Liputan6.com, Jakarta - Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni adalah momen untuk merefleksi betapa nilai-nilai toleransi yang telah tertanam di dalam kelima sila Pancasila adalah titik temu dan pemersatu kemajemukan di Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri, negara kita masih dihadapkan dengan banyak kasus intoleransi dan diskriminasi.
Menyikapi kondisi ini, setiap dari kita punya peran dan tanggung jawab untuk berkontribusi merawat toleransi, mulai dari Pemerintah, individu, hingga institusi atau organisasi. Hal itu juga berusaha dilakukan oleh Unilever Indonesia.
Menurut Kristy Nelwan selaku Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, menginjak tahun ke-90 beroperasi di tanah air, pihaknya terus menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan menghormati keragaman di masyarakat Indonesia.
Advertisement
Hal ini tertuang dalam komitmen ED&I Unilever Indonesia yang diterapkan di lingkungan kerja, dan melalui kampanye dan program perusahaan ataupun brand-brand mereka.
"Kami ingin turut berkontribusi pada berbagai upaya kolektif untuk mewujudkan budaya yang merangkul individu atau kelompok dengan latar belakang, kemampuan, serta perspektif yang berbeda atau kurang terwakili, agar kita dapat menegakkan Equity, Diversity & Inclusion atau ED&I (keadilan, keberagaman, dan inklusi) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya merawat toleransi," terang Kristy dalam webinar Unilever Indonesia, Rabu, 31 Mei 2023.
Dalam kesempatan itu, Halili Hasan selaku Direktur Eksekutif SETARA Institute menyampaikan sejumlah data:
Kesetaraan Gender dan Penyandang Disabilitas
1. Global Gender Gap Report 2022 oleh World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia di peringkat 7 dari 11 negara ASEAN dalam hal indeks kesenjangan gender. Selain itu, menurut data Komnas Perempuan, sepanjang 2022 terdapat 4.371 kasus yang diadukan, dengan 79 persen di antaranya adalah kekerasan berbasis gender.
2. Menurut Laporan Kemitraan Australia-Indonesia (AIPJ), Indonesia mengalami persoalan serius berkaitan dengan kuatnya stigma seputar penyandang disabilitas, pendekatan berbasis karitas dan medis terhadap mereka, serta tidak adanya data yang akurat dan komprehensif tentang penyandang disabilitas di Indonesia. Hal ini menjadi hambatan besar karena menghalangi dilakukannya advokasi berbasis bukti, kajian kebutuhan, formulasi kebijakan, pemantauan kemajuan, dan evaluasi secara tepat .
3. Dalam catatan SETARA Institute, sepanjang tahun 2022 terdapat 175 peristiwa dengan 333 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Indonesia – angka ini meningkat dibandingkan dengan temuan tahun lalu.
Melihat urgensi dan kebutuhan yang ada, di bawah naungan ED&I Board Unilever Indonesia, ada tiga fokus komitmen ED&I Unilever Indonesia adalah:
1. Keadilan Gender: Beberapa tahun belakangan, Unilever Indonesia bahkan bukan lagi bicara mengenai kesetaraan atau equality, melainkan keadilan atau equity – memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, dan support yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan unik dari setiap perempuan dalam menunjukkan potensi dan kiprahnya.
2. Keadilan untuk Penyandang Disabilitas: Menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas, dan membuka peluang yang adil bagi penyandang disabilitas untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa keraguan.
3. Penghapusan Diskriminasi dan Stigma: Mempromosikan rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan diskriminasi dan stigma.
Advertisement
Menghidupkan Semangat Toleransi di Indonesia
Berbagai pencapaian Unilever Indonesia selama 2022 menjadi pijakan untuk melahirkan berbagai inisiatif baru sembari menjalin kolaborasi lebih kuat dengan berbagai pihak yang memiliki misi sejalan untuk terus menghidupkan semangat toleransi di Indonesia. Salah satunya dengan merangkul generasi muda yang nyatanya semakin peka dan mendukung upaya-upaya ED&I. Ada sejumlah fakta yang mencerminkan harapan bagi masa depan Indonesia yang lebih inklusif, seperti:
1. Indonesia Millennial Report 2022 menunjukkan 61 persen milenial mendukung kesetaraan gender, dan 62 persen percaya bahwa perempuan memiliki kemampuan setara untuk menjadi pemimpin
2. Di situs indorelawan.org, tercatat setidaknya lebih dari 160 gerakan/program yang dimotori generasi muda untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas.
3. Riset International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Lembaga Demografi FEB UI di 2022 menyebutkan 74 persen Gen-Z mendukung adanya tempat ibadah agama minoritas di sekolah-sekolah.
Demi memperkuat geliat positif ini, Unilever Indonesia menggelar program “Every U Does Good Heroes” sejak 2021 untuk memberikan mentorship, micro grant, disertai pembinaan lanjutan pada sederetan sosok generasi muda agar mampu jadi sociopreneurs masa depan yang mampu menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk merawat toleransi. Salah satu pemenang “Every U Does Good Heroes 2022” adalah Tito Tri Kadafi, Co-founder & Director Bastra ID.
Toleran Terhadap Keberagaman
Ia percaya, dengan membuat lebih banyak generasi muda mampu bernegosiasi dan berargumentasi secara asertif, maka dunia yang lebih toleran terhadap keberagaman akan berpotensi untuk tercipta.
"Kami di Bastra ID menggagas beberapa program seperti Kartu Berembug: media permainan kartu yang mengajarkan negosiasi dan argumentasi lisan pada siswa SMP dan SMA, serta kelas ‘Remaja Belajar Menulis Konten’, berupa program inkubasi penulisan esai untuk belajar berargumentasi dan bernegosiasi secara tertulis," terang Tito.
"Kita tidak bisa memastikan sebuah kota menjadi toleran, tapi kita bisa mengusahakannya,” lanjutnya. Kristy menimpali, semangat generasi muda harus terus dipupuk agar toleransi dalam bentuk pengakuan dan perlakuan yang adil, non diskriminatif, dan inklusif dalam menyikapi kemajemukan akan terus menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
"Semoga setelah ini, di momen Hari Lahir Pancasila ini akan melahirkan lebih banyak aksi nyata yang sejalan dengan langkah kami dalam mendorong Equity, Diversity & Inclusion demi dampak yang terus berlipat ganda," tutup Kristy.
Advertisement