Liputan6.com, Jakarta - Coldplay baru saja merilis album ke-10 mereka, "Moon Music," dengan sentuhan unik, yakni vinly terbuat dari limbah plastik. Namun, itu bukan sembarang sampah plastik.
Melansir Malay Mail, Sabtu (5/10/2024), dalam wawancara QVC Live pada Rabu, 3 Oktober 2024, vokalis Chris Martin mengungkap bahwa setiap piringan hitam album tersebut dibuat dari sembilan botol plastik yang dikumpulkan dari Sungai Klang di Selangor, Malaysia dan Sungai Cisadane, Indonesia. Ini terwujud berkat investasi Coldplay di The Ocean Cleanup, menurut dia.
Piringan hitam LP khusus yang terbuat dari plastik daur ulang itu tampak tembus cahaya. Chris juga menyoroti komitmen band terhadap keberlanjutan dan meningkatkan kesadaran tentang sampah plastik di Asia Tenggara, lapor Says.
Advertisement
Pelantun lagu "See You Soon" ini telah menjadikan upaya sadar lingkungan sebagai bagian penting dari identitas mereka, terutama melalui inisiatif, seperti tur Music of the Spheres, yang bertujuan memangkas emisi karbon hingga 50 persen.
Setelah menggelar konser di Jakarta pada akhir tahun lalu, Coldplay mendonasikan sebuah kapal pembersih sampah, yang dikenal sebagai Interceptor, untuk Sungai Cisadane, rangkum kanal Showbiz Liputan6.com, 20 November 2023. "Lagi, Coldplay memberi dukungan bagi misi The Ocean Cleanup dalam upaya penyelamatan lautan dari ancaman pencemaran plastik dengan pengenalan Interceptor kedua mereka, diberi nama Neon Moon II," tulis akun The Ocean Cleanup dikutip Minggu, 19 November 2023.
Green Update
Interceptor ini diharapkan dapat membantu membersihkan Sungai Cisadane dari sampah plastik yang jadi masalah serius. Chris Martin sebelumnya mengungkap komitmen bandnya terhadap lingkungan di lokasi tur konser mereka, termasuk Jakarta.
Akun X Coldplay, Rabu, 15 November 2023, membagikan "Green Update" terkait pertunjukan tersebut. Ada empat hal yang disampaikan, yakni informasi transportasi publik yang dekat dengan lokasi konser, areanya terjangkau dengan berjalan kaki, area parkir untuk sepeda, dan tempat mengisi botol minum.
Poin terakhir soal pengisian botol minum juga disampaikan lewat akun media sosial promotor konser Coldplay di Indonesia, PK Entertainment. "Lebih dari 30 stasiun hidrasi tersedia bagi para penggemar untuk mengisi ulang airnya di venue,” begitu pernyataan yang disampaikan promotor, dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com.
Botol yang boleh dibawa ke konser Coldplay adalah botol plastik transparan yang bisa digunakan berulang, sementara tumbler besi dan beling tidak diperbolehkan, menurut promotor.
Disampaikan pula bahwa pihak penyelenggara konser Coldplay memang berkomitmen mengurangi dan menggantikan penggunaan plastik sekali pakai. Upaya daur ulang juga dilakukan dengan menempatkan tempat sampah di sekitar lokasi konser.
Advertisement
Menekan Jejak Karbon
Penonton diminta memilah limbah sesuai kategori yang tertera di tempat sampah. Terkait konsep keberlanjutan di tur dunianya, Coldplay bekerja sama dengan Profesor John E Fernandez dari Inisiasi Solusi Isu Lingkungan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Di unggahan media sosial, terungkap bahwa penurunan jejak karbon tur mereka mencapai 47 persen. Ini mendekati target yang mereka ingin capai: 50 persen.
"Ini adalah permulaan yang baik, sesuatu yang mestinya membuat kru kami bangga. Tapi, masih ada yang bisa ditingkatkan," kata grup ini dalam unggahan di akun Instagram-nya, 2 Juni 2023. Tidak ingin berpuas diri, di tahun kedua penyelenggaraan tur tersebut, Coldplay berkomitmen terus melakukan konser dengan konsep sehijau mungkin.
"Kini, di tahun kedua tur (2023), kami sudah mulai menjalankan seluruh pertunjukan (audio, cahaya, laser, dll) menggunakan sistem baterai elektrik yang memungkinkan kami menggunakan 100 persen energi terbarukan seefisien mungkin," tulis Coldplay dalam unggahannya.
Ditambahkan, "Kami juga telah menggunakan kendaraan elektrik dan bahan bakar alternatif kapan pun kami bisa melakukannya, juga mengurangi sampah dan penggunaan plastik seminimal mungkin."
Pelopor Konser Lebih Ramah Lingkungan
Upaya Coldplay mendapat apresiasi Profesor John E Fernandez dari MIT. "Kami mendukung penuh upaya penting yang telah diperiksa ketat secara ilmiah dan memiiki kualitas tertinggi," katanya.
"Band ini berhak mendapat pujian tinggi karena melakukan hal ini, sekaligus beraksi sebagai pelopor dalam industri musik global, di mana hal ini sekarang hidup dan membuat musik dalam Anthropocene dinilai dengan serius," terang sang profesor.
Anthropocene adalah istilah untuk menggambarkan masa di mana keberadaan manusia berdampak besar pada Bumi. Demi memberi penjelasan komprehensif mengenai bagaimana mereka berupaya menghasilkan emisi karbon serendah mungkin, Coldplay menciptakan situs sustainability.coldplay.com.
Chris berkata, "Sebagai band yang telah melakukan banyak tur besar, kami ingin berkontribusi dengan cara yang positif. Bagaimana kami bisa mengubah paradigma konser ini dari sekadar mengambil, menjadi momen yang memberi dampak positif bagi lingkungan."
"Visi kami adalah mewujudkan konser tanpa menggunakan plastik sekali pakai, dan sebagian besar (pertunjukan) ditenagai energi surya," ucapnya.
Advertisement