6 Fakta Menarik Aceh Barat Daya, Dijuluki Negeri Beras Segenggam

Sejak dulu sampai sekarang, ibu kota Aceh Barat Daya, Blangpidie merupakan salah satu kawasan pusat perdagangan terbesar.

oleh Henry diperbarui 27 Apr 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2022, 08:30 WIB
Blangpidie di Kabupaten Aceh Barat Daya
Blangpidie di Kabupaten Aceh Barat Daya.  foto: Instagram @menatap_aceh

Liputan6.com, Jakarta - Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kotanya berada di Blangpidie. Kabupaten ini resmi berdiri setelah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 disahkan.

Kabupaten yang sering disingkat dengan singkatan "ABDYA' ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Proses pemekaran itu bukan semata dampak dari reformasi pada 1998. Wacana untuk pemekaran itu sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960an. 

Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki sembilan kecamatan dan 152 gampong atau desa. Pada 2017, jumlah penduduknya sebesar 148.687 jiwa dengan luas wilayahnya 1.490,60 km persegi. 

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Aceh Barat Daya. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Aceh Barat Daya yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Julukan Aceh Barat Daya

Blangpidie menjadi salah satu kawasan pusat perdagangan terbesar tempo dulu. Kini, Blangpidie bermetamorfosis menjadi kawasan perdagangan. Saat menjelang lebaran, kota ini dipenuhi ratusan manusia yang berlalu lalang membeli kebutuhan hari raya.Bagi para pendatang, bisa membeli pernak-pernik sebagai buah tangan. 

Selain dikenal sebagai pusat perdagangan di Aceh, Aceh Barat Daya begitu identik dengan sawah dan tanaman padinya. Sangat mudah menemukan sawah di sini. Beras merupakan salah satu komoditas yang paling utama di Aceh Barat Daya.

Aceh Barat Daya bahkan dijuluki Nanggroe Breuh Sigupai, yang artinya “Negeri Beras Segenggam”. Breuh Sigupai merupakan nama jenis beras yang berasal dari Aceh Barat Daya. Saat memasuki kawasan Abdya, kita akan dimanjakan hamparan sawah yang luas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2. Tari Rateb Meuseukat

Tari Saman, Hadir dalam Festival Idul Fitri di Inggris
Ilustrasi Tari Rateb Meuseukat dari Aceh.

Tari Rateb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu rateb asal kata ratib artinya ibadah dan meuseukat dari asal kata sakat yang berarti diam. Gerak dan gaya tarian ini diciptakan oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke-19.

Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi Muhammad, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di Kabupaten Aceh Barat Daya. 

Mulanya, Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah mengaji atau pelajaran agama malam hari. Hal ini tidak terlepas dari tujuan tarian itu sebagai media dakwah. Ratéb Meuseukat kemudian juga dipertunjukkan dalam upacara keagamaan dan hari-hari besar, upacara pernikahan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Tari ini sering disalahartikan sebagai tari Saman milik suku Gayo, padahal keduanya berbeda. Tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh.

3. Pantai Jilbab

Ilustrasi pantai (unsplash)
Ilustrasi Pantai Jilbab  (unsplash).

Pantai ini dinamakan demikian karena setiap pengunjung perempuan harus memakai jilbab atau kerudung, sesuai syariat Islam yang diberlakukan di Aceh. Pantai ini letaknya di Desa Palak Kerambil, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya. Jaraknya sekitar 4 km dari Blangpidie.

Pantai ini memiliki pasir yang indah dan luas. Selain itu, terdapat juga pemandangan indah dari pulau Gosong dan Samudera Hindia. Para pengunjung pasti akan betah berlama-lama di tempat ini.

Bagi Anda yang ingin istirahat lebih lama, tempat wisata ini menyediakan deretan pondok sebagai tempat bersantai yang cocok baik bagi para pengunjung baik perorangan maupun keluarga. Di tiap sudut pantai ada sebuah payung teduh, plus tempat duduk yang cukup terawat.

4. Pulau Pusong

Pulau Pusong di Kabupaten Aceh Barat Daya
Pulau Pusong di Kabupaten Aceh Barat Daya. foto: @goentoers. (dok.Instagram @pantai.aceh/https://www.instagram.com/p/B1p8cpGD7Sg/Henry)

Pulau Pusong sebutan lain dari Pulau Gosong Sangkalan memiliki keindahan alam yang natural. Pulau yang nyaris hilang akibat Tsunami yang mengoyak Aceh pada 2004 lalu ini masih berada di tengah hamparan panorama yang tak kalah indah dari Bali dan Lombok.

Pulau mungil seluas lapangan sepak bola ini berada di Samudera Hindia yang terbentang luas. Kalau cuacanya cerah dari dermaga terlihat jelas  Pulau kecil dengan gerombolan pucuk cemara menjadi penanda keberadaannya.

Tak seperti kebanyakan pulau lainnya, Pulau Gosong merupakan surga bagi para penyelam bahkan snorkeling. Terumbu karang yang masih terjaga menjadi daya tarik bagi para penyelam untuk menikmati keindahan pesona bawah laut yang indah.

Di sekitar bibir pantai bertengger beberapa jenis terumbu karang. Jika dilihat dari permukaan pantai, sangat jelas terlihat terumbu karang yang berwarna biru. Jika hobi diving, menikmati keindahan bawah laut Pulau Gosong menjadi pilihan menarik untuk mengisi liburan. Jangan lupa, kalau ingin merencanakan berlibur di pulau ini, bawalah peralatan snorkeling, karena di tempat ini tidak disediakan peralatan untuk snorkeling.

5. Air Terjun Ceuraceu

Air Terjun Ceuraceu di Kabupaten Aceh Barat Daya
Air Terjun Ceuraceu di Kabupaten Aceh Barat Daya.  foto: Instagram @keindahanalam96

Soal keindahan alam, Aceh Barat Daya tidak kalah menarik dengan objek wisata di daerah lain di Indonesia. Daerah ini menyimpan pesona alam yang luar biasa, termasuk Air Terjun Ceuraceu yang terletak di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya berada di Desa Drien Beurumbang. Ini adalah salah satu Desa (Gampong) hasil dari pemekaran Gampong Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya.

Air terjun yang memiliki tujuh tingkatan ini awalnya jarang didatangi wisatawan karena akses jalannya yang sulit. Kini dengan akses jalan yang sudah bisa dilalui, air terjun itu menjelma menjadi salah satu tempat wisata yang banyak diminati.

Wisatawan diharuskan untuk melapor terlebih dahulu kepada penduduk desa setempat sebelum menuju ke air terjun. Hal ini untuk mencegah perbuatan-perbuatan maksiat.

Terlepas dari itu semua, pesona dari Air Terjun Ceuraceu memang sangat layak untuk dinikmati. Tempat ini begitu terjaga kelestariannya, dan masih tak tersentuh oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Pemandangan alam sekitar juga masih sangat asri dan natural. Kicauan burung yang hinggap diranting pepohonan seolah menjadi teman setia pemecah keheningan hutan belantara.

6. Kuliner khas Aceh Barat Daya

Mi Aceh
Ilustrasi Mie Kocok dari Aceh Baret Daya. (dok. Instagram @mieacehmeuboh/

Ada berbagai kuliner khas Aceh Barat Daya. Yang paling dikenal adalah Mie Kocok yang tampilannya berbeda dari Mi Kocok Bandung. Makanan ini berupa mi berwarna kuning dan putih dimasak menggunakan adonan berupa gayung dari aluminium bertangkai kayu.

Disebut Mie Kocok karena prosesnya dikocok-kocok selama beberapa detik dalam air mendidih sebelum dihidangkan. Mie Kocok ala ABDYA, menurut banyak kalangan, memiliki cita rasa berbeda dan khas. Salah satu penjuak mi kocok yang terkenal di Blangpidie adalah Warung Muslim yang berada di Jalan At-Taqwa yang sudah beroperasi sejak 1968.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya