Liputan6.com, Jakarta - Sejauh Mata Memandang, sebuah jenama tekstil yang mengusung konsep slow fashion dan skema bisnis sirkularitas kembali membuat gebrakan di ajang Jakarta Fashion Week (JFW 2023). Sejauh Mata Memandang kali ini memanfaatkan limbah fesyen untuk koleksi teranyarnya yang bertajuk "Baur" pada Selasa, 25 Oktober 2022.
Koleksi "Baur" juga merupakan penanda delapan tahun usia dan perjalanan Sejauh Mata Memandang, sekaligus upaya Sejauh untuk memberi napas baru bagi berbagai bahan tekstil yang sudah tidak terpakai. Material itu antara lain berupa kain perca sisa produksi, kain deadstock, dan kain sisa dari berbagai pameran yang digelar Sejauh.
Advertisement
Baca Juga
Limbah tekstil kemudian didaur ulang melalui berbagai tahapan proses, mulai dari pemilahan bahan, pencopotan kancing dan resleting, pemotongan, pencacahan, dan lainnya sampai menjadi benang. Benang hasil daur ulang juga dipadukan dengan benang katun baru sebagai penguat dan ditenun kembali menjadi kain.Â
Chitra Subyakto, pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang mengungkapkan, "Saya percaya setiap individu punya kontribusi dan peran penting dalam menjaga lingkungan dan mencegah kerusakan alam sebagai hal serius yang kita hadapi saat ini. Sebagai jenama yang bergerak di bidang tekstil, Sejauh Mata Memandang berperan aktif dan berkontribusi pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga Bumi," ujar Chitra dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 25 Oktober 2022.
Â
Koleksi Baur
Terdapat 29 tampilan dari koleksi "Baur" pada gelaran ini, terdiri dari berbagai baju atasan, kebaya, kain, dan masih banyak lagi yang bernuansa warna putih dan keabuan dengan detail motif khas. Di gelaran ini, Sejauh Mata Memandang juga melibatkan Titi Radjo Padmaja dalam pembuatan musik yang diputar selama presentasi koleksi "Baur".
Karena hasil daur ulang, banyak kain menampilkan tekstur yang tampak tebal dan kaku, bahkan agak kasar menyerupai bahan kanvas atau denim. Di tangan Chitra, kain tersebut menjelma jadi busana yang wearable.Â
Koleksi dari produk daur ulang ini pun tak bisa dipandang sebelah mata. Tiap potongan tetap terasa cantik di mata pemakainya yang dipresentasikan para model di catwalk JFW 2023. Salah satunya yang dikenakan artis Laura Basuki. Ia hadir dalam potongan gaun bertali yang menampilkan detail kain-kain perca itu yang berpadu harmonis. Secara kasat mata terlihat model layering yang tak biasa.Â
Advertisement
Motif Khas
Banyak tampilan di antaranya hadir sebagai outerwear yang menemani busana berpotongan kebaya dengan twist yang modern. Motif khas Sejauh Mata Memandang, seperti ayam dan ombak, masih mendominasi koleksi kali ini. Namun, palet warna yang dihadirkan cenderung lebih kalem dibandingkan sebelumnya.Â
Sebagian besar hadir dalam nuansa putih dan abu-abu. Meski begitu, potongannya jauh dari kesan monoton karena menghadirkan siluet yang lebih berani dan terkesan dramatis untuk material daur ulang tersebut. Salah satunya hadir dalam jaket-jaket statement bergaya avant-garde yang seolah terbuat dari lipatan kertas origami.Â
Melalui setiap helai kain daur ulang, karya Sejauh Mata Memandang kali ini pun masih sarat cerita dan makna. Chitra berhasil memukau para penonton yang menyaksikan langsung hingga mendapat tepuk tangan meriah usai presentasinya di JFW 2023. Sederet selebriti pun hadir memeriahkan gelaran kali itu, seperti Raline Shah dan Dian Sastrowardoyo sebagai pesohor yang kerap menggunakan koleksi.
Proses Produksi
Sejauh Mata Memandang merupakan jenama lokal yang mengusung konsep slow fashion dan sirkularitas dalam proses bisnisnya. Setiap desain dan produk Sejauh selalu terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya Indonesia, begitu pula dalam koleksi terbaru yang terinspirasi dari bentuk kebaya.
Brand yang berdiri sejak 2014Â masih bekerja sama dengan para artisan, komunitas dan perajin di berbagai tempat di Indonesia dalam proses produksi. Kali ini, limbah tekstil pasca-produksi didapat dari program Daur Ulang Sejauh yang bekerja sama dengan Ecotouch, serta didukung para Sahabat Sejauh yang mengirimkan pakaian tidak layak pakai milik mereka.
Sementara, kata Chitra, proses produksi "Baur" dilakukan di beberapa kota, seperti di Jakarta dan Bandung untuk proses daur ulang, serta di Pekalongan untuk proses penenunan kain. Semua proses produksi diklaim menggunakan teknologi yang bertanggung jawab serta melibatkan berbagai komunitas sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
"Melalui koleksi Baur, kami memperpanjang siklus hidup pakaian dan limbah tekstil pasca-produksi sehingga tidak menjadi sampah abadi," sebutnya lagi. Pihaknya menyadari bahwa tak ada produk yang bisa seutuhnya lestari, tetapi ia berupaya untuk lebih bertanggung jawab dalam setiap proses berkarya.
Advertisement