Pendakian dan Destinasi Wisata Taman Nasional Gunung Rinjani Ditutup dari 1 Januari sampai 31 Maret 2024

Seluruh destinasi wisata pendakian dan beberapa destinasi wisata non-pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani untuk sementara ditutup. Kabar ini disampaikan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (21/12/2023).

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Des 2023, 13:50 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 13:00 WIB
Lombok
Perjalanan menuju Gunung Rinjani di Pulau Lombok. (Liputan6.com/Sunariyah)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh destinasi wisata pendakian dan beberapa destinasi wisata non-pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani untuk sementara ditutup. Kabar ini disampaikan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (21/12/2023).

"Penutupan dilakukan mulai 1 Januari hingga 31 Maret 2024 mendatang," kata Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat Dedy Asriady dalam keterangan tertulisnya di Mataram, dilansir Antara, Kamis (21/12/2023).

Jalur pendakian TNGR yang ditutup, yakni jalur pendakian Sembalun, jalur pendakian Torean, jalur pendakian Tete Batu, jalur pendakian Aik Berik, jalur pendakian Timbanum dan jalur pendakian Senaru. Sedangkan destinasi wisata non-pendakian yang ditutup, yakni Air Terjun Jeruk Manis, Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur; Air Terjun Mayung Polak, Desa Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur; Air Terjun Mangku Sakti via Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur; dan Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Dedy mengatakan, penutupan tersebut dilakukan sesuai Surat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nomor 805.Lap/GL.03/BGV/2023 tanggal 17 Desember 2023 perihal penyampaian laporan evaluasi aktivitas Gunung Rinjani pada Level II (Waspada). "Jadi, jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup semua," katanya.

Penutupan dilakukan dalam rangka pemulihan ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Ini juga memperhatikan informasi prakiraan cuaca dari BMKG stasiun klimatologi klas I Mataram bahwa sedang terjadi masa peralihan menuju musim hujan 2023/2024, dan perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat dan angin kencang.

 

Potensi Bencana

Gunung Rinjani
Gunung Rinjani (Foto: Liputan6.com/Andi Jatmiko)

Dedy menyebut, "Bencana itu dapat terjadi secara tiba-tiba dan bersifat lokal di beberapa wilayah, serta potensi dampak bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung."

Maka, pihaknya berharap para pendaki Gunung Rinjani yang akan melakukan pendakian check-in di 31 Desember 2023 diwajibkan segera check out pada 3 Januari 2024. "Tidak semua destinasi wisata dilakukan penutupan. Masih ada beberapa alternatif destinasi wisata alam non-pendakian lain yang bisa kunjungi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani," katanya.

Destinasi non-pendakian yang dibuka, yakni Otak Kokok, Tereng Wilis, Air Terjun Benang Stoke, dan Bukit Selong. Gunung Rinjani dengan tinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, setelah Gunung Kerinci di Sumatera.

Luas area Gunung Rinjani mendominasi lanskap Pulau Lombok, NTB yang relatif kecil. Mengutip laman resmi Rinjani National Park, 28 Agustus 2023, area sekitar Gunung Rinjani membentuk Taman Nasional Gunung Rinjani yang secara resmi tercatat seluas 41 ribu hektare di dalam batas taman dan 66 ribu hektare hutan lindung di luarnya. 

Tentang Gunung Rinjani

Gunung Rinjani
Danau Segara Anak sendiri berada di ketinggian sekitar 2.010 meter di atas permukaan laut, dengan kedalaman sekitar 230 meter. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Kaldera Gunung Rinjani seluas 50 km persegi dan memiliki danau kawah Segara Anak yang menjadi salah satu tempat favorit berkemah. Letusan di dalam kaldera tersebut telah membentuk kerucut kecil baru yang disebut Gunung Baru. Segara Anak sendiri memiliki sumber air panas alami.

Pada 2008, pemerintah Indonesia mengusulkan pada UNESCO agar Gunung Rinjani jadi salah satu geopark resmi dunia. Gunung Rinjani sekarang telah jadi taman geologi pertama di Indonesia yang diakui UNESCO.

Disebutkan bahwa letusan tertua yang tercatat dalam sejarah terjadi pada 1847. Sebelumnya, wilayah ini memang sangat terpencil, sehingga tidak ada catatan. Terjadi serentetan aktivitas pada 1994 hingga 1995 yang mengakibatkan semakin berkembangnya kerucut kawah Gunung Baru, sejak berganti nama jadi Gunung Barujari (Gunung Jari).

Pada 27 April 2009, Gunung Barujari kembali aktif dan aktivitas tersebut berlanjut hingga Mei 2009 dan beberapa tahun setelahnya. Jalur pendakian puncak sempat ditutup karena letusan semakin intensif dengan kepulan asap dan abu setinggi delapan ribu meter. Saat itu, jalur pendakian dibuka kembali. namun untuk menuju danau kawah, masih dianggap tidak aman dan tetap ditutup.

Gunung Rinjani Dianggap Sakral

Gunung Rinjani
Meski tidak sepopuler jalur pendakian Senaru dan Senalun, Torean oleh masyarakat lokal kerap digunakan “jalan singkat” untuk langsung sampai ke Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Masyarakat Lombok menganggap Gunung Rinjani sebagai gunung yang sakral dan memiliki nilai spiritual. Warga setempat percaya bahwa gunung ini adalah pelindung Pulau Lombok. Tak diragukan lagi masyarakat Lombok kerap mengadakan upacara adat dan ritual keagamaan di Gunung Rinjani. Bahkan, suku Sasak yang merupakan warga asli Lombok membangun rumah dengan menghadapkannya ke arah Gunung Rinjani.

Kalau Semeru memiliki Danau Ranu Kumbolo, Rinjani memiliki Segara Anak. Danau yang keindahannya mendunia itu jadi rebutan jutaan mata dan lensa kamera para wisatawan yang melewatinya.

Tak jarang juga banyak pengunjung yang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk singgah dan bermalam di tengah kesunyiannya. Segara Anak memiliki makna anak laut.

Hal itu lantaran air danau Segara Anak terlihat kebiru-biruan seperti air laut. Warna airnya yang jernih ditambah pemandangan sekeliling danau yang meneduhkan membuat siapapun tak jemu memandangnya.

Meski berada di Pulau Lombok, nama Gunung Rinjani justru berasal dari Bahasa Jawa Kuno di mana Rinjani berarti "Tuhan." Masyarakat setempat memilih penamaan tersebut dari seorang putri raja yang sedang bersemedi di Lombok. Sang putri diketahui bernama Anjani.

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah
Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya