Kisah Kasih Ibu Sepanjang Masa yang Bisa Jadi Inspirasi di Hari Ibu

Momen Hari Ibu bisa dibilang menjadi waktu yang tepat untuk mencurahkan rasa sayang kepada ibu

oleh Henry diperbarui 22 Des 2022, 11:02 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 11:02 WIB
Ilustrasi ibu dan anak. ©2016 Merdeka.com
Ilustrasi ibu dan anak. ©2016 Merdeka.com

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap 22 Desember. Berbeda dengan perayaan Hari Ibu Sedunia, 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia karena mempunyai sejarah tersendiri.  Hari ibu merupakan momen di mana anak bisa memberikan perhatian lebih kepada ibu kita.

Momen yang diperingati setiap tanggal 22 Desember ini, bisa dibilang menjadi waktu yang tepat untuk mencurahkan rasa sayang kepada ibu dan mengungkapkan betapa berjasanya mereka di hidup kita. Salah satu ungkapan rasa sayang yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan hadiah mulai dari bunga hingga paket wisata, juga ungkapan berupa benda dan segala macam hadiah yang lain.

Berbagai hadiah tersebut sangat bisa memberikan kebahagiaan untuk ibu kita, meski tentunya tak bisa membalas besarnya jasa seorang ibu. Sudah banyak contoh atau cerita mengenai kasih sayang seorang ibu yang seakan tiada ujungnya. Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa cerita tentang bukti kasih sayang ibu terhadap anaknya yang terjadi di Indonesia maupu di negara lainnya.

1. Tukar Makanan demi Anak

Sebuah video yang diunggah akun TikTok @kubingga.mulia2, memperlihatkan pengorbanan ibu untuk anak-anaknya. Pada video itu terlihat seorang ibu menghampiri seorang pria. Tak lama kemudian dia menyodorkan satu kantong tomat segar. Pria itu kemudian bertanya akan ditukarkan dengan apa tomat tersebut.

"Apa itu mama? Tomat? Mau ditukar dengan apa?," tanya pria perekam video.Jawaban sang ibu ini kemudian begitu mengharukan. Dia meminta agar tomat ditukar dengan mi instan.Itu semua dilakukan agar anak-anaknya bisa makan kenyang walau hanya dengan mi instan. Kemudian, pria itu memberikan beberapa bungkus mi instan dengan beragam rasa.

"Dengan mi," ungkap sang ibu sembari tersenyum."Oh dengan mi? Ya sudah, sabar ya," timpal pria itu sembari mengambilkan beberapa bungkus mi instan."Mama ini datang dari kampung sebelah dengan ke empat anaknya untuk menukar tomat dengan mi instan :')," tulis keterangan dalam video.

2. Menyelamatkan Anak Saat Gempa

Seorang ibu bernama Lina (35 tahun) termasuk korban gempa Cianjur, Jawa Barat pada November lalu.Gempa dengan magnitudo 5,6 itu telah merobohkan rumahnya dan nyaris mengambil nyawa anaknya.

"Jalan juga susah, rumah udah pada rubuh saya lewat sawah pas datang ke rumah ini (istri) kakinya udah bolong gak ada yang nolongin, kan ngeliat orang pada kesana kemari. Ini saya minta tolong teriak-teriak itu juga gak ada, saya cari lagi," tutur suaminya Dedi (45), dengan bibir bergetar mengingat bencana itu hampir merenggut nyawa istri dan anaknya melansir kanal Regional Liputan6.com, 27 November 2022.

Dengan berbagai upaya, Lina yang memeluk anaknya agar terhindar dari reruntuhan bangunan, akhirnya berhasil dievakuasi. Meskipun dirinya harus menderita luka cukup parah pada paha kaki kanan.Kesulitan yang dialaminya tidak berhenti disana, ia pun harus dibopong beberapa meter menuju jalan yang bisa dilalui mobil dengan kondisi kaki bercucuran darah.

"Saya sempat ke rumah sakit Sayang Cianjur, rumah mah roboh. Kalau anak-anak, kan ini istri nyelamatin anak. Nyelamatin anak lagi tidur di bawah, jadi di rungkupin (dipeluk) sama ibunya Alhamdulillah anak mah selamat," ujar bapak dari anak usia tiga tahun itu.

Dengan lirih, Lina pun menceritakan ketika dirinya tertimbun puing bangunan. Dirinya terpaksa menunggu cukup lama untuk mendapat pertolongan saat itu, sebelum akhirnya mendapat rujukan ke RSUD R Syamsudin SH. Beton rumah yang menimpa kakinya, membuat luka dalam hingga menimbulkan lubang menganga cukup besar.  Selama dirawat di Sukabumi, ia mengungkap telah mendapat beberapa bantuan seperti logistik dan pakaian. Kendati untuk membangun rumahnya kembali, ia masih berharap bisa mendapatkan bantuan.

3. Jadi ART Agar Anak Jadi Pesepak Bola Top

Peduli Korban Gempa Cianjur, AXA Mandiri Salurkan Bantuan Logistik dari Seluruh Karyawan
Anak-anak bermain di dekat tenda yang merupakan bantuan dari AXA Mandiri untuk korban terdampak gempa di ianjur, Jawa Barat (12/12/2022). (Liputan6.com)

Maroko tampil mengejutkan di Piala Dunia 2022 setelah berhasil melaju sampai ke semi final.Achraf Hakimi menjadi salah satu bintang yang bersinar di Piala Dunia 2022 Qatar.

Sosok Hakimi semakin menjadi pembicaraan karena dia berasal dari keluarga sederhana. Bapak Achraf Hakimi seorang pedagang kaki lima. Sementara ibunya seorang pembantu atau asisten rumah tangga (ART). Untuk menjadi pesepak bola profesional dan ikut Piala Dunia 2022, lika liku perjalanan Achraf Hakimi tidak semulus yang dibayangkan. Jalan kehidupannya berliku dan bergelombang.

"Ibu saya adalah seorang pembantu rumah tangga dan ayah saya adalah seorang pedagang kaki lima," katanya di program TV Spanyol, El Chiringuito. :Mereka menyerahkan hidup mereka untuk saya. Mereka mengambil banyak hal dari saudara saya agar saya berhasil. Hari ini, saya bermain untuk mereka yang sudah berkorban begitu banyak untuk saya," lanjutnya.

Namun itu tidak sia-sia, karier sepak bola Achraf Hakimi pun menjulang dan makin dikenal luas seusai Piala Dunia 2022. Ibunda Hakimi, Saida demi membantu keuangan suami bekerja sebagai ART.Cinta dan kasih sayang besar begitu dilimpahkan Saidah dan Hassan kepada anak-anaknya meski mereka merasakan pahit dan getir mencari uang.

Saat mimpi terbesarnya mampu diwujudkan, Achraf tak pernah sedikit lupa dengan keluarganya. Menurut Saidah, Achraf selalu meminta doanya setiap pergi bertanding.

Meski anak keduanya saat ini berstatus pemain bintang dunia, Saidah tetap wanita sederhana. Tak banyak hal yang ia minta dari Achraf. Begitu pula dengan anak ketiganya, Quidad Hakimi yang menjadi selebgram. Bagi Achraf Hakimi, Saidah tetap seorang ibu sederhana yang rela banting tulang untuk mewujudkan mimpi bermain di panggung Piala Dunia.

4. Wanita Menyamar Jadi Pria

Perempuan menyamar sebagai laki-laki untuk membesarkan anaknya
Perempuan menyamar sebagai laki-laki untuk membesarkan anaknya (dok. YouTube/AWaZ BNO)

Seorang perempuan India berusia 57 tahun menyamar sebagai seorang pria selama 36 tahun. Hal itu dilakukan untuk membesarkan putrinya semata wayang yang hidup 'dalam masyarakat patriarki'. S. Petchiammal baru berusia 20 tahun ketika perempuan Tamil Nadu itu kehilangan suami karena serangan jantung, 15 hari setelah pernikahan mereka. Dia berasal dari Desa Katunayakkanpatti dengan budaya patriarki yang dominan, dilansir dari laman Times Now News, Rabu, 18 Mei 2022.

Pechiyammal melahirkan seorang bayi perempuan, tetapi ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan jadi masalah bagi perempuan dalam masyarakat patriarki Kattunayakanpatti. Hal ini menyebabkan Petchiammal dilecehkan oleh orang-orang desa.

Dalam sebuah wawancara dengan The New Indian Express, perempuan berusia 57 tahun itu mengatakan dia harus menjadi 'Muthu' setelah kematian suaminya. Untuk mengakhiri penderitaannya, dia pergi ke Kuil Tiruchendur Murugan, memotong rambutnya, dan mengganti pakaiannya dengan kemeja dan lungi. Petchiammal mengubah namanya menjadi Muthu.

Selama 30 tahun, Petchiammal mengatakan dia dipanggil 'Annachi'. Panggilan tersebut merupakan nama tradisional untuk pria di mana pun dia bekerja. Pengakuan perempuan tersebut pun viral di dunia maya.

Putri Patchiammal, Shanmugasundari, kini telah menikah. Namun, wanita berusia 57 tahun itu belum siap untuk mengganti pakaiannya.Dia mengatakan identitas alternatifnya memastikan kehidupan yang aman bagi putrinya. Untuk alasan ini, dia ingin tetap 'Muthu' sampai kematiannya.

5. Rela Jemput Anak Jarak 1400 Kilometer

Masih di India, kisah perjuangan seorang ibu demi anaknya juga sempat dialami perempuan bernama Razia Begum. Razia merupakan masyarakat India yang terdampak akan kebijakan lockdown di negaranya.

Lockdown atau penguncian secara nasional untuk menekan penyebaran wabah Corona Covid-19 telah mengakibatkan banyak kegiatannya terpengaruh, termasuk untuk bertemu dengan putranya. Akibat lockdown, dia hidup terpisah dengan sang putra yang berada berbeda kota dengan tempatnya tinggal.

Keputusan pemerintah yang diterapkan sejak 24 Maret 2020 lalu ini membuat anaknya yang bersekolah di luar kota tak bisa kembali ke kampung halaman. Karena hal tersebutlah, ibu tunggal ini rela menempuh jarak 1.400 kilometer demi menjemput anaknya di kota lain dengan menggunakan sepeda motor.

Ia pun menjemput putranya tersebut dengan naik motor selama tiga hari. Ia berangkat pada Senin pagi dan sampai di Nellore di perbatasan Andhra Pradesh-Tamil Nadu pada Selasa sore. Lalu, mereka kembali ke rumahnya pada Rabu malam.

Selama perjalanan, perempuan paruh baya ini sengaja beristirahat secukupnya agar dapat memangkas waktu tempuh. Ibu dua anak ini memilih tidak menyuruh orang lain untuk menjemput anak laki-lakinya, karena takut orang yang ia suruh justru ditangkap polisi karena dianggap keluyuran ketika sedang lockdown.

6. Aksi Ibu Kamisan

Aksi Kamisan ke -755
Anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) melakukan Aksi Kamisan ke-755 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/12/2022). Dalam aksinya mereka meminta Presiden Joko Widodo memperhatikan pasal bermasalah pada draf Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang telah mendapat persetujuan tingkat pertama oleh Komisi III DPR dan pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kamis 18 Januari 2007, menjadi hari pertama para aktivis dan keluarga korban menuntut penuntasan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat. Aksi kerap dilakukan di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.Hingga kini, 15 tahun sudah keluarga korban dan aktivis HAM menggelar aksi menuntut terangnya dugaan pelanggaran HAM berat yang terjadi di Tanah Air.

Dilansir dari kanal News Liputan6.com, Aksi Kamisan sendiri tak hanya dilangsungkan di Jakarta, melainkan juga kerap digelar di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Aksi Kamisan di Bandung ini sudah terselanggara selama 7 tahun. Aksi Kamisan juga digelar di Yogyakarta, Surabaya, Malang dan kota lainnya.

Serupa dengan di depan Istana Merdeka, Aksi Kamisan yang digelar di daerah lain juga menuntut penuntasan pelanggaran HAM berat. Beberapa di antaranya yakni Tragedi Semanggi, Trisakti, dan Tragedi 13-15 Mei 1998, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Talangsari 1989 dan lain-lain.

Sebagian besar peserta aksi ini adalah ibu-ibu. Salah satunya adalah Maria Catarina Sumarsih yang melakukan Aksi Kamisan dan jadi sorotan media asing.Ia memperjuangkan keadilan untuk Wawan, anaknya yang terbunuh pada tahun 1998 di tengah demonstrasi reformasi Indonesia.

Lima belas tahun berselang, aksinya tersebut masih belum membuahkan hasil. Selama bertahun-tahun, Sumarsih sudah melakukan unjuk rasa dengan berbagai cara. Ia bahkan pernah melempar telur ke anggota parlemen yang membebaskan tentara dari tuntutan hukum atas kesalahannya.Hingga kini, ia rutin melakukan unjuk rasa di depan istana negara, menjadi pengingat Indonesia atas dosa masa lalu pemerintah.

Infografis Hari Ibu
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya