Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Keputusan itu diumumkan pada Sabtu pagi, 23 Juli 2022, waktu setempat, setelah WHO menggelar rapat komite darurat kedua tentang masalah ini pada Kamis, 21 Juli 2022.
"Saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari CNN, Minggu (24/7/2022).
Tedros mengatakan komite untuk sementara tidak dapat mencapai konsensus. Namun, dia mengambil keputusan setelah mempertimbangkan lima elemen yang diperlukan untuk memutuskan apakah wabah masuk dalam kriteria darurat kesehatan masyarakat global.
Advertisement
Baca Juga
Keputusan yang diambilnya sementara terbatas pada wabah yang menyebar di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang punya banyak pasangan. "Itu berarti wabah ini dapat dihentikan dengan strategi yang tepat dalam kelompok yang tepat," sambung Tedros. Saat ini, lebih dari 16.500 kasus cacar monyet dilaporkan terdeteksi di 74 negara.
WHO sebelumnya telah membahas kemungkinan menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global dalam pertemuan komite darurat pertama pada 23 Juni 2022. Pada saat itu, Tedros menyatakan berdasarkan saran komite darurat, wabah tersebut 'bukan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian internasional', tetapi diakui sebagai 'ancaman kesehatan yang berkembang' yang akan dipantau sangat ketat oleh WHO.
WHO mendefinisikan darurat kesehatan global atau PHEIC, sebagai 'peristiwa luar biasa' yang menimbulkan 'risiko kesehatan masyarakat bagi negara lain melalui penyebaran penyakit internasional' dan 'yang berpotensi memerlukan respons internasional yang terkoordinasi.' Pengumuman PHEIC merujuk pada Peraturan Kesehatan Internasional yang dibuat pada 2005. Peraturan itu merupakan perjanjian internasional untuk membantu mencegah dan menanggapi risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menyebar ke seluruh dunia.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Taksonomi Penyakit
Dikutip dari laman WHO, cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus zoonosis dari genus orthopoxvirus dengan gejala yang sangat mirip dengan gejala pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Ada dua klad virus monkeypox: klad Afrika Barat dan klad Congo Basin (Afrika Tengah).
Nama cacar monyet berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi menimpa seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada 1970.
Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Cacar monyet biasanya sembuh sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan menimbulkan gejala yang lebih parah pada manusia, terutama pada anak-anak, wanita hamil, atau orang dengan tingkat kekebalan rendah lainnya. Infeksi manusia dengan klad Afrika Barat tampaknya menyebabkan penyakit yang kurang parah dibandingkan dengan klad Congo Basin, dengan tingkat kematian kasus 3,6 persen dibandingkan dengan 10,6 persen untuk klade Congo Basin.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pasien Kabur
Sementara, Thailand mengumumkan kasus positif cacar monyet pertama di negaranya. Pasiennya adalah seorang pria asal Nigeria berusia 27 tahun. Namun, turis itu menghilang setelah diinformasikan bahwa hasil tesnya positif pada Senin, 18 Juli 2022.
Pasien itu sebelumnya mengunjungi sebuah rumah sakit di Phuket dengan gejala mirip dengan cacar monyet. Dikutip dari Chanel News Asia, Sabtu (23/7/2022), menurut pejabat kesehatan setempat, pihak rumah sakit selanjutnya mengambil sampel darah dari pasien dan dites di laboratorium pada Sabtu, pekan sebelumnya. Hasilnya baru keluar pada Senin sore.
"Pada 18 Juli, sekitar pukul 6 sore,kami mengetahui hasilnya dari tes laboratorium pertama di Universitas Chulalongkorn. Setelah mempelajari hasilnya, pihak rumah sakit menelepon pasien untuk mengatur pemindahan untuk mendapatkan perawatan medis, tetapi ia menolak dan mematikan teleponnya," kata dr. Koosak Kookiatkul, kepada Kantor Kesehatan Masyarakat Phuket, dalam jumpa pers, Jumat, 22 Juli 2022.
Menurut kepala kesehatan Phuket, pria itu memasuki Thailand pada 21 Oktober 2021. Ia selanjutnya tinggal di kondominium di kawasan Patong, Phuket, sejak November 2021. Ia kerap mengunjungi tempat hiburan di daerah itu.
Belum Terlacak
Setelah mengunjungi rumah sakit pada 16 Juli 2022, pria itu diminta untuk menjalani karantina mandiri di apartemennya. Namun, menurut dr. Koosak, rekaman CCTV menunjukkan ia meninggalkan apartemennya setelah diinformasikan positif mengidap cacar monyet pada 18 Juli 2022. Tidak dijelaskan pasien itu mengidap klad mana.Â
Ia lalu menyewa kamar hotel di Patong pada hari yang sama. "Pada 19 Juli, dia masih berada di tempat itu tetapi tidak membiarkan staf membersihkan kamarnya. Pada jam 9 malam, dia meletakkan kunci kamarnya di resepsionis dan pergi," imbuh dr. Koosak.
Pejabat kesehatan dan otoritas setempat berusaha melacak keberadaan pria Nigeria itu untuk memberinya perawatan medis dan untuk mengendalikan penyebaran penyakit sejak Senin, pekan ini. Mereka juga melakukan pendeteksian kasus aktif dan pelacakan kontak.
"Namun demikian, mereka harus dipantau atau dikarantina selama 21 hari. Pencarian pasien lebih banyak harus dilakukan di area berisiko seperti tempat hiburan yang pernah mereka kunjungi. Sementara itu, tim investigasi telah mendisinfeksi kamar pasien," tambahnya.
Advertisement