Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ditargetkan bisa mendorong 1,2--1,4 miliar kunjungan wisatawan nusantara pada 2023. Gen Z dan milenial menjadi harapan utama untuk memenuhi target tersebut.
Menurut Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 75,49 persen atau setara 27,94 persen dari total populasi di Indonesia. Sementara, generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87 persen. Dengan demikian, persentase populasi milenial dan Gen Z di Indonesia mendominasi dengan 53,81 persen.
Menurut data IDN Research Institute 2022, 49 persen responden kalangan milenial menyatakan telah siap berwisata, sedangkan proporsi Gen Z lebih besar dengan 55 persen. Milenial yang dimaksud adalah mereka yang berusia 26--40 tahun, sementara gen Z adalah yang berada di rentang usia 13--25 tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Generasi milenial dan Gen Z ini low hanging fruit. Dari segi nilai enggak tinggi, tapi banyak, sehingga purchasing power-nya tinggi. Mereka harus dikenalkan soal Indonesia dan wisata di Indonesia saja," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini dalam Rakornas Kemenparekraf 2022 di Grand Sahid, Jakarta, Jumat (16/12/2022).
Mayoritas dari gen Z dan milenial sensitif terhadap harga, sehingga wisata domestik menjadi pilihan utama. "Kalau murah, langsung nyari tiket, tapi kalau mahal entar dulu deh," ucap Made. Tak heran bila mayoritas dari mereka memilih bepergian menggunakan mobil (50 persen), sedangkan yang memilih naik pesawat mencapai 50 persen.
Prioritas mereka saat berwisata hampir mirip, yakni wisata alam, kuliner, urban, staycation. Namun, Gen Z juga menyelipkan budaya sebagai atraksi wisata yang juga dinikmati. Selain itu, Made memprediksi sport tourism bakal menjadi tren wisata ke depan di kalangan generasi muda.
"Dengan sport tourism, mereka bisa berkeliling kalau ada event. Ini bisa dilakukan dengan menggandeng KONI, misalnya satu cabor, satu event, dibuat 34 event cabor untuk junior. Yang akan datang nanti tidak hanya pesertanya, tapi juga orangtuanya, kakaknya, adiknya, dan lain-lain. Jadi, cocok sekali jika BBWI (Bangga Berwisata di Indonesia) menargetkan mereka (milenial dan Gen Z)," dia menerangkan.
Digitalisasi Tak Bisa Ditawar
Made juga mengingatkan bahwa digitalisasi tidak bisa ditawar lagi, terutama untuk menjangkau kalangan wisatawan milenial dan Gen Z. Ia menyebut, mereka sangat haus informasi. Apa-apa serba ingin cepat sehingga informasi pun harus diseminasi dengan cepat, terutama lewat platform media sosial populer.
"Milenial dan Gen Z enggak mau berlama-lama. Untuk promosinya harus catchy, singkat, jelas, dan penuh gambar.... Konten 30 detik saja bisa viral," imbuhnya.
Di sisi lain, ia juga meminta agar para mitra di daerah membenahi website dan media sosial dengan memperkayanya dengan beragam foto dan konten menarik. Tugas itu bukan hanya ada di tangan pemerintah, tetapi juga asosiasi. "Kita belum... Kita punya program fotografer, konten, socmed training yang akan diberikan tahun depan. Mohon juga ikuti media sosial kami dan viralkan," sambung Made.
Dalam memasarkan pariwisata, destinasi yang akan dijual harus dibangun terlebih dulu. Indonesia sudah memiliki banyak modal, terutama dari aspek budaya yang bahkan diakui oleh Trip Advisor sebagai the most authentic country in the world. "Tidak ada negara seperti Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke sangat diversity," kata dia.
Advertisement
Promosi Bersama
Di sisi lain, bujet promosi jadi tantangan tersendiri. Keterbatasan anggaran yang ada harus disiasati dengan cara di luar kebiasaan. Menurut Made, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan promosi. Ia pun mengimbau para dinas pariwisata di daerah bekerja sama dengan kalangan industri.
"Karena pemerintah itu enggak jualan. Pemerintah itu promosikan, marketing, tapi sales dilakukan oleh bisnis," ia menjelaskan.
Ia juga merekomendasikan dinas berkolaborasi antar-daerah, contohnya Joglosemar. Promosi yang dijalankan sendiri-sendiri tidak akan menghasilkan capaian yang optimal, dibandingkan bila bermitra dengan daerah lain. Salah satunya dengan membuat paket-paket bundling.
"Kalau Jogja promosi, sendiri, Solo sendiri, tentu enggak terkejar. Bundling dengan industri bikin seminggu Joglosemar. Tiga hari di Jogja, dua hari di Solo, dua hari di Semarang. Turun di Jogja, keluar di Semarang," ia menjelaskan.
Paket bundling wisata dengan Bali juga dianjurkannya lantaran itu menjadi pintu masuk utama wisatawan mancanegara. Bali, misalnya, bisa menggandeng Kalimantan Selatan untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan berlibur di Indonesia.
"Jangan head to head, tapi kolabs dengan industri. Lakukan tahun depan, kerja sama terintegrasi," ujar Made.
Curhat Sandiaga
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sebelumnya melontarkan keluh-kesahnya saat menjadi pembicara di Rakornas Kemenparekraf 2022. Ia mengulas soal anggaran kementeriannya yang semakin kecil meski target yang dibebankan kepada jajarannya cukup tinggi.
"Jarang sekali sebuah kementerian menjadi victim of our own. Semakin sukses, semakin dikurangi anggarannya. Itulah pariwisata kita," kata Sandiaga di Jakarta, Kamis, 15 Desember 2022.
Ia menyebut anggaran Kemenparekraf 2023 menyusut sekitar 20 persen dari tahun sebelumnya. Sementara, pihaknya ditargetkan untuk bisa menaikkan indeks pembangunan perjalanan dan wisata versi World Economic Forum (WEF) ke peringkat 22 dunia pada 2024, berdasarkan informasi dari Kemenko Maritim dan Investasi.
Indonesia pada 2022 berhasil meraih peringkat 32 dalam Travel and Tourism Development Index 2021 (TTDI), lompat 12 peringkat dari tahun sebelumnya. Capaian itu sekaligus mencetak rekor untuk pertama kalinya Indonesia melewati ranking Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam perihal daya saing pariwisata.
"Jangan bersedih. La tahzan. Walau anggaran kurang, kita bisa berinovasi, beradaptasi, dan berkolaborasi," ujar Menparekraf.
Advertisement