Thailand Bakal Kenakan Tarif Kamar Hotel Lebih Mahal untuk Turis Asing

Sebelumnya, Thailand mengumumkan rencana menjadi destinasi wisata premium dunia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Jul 2022, 14:03 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 14:03 WIB
Pengakuan pegawai hotel (3)
Ilustrasi bar di hotel. (Sumber Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Thailand bakal terapkan standar harga ganda terkait tarif hotel. Bila proposal Kementerian Pariwisata dan Otoritas Pariwisata Thailand disetujui, turis asing harus membayar lebih mahal untuk kamar hotel yang dipesan.

Meski pejabat pariwisata Thailand berharap bisa kembali menarik lebih banyak wisatawan mancanegara ke negeri itu, tidak menutup rencana untuk menaikkan harga kamar hotel ke tingkat sebelum pandemi demi mempercepat pemulihan sektor hospitaliti. Sementara, aturan baru itu tidak berefek kepada warga lokal.

Turis domestik tetap akan mendapat diskon untuk kamar hotel yang dipesan. Juru bicara pemerintah berdalih proposal itu untuk 'mempertahankan standar tarif dan layanan untuk turis asing, yang memengaruhi persepsi citra pariwisata Thailand'.

"Tarif yang diturunkan selama Covid-19 akan dipertahankan bagi warga Thailand untuk menopang momentum pariwisata domestik," ia berkata, dikutip dari laman Bangkok Post, Kamis, 7 Juli 2022.

Pandemi Covid-19 yang berlangsung menyebabkan tingkat keterisian kamar hotel, dalam beberapa kasus, menurun hingga sekitar 30--40 persen dari kondisi sebelum pandemi. Situasi tersebut menyebabkan hotel di sejumlah destinasi wisata populer, seperti Phuket, Bangkok, Koh Samui, dan Krabi menawari diskon dan promosi lain untuk menarik pelancong.

Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand akan mengimbau sektor perhotelan untuk mengadopsi sistem harga ganda tersebut. Harganya disebut akan serupa dengan tarif yang berlaku sebelum Covid-19. Mereka baru akan berdiskusi dengan Asosiasi Hotel Thailand tentang detail skema baru tersebut, tetapi informasi itu telah memicu perdebatan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Riuh Komentar

Wisata di Pattaya Sepi
Perempuan Suku Kayan berbicara dengan turis yang mengenakan masker di sebuah toko suvenir di Taman Chang Siam, Pattaya, Thailand, Rabu (12/2/2020). Chang Siam Park adalah salah satu primadona bagi wisatawan China di Pattaya yang kini berangsur sepi karena virus corona. (Mladen ANTONOV / AFP)

Media sosial riuh dengan komentar soal rencana penerapan harga ganda untuk tarif hotel. Mayoritas warganet mengungkapkan ketidaksetujuannya.

"Idiot beraksi lagi! Lucunya adalah mereka meyakini jaringan hotel sebodoh mereka," tulis salah satu warganet.

"Logika Thailand. Kurang turis = naikkan harga untuk menutupinya," imbuh lainnya.

"Turis akan menghindari Thailand bila mereka harus membayar lebih," ujar warganet berbeda.

"Itu tak akan berhasil. Bahkan membicarakannya saja akan membuat turis mengubah rencana mereka," kata yang lain.

"Jadi, apakah Agoda akan menanyai kewarganegaraan kita bila kita memesan sekarang atau kita harus membayar ekstra saat check in?" imbuh turis lainnya.

Belum jelas bagaimana pemerintah mempromosikan rencana tersebut agar bisa menarik minat pelancong internasional ke Thailand, termasuk mengenalkan sanksi bagi hotel. Ini juga akan menimbulkan masalah bagi orang asing dan ekspatriat yang sudah tinggal di Thailand juga.


Destinasi Premium

Persiapan Bandara Bangkok Membuka Pintu Wisata Tanpa Karantina
Staf terlihat di jalur masuk baru di Bandara Internasional Suvarnabhumi saat berlatih prosedur untuk pembukaan kembali Thailand, di Bangkok, Rabu (27/10/2021). Mulai 1 November, Thailand akan mulai dibuka kembali tanpa persyaratan karantina untuk yang divaksinasi penuh. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Jumlah pelancong yang datang ke Thailand saat ini hanya berkisar dari 20--30 persen dari angka kunjungan pada 2019, meski negara itu sudah menghilangkan semua pembatasan, termasuk Thailand Pass. Di beberapa destinasi wisata populer, seperti Phuket, Pattaya, Samui, dan Chiang Mai, sekitar 50 persen hotel dan akomodasi tetap ditutup.

Pada semester I/2022, Thailand menyambut sekitar dua juta pelancong internasional, dari harapan mendatangkan 9,3 juta turis asing pada tahun ini. Angka itu masih jauh dari 40 juta pengunjung pada 2019.

Di sisi lain, Thailand mengubah haluannya dalam mengelola sektor pariwisata yang menjadi salah satu tumpuan sumber pendapatan mereka. Wakil Perdana Menteri Thailand sekaligus Menteri Kesehatan Masyarakat, Anutin Charnvirakul menargetkan destinasi wisata premium.

"Kita tidak bisa membiarkan orang datang dan tinggal di Thailand karena murah. Tetapkan standar Anda. Jual (wisata) premium. Semakin mahal, semakin banyak pelanggan. Jika tidak, Louis Vuitton tidak akan bisa menjual," ujarnya, dikutip dari laman Bangkok Post, Rabu (6/7/2022).


Visa Jangka Panjang

Thailand Tutup Wisata Unggulan Maya Bay
Refleksi wisatawan yang menikmati Maya Bay terlihat dari sebuah kacamata di pulau Phi Phi Leh, Thailand, Kamis (31/5). Salah satu destinasi wisata tempat syuting film The Beach ini akan ditutup selama empat bulan mulai 1 Juni. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Karena itu, Thailand tak ingin lagi menerapkan strategi obral diskon untuk menarik turis asing. Pemerintah mendorong agar industri perhotelan, pelaku bisnis, dan rumah sakit swasta mengarahkan target ke kelas mewah dan premium.

Pemerintah sebelumnya telah meluncurkan sederet program visa jangka panjang untuk warga asing dan profesional terampil yang kaya. Hal itu sebagai bagian dari strategi menarik lebih banyak tamu berduit untuk mengeluarkan uangnya lebih banyak di Thailand.

Situasinya jelas berbeda dari sebelum pandemi melanda dunia. Thailand merupakan salah satu destinasi terpopuler di Asia yang didatangi hampir 40 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Angka itu sekaligus mencetak rekor sebelumnya. Mereka menghabiskan 1,91 triliun baht atau 11 persen dari PDB negara itu pada tahun itu untuk sektor pariwisata.

Setelah pandemi dimulai, jumlah turis asing yang datang turun drastis, menjadi hanya 6,7 juta orang pada 2020. Angka itu mayoritas disumbang lewat kedatangan pada tiga bulan pertama 2020, saat WHO belum mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi. Angkanya merosot menjadi hanya 428 ribu orang pada 2021.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya