Liputan6.com, Jakarta - Ungkapan All Eyes on Rafah masih terus menggema di media sosial untuk mendesak pembebasan Palestina di tengah serangan bertubi-tubi Israel. Ada banyak konten daring yang mendorong publik terus membicarakan nasib mengenaskan warga di wilayah kantong tersebut.
Salah satunya datang dari YouTuber Fuadh Naim yang berbagi surat wasiat seorang anak Gaza yang meninggal dalam serangan Israel di akun media sosialnya, Selasa, 18 Mei 2024. Tulisan berbahasa Arab itu diterjemahkannya jadi Bahasa Indonesia, berbunyi, "Wasiatku untuk kalian."
"Jika kelak aku meninggal, pergi, dan menjadi syahid dalam peperangan ini, aku tidak akan pernah memaafkan semua penguasa Arab yang telah mengkhianati kami. Kami jalani hari-hari yang sulit tanpa makanan atau minuman, serta dalam pengepungan."
Advertisement
"Hingga rambutku beruban, meski aku masih kecil," ungkapnya. "Demi Allah, aku akan mengadukan kalian pada Pencipta tujuh langit. Maafkan aku, wahai ibu. Sesungguhnya aku sangat mencintaimu ibu. Ibu jangan sampai bersedih karena berpisah dengannya."
"Pesanku pada rakyat Mesir, rakyat Yaman, rakyat Yordania, rakyat Aljazair, rakyat Libya, rakyat Lebanon, rakyat Tunisia, Sudan, Somalia, dan Malaysia, kami adalah amanah untuk kalian. Jangan pernah tinggalkan Gaza sendirian. Ini adalah amanah bagi kalian."
"Jangan pernah melupakan Gaza. Aku berwasiat pada kalian untuk menjaganya. Ini adalah amanah dan janganlah kalian khianati kami. Siapa pun yang menemukan pesanku, silakan bagikan. Aku akan menjadi syahid, insya Allah. Muhammad Abdul Qadir Al-Husseni, tanggal 25/3/2024," tutupnya.
Bukan Sekali Ini
Di keterangan unggahan, Fuad mengungkap, "Surat wasiat dari salah satu syuhada yang gugur di Gaza…😶seketika lemas membacanya… siapa yang lebih berhak mengadu mengiba pada Allah dan Rasulullah, melainkan para syuhada di Gaza?ðŸ˜Dan jika itu terjadi…betapa mengerikannya besok kita menghadap Allah dan Nabi Muhammad?"
Unggahan ini mengundang beragam komentar. Salah satunya menulis, "Dan kau tau? penulisnya anak-anak💔." "Ya Allah, pas tau yang nulis anak-anak makin sedihðŸ˜ðŸ’”," sahut yang lain.
Bukan sekali ini saja, karena sebelumnya seorang anak kecil asal Gaza Utara bernama Wassim mengatakan ia ingin meninggal saja saking frustasi karena perang. "Aku harap kami mati saja, aku ingin mati. Karena kami tidak punya apa-apa untuk dimakan atau diminum," ujar Wassim dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @hema.alkhalili, 10 Mei 2024. "Aku lelah hidup karena perang."
"Perang menghancurkan kami dan menghancurkan rumah kami," ujar anak lain yang juga ada di video. Di rekaman, anak-anak iitu terlihat sedang berkumpul di pantai untuk mengangkut makanan dan minuman.
Advertisement
Hampir Tenggelam
Perjuangan anak-anak Gaza Utara dalam mengambil paket bantuan di pantai bukanlah hal mudah. Di video lain yang diunggah @hema.alkhalili, 12 Mei 2024, ia mewawancarai orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengambil bantuan.
Ada satu anak yang menceritakan bahwa ia hampir tenggelam ketika berusaha mengamankan sekotak bantuan. "Saya datang ke sini untuk meminta bantuan, tapi itu jatuh ke laut. Kami masuk dan saya hampir tenggelam, tapi seorang Samaria yang baik hati datang dan menyelamatkan saya," ujar seorang remaja laki-laki.
"Tiba-tiba aku tercekik, aku tidak bisa berenang dan air pasang menarikku ke dalam," ujar remaja laki-laki lain. Ketika diwawancarai, mereka bercerita sudah sekitar tujuh bulan tidak mendapat pasokan makanan. Maka itu, ketika ada bantuan, mereka berbondong-bondong mengambilnya.
"Orang ke laut hanya agar bisa mendapatkan satu kotak (bantuan). Semoga Tuhan membalas mereka, cukuplah bagiku Tuhan dan dialah yang terbaik dalam mengatur segala urusan," ujar seorang laki-laki yang turut memperjuangkan kotak bantuan.
Serangan ke Kamp Pengungsi di Rafah
Krisis ini terjadi di tengah serangan militer Israel yang terus berlanjut. Setidaknya 45 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka ketika Israel menargetkan sebuah kamp pengungsi dan rumah-rumah di kota Rafah, Gaza selatan, kata sumber dan pejabat medis, Minggu, 26 Mei 2024.
"Pembantaian Rafah kemarin menyebabkan 45 orang syahid, termasuk 23 perempuan, anak-anak, dan orang tua. Ada 249 lainnya terluka," kata Kementerian Kesehatan Gaza dalam sebuah pernyataan. Serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al Sultan, kata Kantor Media Gaza.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan pihaknya mengangkut 50 orang, termasuk korban tewas dan terluka, setelah pemboman tersebut. Daerah yang ditargetkan menampung sedikitnya 100 ribu pengungsi, katanya.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dalam pernyataan mengatakan, kru ambulansnya sedang memindahkan para korban ke pusat kesehatan terdekat. Serangan itu menyebabkan kebakaran di daerah tersebut yang masih berkobar setidaknya sampai Senin, 27 Mei 2024, menurut saksi mata.
"Kami menyelamatkan sejumlah anak-anak yang jadi korban pemboman Israel, termasuk seorang anak tanpa kepala dan anak-anak yang tubuhnya telah terpotong-potong," kata seorang paramedis Palestina pada Anadolu.
Advertisement