Terobosan Cathay Pacific Gunakan Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Tekan Emisi Karbon

Minyak jelantah jadi salah satu komponen dalam bahan bakar berkelanjutan yang dipakai Cathay Pacific.

oleh Dyra Daniera diperbarui 04 Apr 2023, 14:19 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2023, 14:19 WIB
Pesawat Cathay Pacific
Pesawat Cathay Pacific (Foto: cathaypacific.com).

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan berbasis di Hong Kong, Cathay Pacific, telah bekerja sama dengan State Power Investment Corporation (SPIC) untuk mendorong pengembangan rantai pasokan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) di China daratan. Pada Maret 2023, SPIC dan Cathay Pacific menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang mencakup empat pabrik SAF di bawah SPIC.

Disaksikan Ketua SPIC Qian Zhimin dan Wakil Presiden Chen Haibin, Chief Executive Officer Cathay Pacific Group Ronald Lam, dan Chief Operations and Service Delivery Officer-designate Alex McGowan, MoU ditandatangani Ketua SPIC International Finance (HK) Co. Ltd. Yin Guoping dan General Manager Cathay Pacific Corporate Affairs Andy Wong di kantor pusat Cathay Pacific di Hong Kong, merujuk keterangan resmi pada Liputan6.com, baru-baru ini. 

SAF diklaim sebagai bahan bakar penerbangan yang dibuat dari bahan baku berkelanjutan dan dapat mengurangi emisi karbon selama siklus hidupnya. SAF dibuat dari berbagai bahan baku, seperti minyak jelantah, limbah padat, limbah kayu, tanaman cepat tumbuh, dan ganggang, menurut perusahaan minyak dan gas BP. 

Saat ini, industri penerbangan sangat membutuhkan bahan bakar jet karena memiliki kepadatan energi yang tinggi dan memungkinkan penerbangan jarak jauh. Namun, di sisi lain, penggunaan bahan bakar jet secara tradisional meningkatkan emisi karbon. Dengan SAF, emisi karbon diklaim dapat berkurang hingga 80 persen selama siklus hidup bahan bakar, tergantung pada bahan baku dan metode produksinya.

Pembangunan Berkelanjutan Industri Penerbangan Global

Cathay dan SPIC
MoU ditandatangani oleh Ketua SPIC International Finance (HK) Co. Ltd. Yin Guoping (duduk, kanan) dan General Manager Corporate Affairs Cathay Pacific Andy Wong (duduk, kiri). (dok. PR)

Ketua SPIC, Qian Zhimin, menyebut bahwa penandatanganan kerja sama ini jadi tonggak penting bagi pembangunan berkelanjutan SPIC. Juga, sebagai kontribusi signifikan perusahaan Tiongkok untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di sektor penerbangan global. 

"Kami berharap kedua belah pihak dapat membangun kolaborasi dalam sertifikasi dan pembelian SAF untuk bekerja sama lebih lanjut di bidang yang berkaitan dengan rantai pasokan industri, pengembangan proyek, dan mendapatkan dukungan kebijakan yang diperlukan," ujarnya.

Sementara CEO Cathay Pacific Group, Ronald Lam, mengaku senang dapat bermitra dengan SPIC dalam mempercepat pengembangan SAF di Tiongkok. Cathay Pacific Group berkomitmen menggunakan SAF sebesar 10 persen dari total konsumsinya pada 2030 sebagai bagian dari tujuannya untuk mencapai nol emisi karbon pada 2050.

Ronald berkata, "Kolaborasi ini menggabungkan keunggulan pelengkap dari kekuatan SPIC di bagian energi bersih dengan keahlian Cathay Pacific sebagai pengguna akhir SAF. Kami berharap kemitraan ini akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi industri penerbangan."

Tujuan Emisi Karbon Nol Bersih

Ilustrasi pesawat (Pixabay)
Ilustrasi pesawat (Pixabay)

Dengan MoU ini, Cathay Pacific berbagi pengalaman internasional dan memberikan umpan balik tentang proses sertifikasi SAF, rantai nilai, dan pengetahuan pasar secara keseluruhan pada SPIC agar keempat pabrik SAF di China daratan dapat sukses beroperasi.

Tujuan membangun dan memperkuat rantai pasokan SAF memerlukan kolaborasi yang ekstensif dengan banyak pemangku kepentingan, menurutnya. "Kami ingin mengirimkan pesan yang jelas bahwa SAF akan jadi bahan bakar paling penting untuk mencapai emisi karbon nol bersih dalam industri penerbangan, dan bahwa akan ada permintaan yang jelas dan stabil dari maskapai penerbangan," ujar Lam. 

Keempat pabrik SAF diharapkan akan beroperasi antara tahun 2024 dan 2026, dan masing-masing akan memiliki kapasitas produksi 50 ribu hingga 100 ribu ton SAF per tahun. Pembangkit akan menggunakan jalur yang mirip dengan "Power-to-Liquids" (PtL) untuk menghasilkan SAF, mengubah listrik terbarukan jadi bahan bakar cair. 

Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan di Asia

20150925-Pesawat Cathay Pacific-Mendarat Darurat-Denpasar
Pesawat Cathay Pasific (Wikipedia).

Cathay Pacific juga berkomitmen memimpin industri penerbangan dalam penggunaan SAF yang lebih substansial di Asia. Sebagai investor maskapai pertama di Fulcrum BioEnergy pada 2014, maskapai penerbangan itu berkomitmen membeli 1,1 juta ton SAF selama 10 tahun, yang mencakup sekitar dua persen dari kebutuhan bahan bakar sebelum pandemi COVID-19 setiap tahun. 

Pada 2022, Cathay Pacific meluncurkan program besar pertama di Asia, yaitu Cathay Pacific Corporate SAF Programme. Program ini memberi peluang pada pelanggan korporat untuk mengurangi jejak karbon mereka dari perjalanan bisnis atau pengiriman barang dengan berkontribusi pada penggunaan SAF.

SAF diangkat dan digunakan di Bandara Internasional Hong Kong sebagai bagian dari program ini. Pada 2023, Cathay Pacific berencana memperluas layanan program ini ke lebih banyak pelanggan korporat.

Kini, SAF diklaim sebagai salah satu cara efisien untuk mengurangi emisi karbon penerbangan, terutama dengan pertumbuhan industri penerbangan yang diperkirakan akan meningkat jadi lebih dari 8 miliar penumpang pada 2050.

 

Infografis Pesawat Susi Air Dibakar di Nduga Papua Diduga Ulah KKB. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pesawat Susi Air Dibakar di Nduga Papua Diduga Ulah KKB. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya