Kempinski lalu, Pala memproduksi 52 unit jam tangan dengan super custom. Ada dua varian warna yang disiapkan, yakni cokelat dan hitam, yang seluruhnya diproduksi hanya dalam dua malam. Terdapat logo G20 di bagian depan jam, dan logo Kemenparekraf di bagian belakang.
"Di jam tangan ini terdapat tanda tangan Pak Menteri (Menparekraf)," kata dia saat menyebutkan keunikan jam tangan tersebut.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proyek Lanjutan
Ia mengatakan produk yang sudah didistribusikan kemarin adalah satu dari dua jenis suvenir yang disiapkan. Selanjutnya, Pala Nusantara akan mengerjakan suvenir kepresidenan yang didesain khusus dan diproduksi dalam jumlah terbatas.
Pihaknya menggunakan template desain yang ada dengan beberapa detail khusus agar lebih spesial. "Detailing dan waktu adalah tantangan utama dalam proses produksi ini," ujar Ilham.
Jam tangan produksinya, sambung dia, belum seratus persen lokal. Sekitar 30 persen material yang digunakan masih diimpor. Setiap produk menggunakan material kayu sonokeling yang dipadankan dengan kulit lokal yang berkualitas baik.
"Pala Nusantara memiliki banyak cerita dalam setiap artikel yang dijadikan roh untuk diceritakan kepada sekitar," ia menambahkan.
Ia berpendapat produk aksesori fesyen menjadi media yang tepat untuk mempromosikan kembali cerita budaya mitologi Nusantara kepada kalangan masyarakat urban, khususnya generasi milenial dan Gen Z. Cerita mitologi yang banyak tergerus zaman itu bisa tetap hidup lewat produk jam tangan yang digunakan sehari-hari.
Â
Advertisement
Kisaran Harga
Ilham menjelaskan proses produksi di workshopnya dirancang agar pendek dan seefisien mungkin. Tujuannya agar jumlah limbah yang diproduksi bisa ditekan dan mengefisienkan sumber daya manusia.
Sejauh ini, ada empat variasi artikel reguler, terdiri dari Pala Satva, Pala Varna, Pala Abhisana, dan Pala Kolaborasi. Harganya berkisar Rp450 ribu hingga Rp2,2 juta per buah.
Dikutip dari laman resmi mereka, nama produk mereka terinspirasi dari tanaman Pala yang bernama latin Pala myristiva Fragrans. Rempah itu menjadi andalan warga Maluku yang menarik perhatian penjelajah dari Eropa. Pala memainkan peran penting dalam sejarah kebesaran Nusantara.
Pada saat itu, pala dianggap sebagai buah emas, harga satu kilogram pala bahkan lebih mahal dari sekilo emas. Hal itu menunjukkan betapa besar nilai pala bagi masyarakat Eropa sebagai pelengkap kehidupan mereka.
"Kami harap memiliki hubungan yang baik dengan semua kementrian untuk mencapai visi PALA, yaitu menjadi brand jam tangan nasional yang diakui oleh semua masyarakat Indonesia," kata Ilham.
Â
Â
Â
Hanya 20 Pelaku Ekraf
Selain Pala, terbuka kesempatan bagi ratusan pelaku ekonomi kreatif lainnya untuk terlibat dalam penyelenggaraan G20. Menparekraf menyebut jumlahnya mencapai 500 pelaku ekraf yang disiapkan melalui ajang AKI. Namun, mereka akan dikurasi kembali.
"Sebanyak 20 pemenang dari total 16 kota yg kita kunjungi. Jadi, 20 pelaku ekraf ini akan tampil pada showcase pada penyelenggaraan G20 di Bali," ujarnya.
Dalam acara peluncuran itu pula, Menparekraf memperkenalkan alat musik tifa kepada delegasi G20. Tifa merupakan alat musik khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua. Alat musik ini bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya.
Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosong isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknya pun biasanya dihiasi dengan ukiran.
"Tifa dihadirkan dalam peluncuran side event G20 ini diharapkan para delegasi G20 yang hadir bisa mengenal alat musik tradisional Indonesia yang berciri khas ini," ujar Menparekraf. (Natalia Adinda)Â
Â
Â
Advertisement