Ekspresi Girang Anak Palestina Saat Hujan Turun di Gaza: Ini Kiriman dari Allah untuk Kami

Hujan lebat akhirnya turun di Gaza setelah lebih dari satu bulan mengalami kesulitan air bersih akibat diblokade Israel.

oleh Farel Gerald diperbarui 16 Nov 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 15:00 WIB
Seorang Anak Palestina Kegirangan ketika Turun Hujan di Gaza
(dok. Tangkapan layar Instagram @trtworld/https://www.instagram.com/reel/CzoJUDPtz4T/?igshid=M2lraGtubWduemdq/Farel Gerald)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan lebat akhirnya memberikan kelegaan bagi warga Palestina di Gaza setelah lebih dari satu bulan mengalami kesulitan air akibat diblokade Israel. Antusiasme warga Gaza menyambut hujan pertama itu tergambar dalam ekspresi seorang anak laki-laki yang memakai hoodie merah manggis yang dengan cepat menampung air hujan ke dalam ember, sebuah momen yang terekam dalam unggahan Instagram @trtworld pada Selasa, 14 November 2023.

"Seorang anak Palestina mengungkapkan kegembiraannya ketika hujan akhirnya turun di Gaza yang sebelumnya mengalami kekurangan air karena blokade total Israel," begitu keterangan yang menyertai unggahan tersebut.

Dalam video tersebut, terlihat anak itu tak henti-hentinya menyampaikan rasa syukurnya kepada Sang Pencipta. Dengan semangat, ia mengucapkan, "Alhamdulillah, Allah SWT telah menurunkan hujan untuk kami minum. Allah tahu kami menderita, dan Dia mengirimkan hujan ini sebagai karunia-Nya. Inilah air bersih, seperti yang Anda lihat."

Momen yang terangkum dalam video tersebut menyentuh hati banyak warganet yang mengekspresikan dukungan dan simpati di kolom komentar. Banyak dari mereka menilai bahwa orang Palestina selalu mempertahankan sikap positif dan tetap bersyukur atas segala hal yang mereka terima, meskipun hidup serba terbatas dan kekurangan akibat tindakan Israel.

"Entah mengapa air mata ini mengalir begitu saja dari mata saya 💔 mungkin karena melihat penderitaan mereka atau merasakan kelemahan iman kita dan keteguhan iman mereka, atau mungkin karena rahmat Allah yang begitu besar 💔," ungkap salah satu akun di kolom komentar.

 

Risiko Kesehatan Mengintai

Perang Israel-Hamas: Hujan pertama di Gaza
Mereka yang terpaksa tinggal di tenda-tenda tipis dan yang lainnya mengungsi ke selatan untuk menghindari pemboman militer Israel. (SAID KHATIB / AFP)

"Wow, sungguh, orang-orang ini mengejutkan saya. Meskipun menghadapi tantangan, ketangguhan mereka sangat menginspirasi," ujar akun lainnya.

"Ya Tuhan, anak-anak ini memberikan banyak pelajaran tentang kesabaran dan kebahagiaan ❤️ Saya belum pernah melihat yang sebanding dengan ini," bubuh suatu akun.

"Dan itulah alasan mengapa mereka dianggap sebagai umat pilihan Allah," kata salah satu akun.

Sementara itu, hujan deras yang melanda Gaza setelah enam minggu perang telah membawa tantangan baru bagi ribuan warga Palestina yang kehilangan rumah mereka. Mereka terpaksa tinggal di tenda-tenda tipis, sedangkan yang lain mengungsi ke selatan untuk menghindari serangan militer Israel.

Melansir Al Jazeera, Selasa, 14 November 2023, awal musim hujan dan potensi banjir menimbulkan kekhawatiran tambahan, terutama terkait dengan sistem pembuangan limbah yang rusak di wilayah tersebut. Khawatir bahwa sistem ini mungkin tidak mampu menangani volume air hujan yang tinggi, meningkatkan risiko penyebaran penyakit di antara pengungsi.

Margaret Harris, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengungkapkan kekhawatiran mendalam, "Kami sangat prihatin. Kami sudah menghadapi wabah penyakit diare dengan lebih dari 30 ribu kasus tercatat, sementara biasanya hanya sekitar 2 ribu kasus dalam periode yang sama."

