Tolak Taruh Tas Louis Vuittonnya di Bawah Kursi, Perempuan China Diturunkan Paksa dari Pesawat

Video perempuan China mengabaikan instruksi awak kabin yang menyuruhnya menaruh tas Louis Vuittonnya di bawah kursi pesawat itu beredar viral hingga menimbulkan pro kontra.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Agu 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2024, 07:30 WIB
Tolak Taruh Tas Louis Vuittonnya di Bawah Kursi, Perempuan China Diturunkan Paksa dari Pesawat
Ilustrasi tas Louis Vuitton. (dok. personalgraphic.com/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bukan hal aneh bagi penumpang pesawat mendengar instruksi pramugari agar menaruh barang bawaan di kabin atau di bawah kursi. Namun, seorang perempuan China menolak mengikuti perintah awak kabin jelang pesawat lepas landas.

Saat itu, ia membawa tas tangan Louis Vuitton seharga USD3.000, sekitar Rp47 jutaan. Drama tas desainer yang terjadi pada 10 Agustus 2024 dalam penerbangan yang berangkat dari Bandara Internasional Jiangbei itu direkam oleh sesama penumpang dan diunggah ke situs TikTok ala Tiongkok, Douyin.

Dalam video yang kemudian beredar viral tersebut, awak kabin meminta penumpang perempuan itu untuk meletakkan tas tangan mewahnya di bawah kursi untuk mematuhi peraturan keselamatan dasar. Namun, wanita yang terbang dengan pesawat ekonomi itu menolaknya dan bersikeras menaruh tasnya di kursi di sebelahnya.

Dia lalu memainkan ponselnya dan mengabaikan awak kabin yang terus memperingatkannya. Ulahnya memaksa pilot kembali ke gerbang keberangkatan, dengan polisi memasuki pesawat dan memaksa wanita yang membawa Louis Vuitton itu turun dari pesawat.

Sesama penumpang dalam penerbangan itu terdengar bersorak dalam video viral saat wanita tersebut diantar turun dari pesawat. Sebagian warganet mendukung tindakan tegas awak kabin dan polisi yang menendang keluar penumpang keras kepala tersebut. 

"Pramugari tidak memaksakan aturan tersebut tanpa alasan," salah satu warganet menulis, mengutip dari NY Post, Minggu, 18 Agustus 2024. "Wanita itu harus menghargai keselamatan dirinya dan penumpang lain daripada tasnya."

Tapi, masih ada saja yang membela penumpang pesawat tersebut. "Pramugari bisa saja menawarinya tas untuk dimasukkan ke dalam kabin," kata seorang pengguna Douyin. "Apakah benar-benar perlu membuang waktu satu jam dan mengusirnya dari pesawat?"

Paksa Buka Pintu Darurat

Ilustrasi Pintu Darurat Pesawat
Ilustrasi Pintu Darurat Pesawat. (Unsplash/Ramses Cabello)

Masih dari China, kasus berbeda yang dipicu ulah penumpang pesawat memaksa penerbangan dibatalkan. Itu akibat seorang penumpang asal China membuka pintu darurat pesawat diam-diam.

Ia berdalih mengira pintu itu menuju toilet. Perintah evakuasi pun dikeluarkan. Semua penumpang lain diturunkan dari pesawat Air China CA2754 dengan rute Quzhou - Chengdu pada 4 Juli 2024. Mereka dipindahkan ke hotel dan diberikan kompensasi sebesar 400 yuan (Rp896 ribu) untuk masing-masing orang.

Pelaku yang membuka pintu darurat itu juga dipindahkan ke hotel untuk ditanyai polisi. Salah seorang penumpang, yang bernama Cheng, mengatakan bahwa penumpang itu membuka pintu secara diam-diam, tanpa seseorang melihatnya.

"Ketika slide evakuasi muncul, bahkan pramugari terkejut. Penumpang perempuan menangis ketika dia mendengar bahwa pesawat mengalami masalah," kata Cheng, seperti dilansir SCMP, Selasa, 9 Juli 2024 (9/7/2024).

Kejadian ini mendapatkan perhatian yang luas di media sosial China. Di Weibo, seorang pengguna menulis, "Tidak ada alasan untuk menjadi penumpang pertama kali. Dia bisa saja bertanya kepada kru di mana letak toilet."

Kebijakan Penerbangan Baru Korea Selatan

Korean Air
Pesawat maspakai Korean Air di Los Angeles International Airport (LAX), Los Angeles, Amerika Serikat, 29 Oktober 2019. (DANIEL SLIM / AFP)

Sementara, insiden turbulensi pada penerbangan Singapore Airlines SQ321 hingga harus mendarat darurat di Bandara Internasional Suvarnabhumi Thailand memberi banyak perubahan aturan keselamatan pada dunia penerbangan. Inisiasi baru juga dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan.

Mengutip laman The Korean Times, Kamis, 15 Agustus 2024, kementerian tersebut mengeluarkan pedoman baru untuk maskapai penerbangan. Aturan itu mencakup prosedur standar untuk menangguhkan layanan kabin seperti makanan dalam penerbangan dan penjualan bebas bea jika terjadi turbulensi.

Pedoman ini juga menyarankan agar layanan dalam penerbangan berakhir 40 menit sebelum mendarat pada rute jarak menengah dan jauh, serta 15 menit sebelum mendarat pada rute jarak pendek. Ini merupakan penyesuaian sekitar 20 menit lebih awal dari praktik sebelumnya.

Maskapai penerbangan besar, seperti Korean Air dan Asiana Airlines, telah mulai menerapkan kebijakan ini. Maskapai penerbangan berbiaya rendah lainnya juga menyatakan kesediaan mereka untuk mempertimbangkan rekomendasi pemerintah.

Standar Penyajian Minuman dan Makanan di Pesawat

Maskapai penerbangan asal Korea Selatan (Korsel), Korean Air, Sabtu (29/7), resmi terbangi langit Lombok dari Bandara Incheon Seoul, Korsel.
Maskapai penerbangan asal Korea Selatan (Korsel), Korean Air, Sabtu (29/7), resmi terbangi langit Lombok dari Bandara Incheon Seoul, Korsel.

Pedoman baru ini juga menyarankan maskapai penerbangan untuk meninjau risiko yang terkait dengan penyajian sup dan teh panas di dalam pesawat. Korean Air, misalnya, telah menangguhkan layanan mi instan di kelas ekonomi untuk mencegah luka bakar yang disebabkan oleh turbulensi.

Selain itu, maskapai penerbangan akan meningkatkan pengumuman dalam penerbangan untuk mengingatkan penumpang agar selalu mengenakan sabuk pengaman selama penerbangan. Dalam tiga tahun terakhir, turbulensi udara menyebabkan 111 kecelakaan penerbangan di seluruh dunia, mencakup 61,7 persen dari total 180 kecelakaan. 

Maskapai penerbangan Korea melaporkan 14.820 kasus turbulensi udara dalam enam bulan pertama tahun ini, yang sudah mencapai 72 persen dari total tahun lalu. Angka ini 78 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada 2019.

Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi juga memperkenalkan empat langkah baru yang dikembangkan dengan masukan dari para ahli di seluruh industri penerbangan, akademisi, dan bidang penelitian. Otoritas tersebut akan memperluas pembagian data antara badan meteorologi milik negara dan swasta serta maskapai penerbangan.

Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing
Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing. (Liputan6.com/Putri Astrian Surahman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya