Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama sejak pamer outfit jadi agenda tidak resmi saat Lebaran Idul Fitri. Di antara lusinan gaya, banyak perempuan Indonesia yang memutuskan berkain dan berkebaya saat merayakan Lebaran 2023.
Sayang, tampilan kebaya saat Idul Fitri justru menghasilkan komentar bertendensi negatif. Topik tersebut diangkat salah satunya oleh pengguna Twitter @bergunarta yang baru-baru ini menulis dalam bahasa Inggris yang artinya, "Gadis-gadis Indonesia dan Malaysia: Bersenang-senang menunjukkan kebaya cantik saat selfie atau (foto) dengan teman-teman mereka."
"Laki-laki Indonesia: mengatakan hal-hal lucu dan bercanda. Laki-laki Malaysia (menyertakan tangkapan layar kicauan diduga para pria asal Negeri Jiran)," sambungnya.
Advertisement
Komentar-komentar yang dimaksud di antaranya berbunyi, "Kebaya bukan pakaian baik dan sopan untuk seorang wanita Muslim. Kenapa orang-orang suka berkebaya, terutama lelaki (suka melihat), karena kebaya ini menampilkan bagian pinggang mengecil seolah-olah mirip jam pasir."
"Perempuan-perempuan ini pasti bercanda, kan? Mereka tidak suka diseksualisasi, tapi mereka tetap jatuh ke perangkap orang cabul," sambung yang lain, sementara warganet berbeda menulis, "Kebodohan. Semata-mata untuk membuktikan sesuatu yang tidak bermanfaat. Akhirnya berbagi bahan ke lelaki mesum."
"Hahahaha banyaknya perempuan bodoh," kata pengguna lain. Sementara, si pemilik akun Twitter menambahkan dalam utas, "Jujur masih enggak habis pikir kok bisa liat foto ciwi-ciwi (perempuan) wisudaan, foto OOTD Hari Raya atau OOTD berkain, orang Bali lagi sembayang ke pura, terus yang kepikiran pertama langsung seksual?"
Bela Citra Kebaya Indonesia
Si pemilik akun menyambung, "(Saya)Â bukan mengatakan kata pria Indonesia lebih baik, tapi yang saya tahu di qrts pria Indonesia hanya mengatakan sesuatu seperti 'pemancing handal' atau 'penjelajah qrt' atau mungkin hanya (memberi) pujian, tidak ada kebencian."
Pembelaan atas citra kebaya Indonesia datang dari tidak sedikit warganet. Salah satunya menulis, "Apa yang tidak mereka pahami adalah tidak ada yang seksual sampai MEREKA menseksualisasikan itu."
"Baru kali ini ada kaum yang menseksualisasikan kebaya," imbuh yang lain, sementara warganet berbeda berkomentar, "Baguslah. Harusnya mereka enggak usah ikut ngeklaim kebaya ke UNESCO karena tidak Islami."
"This aku pernah pake kebaya buat ke pura, terus foto kena pelecehan seksual di internet katanya aku umbar aurat padahal itu kebaya sopan di Bali," aku seorang pengguna.
Ada juga yang bercerita, "Waktu gue wisuda, gue pake kebaya Bali dan temen-temen gue yang orang melayu malah banyak yang kasih respon positif. Beberapa dari mereka merasa cocok dengan kebaya Indonesia, dan itu bikin gue senang."
Advertisement
Mendaftarkan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO
Diberitakan sebelumnya bahwa Indonesia telah memutuskan mendaftarkan kebaya dalam joint nomination sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, bergabung bersama empat negara lain: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Namun, Indonesia juga mengajukan kebaya labuh dan kebaya kerancang dalam single nomination.Â
Hal itu mungkin dilakukan karena dua desain kebaya yang dimaksud telah memiliki sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Nasional rilisan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sejak 2021. Kini, pengajuan kebaya labuh dan kebaya kerancang ke UNESCO masih menunggu antrean karena masih ada beberapa warisan budaya tak benda lain yang diusulkan.
Kebaya labuh, kata Mellyana Anggraini dari Komunitas Pelestari Kebaya Labuh, Perwakilan Dewan Kesenian Kepulauan Riau, merupakan busana yang populer di masa Kerajaan Melayu Riau Lingga di era 1800-an. Kala itu, kebaya yang masuk mengalami adaptasi karena kultur Indonesia yang erat dengan agama Islam sehingga ada perubahan gaya.
"Labuh artinya panjang dan longgar, alkulturasi kebudayaan Islam membuat kebaya saat itu harus menutupi aurat sehingga dibuat longgar dengan etika sopan santun," ungkap Mellyana saat dihubungi Liputan6.com melalui sambungan telepon, 13Â Februari 2023.Â
Kebaya Kerancang Betawi
Menurut Mellyana, sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau, kebaya labuh telah jadi pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga. Dalam perkembangannya, kebaya labuh juga dikenakan di luar Lingga, hingga ke Riau daratan.Â
"Kebaya labuh yang potongan longgar memiliki kekek atau kain segi empat yang dilipat untuk membentuk lekuk ketiak dan berpesak di bagian depan. Untuk menutup belahan depan, biasanya dikenakan krongsang (peniti tiga serangkai/peniti ibu-anak)," ia menjelaskan.
Â
Sementara, melansir laman Setu Babakan, Senin (24/4/2023), kebaya kerancang, atau disebut juga kebaya encim secara tradisional merupakan kombinasi material brokat yang ditutup bordiran. Variasi bordirannya bermacam-macam, dan yang berlubang disebut sebagai kerancang.
Desain asli kebaya kerancang dideskripsikan agak pendek meruncing ke bagian muka kebaya antara 12 sampai 30 cm dari dasar. Bagian bawah lengan kebaya melebar atau lingkarannya 20 cm sampai 35 cm yang disebut tangan kebaya model goeng.
Kebaya kerancang Betawi dikenakan dengan sarung maupun kain panjang yang disarungkan (tidak diwiru). Boleh memakai kain sarung model tumbak, belah ketupat, dan buket (buketan).
Advertisement