Sebagian Warga Gaza Harap Hujan Berhenti

Perang Israel-Hamas: Hujan pertama di Gaza
Seorang anak laki-laki berdiri di tengah hujan di sebuah sekolah yang dikelola oleh BBadan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Rafah, Jalur Gaza selatan, Selasa (14/11/2023). (SAID KHATIB / AFP)

Dewan Pengungsi Norwegia menekankan bahwa awal musim hujan ini bisa menjadi "minggu tersulit di Gaza" sejak dimulainya konflik. Tantangan ini tidak hanya mencakup kondisi fisik para pengungsi, tetapi juga memperparah situasi krisis kesehatan yang telah lama dihadapi wilayah tersebut.

Badan-badan bantuan lain menyatakan bahwa fokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga Palestina menghambat kemampuan mereka untuk merencanakan tindakan antisipatif terhadap potensi banjir. Di sisi lain, pengungsi yang berada di halaman rumah sakit di Deir al-Balah berjuang menghadapi hujan yang turun di Gaza kemarin, dengan membentangkan terpal plastik di atas tenda agar air tidak masuk ke dalam.

Mengutip kanal Health Liputan6.com, Rabu, 15 November 2023, saat memasang terpal plastik, kaki mau tak mau masuk ke kubangan lumpur yang tercipta akibat derasnya hujan. Beberapa tenda juga roboh akibat hujan.

"Semua tenda roboh karena hujan," kata Iqbal Abu Saud yang meninggalkan Kota Gaza bersama 30 kerabatnya. "Berapa hari kita harus menghadapi ini?"

Pengungsi Gaza lainnya, Karim Mreish, tak ingin hujan terus-menerus datang. Saat kemarin hujan turun, Karim mengatakan orang-orang di tempat penampungan berdoa agar hujan berhenti.

"Anak-anak, perempuan, dan orang tua berdoa kepada Tuhan agar hujan tidak turun," katanya. "Jika hal ini terjadi, maka akan sangat sulit dan kata-kata tidak akan dapat menggambarkan penderitaan kami."

Jeritan Petugas Rumah Sakit Gaza

Bayi prematur di Rumah Sakit Al Shifa Gaza dibaringkan di atas aluminium foil agar tetap hangat setelah inkubator mereka dimatikan karena listrik padam pada Minggu, 12 November 2023. (Medical Aids for Palestine)
Bayi prematur di Rumah Sakit Al Shifa Gaza dibaringkan di atas aluminium foil agar tetap hangat setelah inkubator mereka dimatikan karena listrik padam pada Minggu, 12 November 2023. (Medical Aids for Palestine)

Dalam beberapa hari terakhir, serangan bom Israel dilaporkan menargetkan sejumlah rumah sakit di Gaza. Krisis listrik dan air yang telah menutup separuh dari 35 rumah sakit di Gaza, juga berdampak drastis pada Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs di pusat wilayah kantong Palestina itu.

Bayi-bayi di inkubator dan pasien dialisis jadi yang paling berisiko karena pengobatan mereka bergantung pada ketersediaan bahan bakar untuk menyalakan mesin. Apalagi, Al-Aqsa merupakan satu-satunya fasilitas untuk pasien ginjal di wilayah tengah Jalur Gaza, juru bicara rumah sakit Khalil al-Dakran, mengatakan pada lembaga cek fakta Al Jazeera, Sanad, dikutip Selasa, 14 November 2023.

"Jika listrik dan air padam dan bahan bakar habis, pasien akan dipindahkan ke kuburan massal jika agresi terus berlanjut," al-Dakran memperingatkan. "Dan dunia (hanya) menonton."

Rumah sakit tersebut mengalami lonjakan jumlah pasien sejak awal konflik pecah awal bulan lalu. Ketika ribuan pengungsi dari wilayah utara Gaza bermigrasi ke selatan, jumlah pasien meningkat, terutama mereka yang menderita penyakit kronis, seperti ginjal.

Rumah sakit harus membatasi waktu perawatan dialisis dari 4 jam jadi 2,5 jam. Juga, terpaksa mengurangi frekuensi sesi dialisis pasien per minggu, kata al-Dakran. Para pasien ketakutan, tidak hanya karena bom Israel, tapi juga apakah mereka akan menerima perawatan yang mereka perlukan.

Infografis 4 Pesan Jokowi di KTT OKI Desak Gencatan Senjata Hamas-Israel. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Pesan Jokowi di KTT OKI Desak Gencatan Senjata Hamas-Israel. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya