Liputan6.com, Jakarta - Gunung Lumbung di Dusun Lembang, Cililin, Jawa Barat memiliki titik puncak 1.093 meter di atas permukaan laut (mdpl), sesuai peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Gunung yang terletak di Dusun Lembang, Cililin erat kaitannya dengan sejarah Dipati Ukur dan diduga merupakan sumbat lava yang muncul di tengah bekas kawah atau kaldera sebuah gunung berapi.
Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Selasa, 14 Januari 2025, Gunung Lumbung terletak sekitar 18 kilometer ke arah barat daya dari pusat Kota Bandung. Secara administratif gunung tersebut berada di Kampung Poponcol, Dusun Lembang, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Masih banyak hal mengenai Gunung Lumbung selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Lumbung yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Titik Awal Pendakian
Untuk menuju Kampung Poponcol, Dusun Lembang, pendaki memilki dua pilihan jalur. Perjalanan bisa dimulai dari arah barat melalui Cililin, kemudian melewati lembah wisata Curugan Gunung Putri, dan melanjutkannya dengan menyusuri jalan berkelok dengan tanjakan yang cukup curam menuju Dusun Lembang.
Jalur lainnya ditempuh dari arah timur, melalui Soreang dan Cihampelas, dilanjutkan ke Walahir dan melewati Desa Kidang Pananjung sampai tiba di Kampung Poponcol. Jika ingin menggunakan bantuan peta daring (online), Anda bisa mengetik kata kunci 'SDN Lembang Cililin" di mesin pencarian.
Dari kedua pilihan tadi, rekomendasi jalan yang lebih baik kondisinya yaitu dari arah barat, atau dari lembah Curugan Gunung Putri. Meski kondisi jalannya menanjak serta banyak berlubang, rute ini relatif lebih gampang ditempuh.
2. Tempat Dipati Ukur Melarikan Diri
Terdapat beberapa kutipan tentang Dipati Ukur dan Gunung Lumbung. Cerita Dipati Ukur versi Sukapura, yang selesai ditulis tahun 1886, yang menyebut bahwa Ki Dipati Ukur kalah, lalu mundur dan naik ke Gunung Lumbung, di daerah Batulayang.
Salomon Muller dan rekannya seorang pelukis, Pieter Van Oort, mengunjungi Gunung Lumbung pada 17 Januari 1833. Ia membuat catatan tentang akhir kisah Dipati Ukur, serta hancurnya negara di Gunung Lumbung.
Mengulik sejarah, sekitar 400 tahun silam, tepatnya yakni tahun 1630-1632, Dipati Ukur sebagai pemimpin wilayah Tatar Ukur, membangun pusat kekuatan pertahanan terakhirnya di Gunung Lumbung sebagai persiapan menghadapi seterunya, Kerajaan Mataram dan VOC.
Ini adalah pilihan yang tepat karena Gunung Lumbung sulit dijangkau dari segala arah. Jika pun ada yang bisa menerobos, dipastikan tenaganya sudah cukup terkuras, sebab terlebih dulu harus melewati benteng alam berupa pegunungan yang melingkari lokasi ini.
Catatan sejarah menyebut bahwa pada 1632, Sultan Agung sebagai penguasa Kerajaan Mataram mengirimkan 40.000 pasukan ke wilayah Priangan untuk meredam serta menangkap Dipati Ukur. Beberapa kisah menyebutkan bahwa di Gunung Lumbung inilah Dipati Ukur menyerah.
Advertisement
3. Asal-usul Nama Gunung Lumbung
Adapun nama Gunung Lumbung konon berasal dari nama sebuah batu berukuran besar, menyerupai ukuran seekor kerbau atau hampir seukuran sebuah lumbung (tempat menyimpan padi). Batu besar tersebut menjadi senjata untuk menyerang lawan dengan cara digelindingkan dari atas.
Bukan sembarang batu, melainkan batu sakti yang dapat kembali naik setelah digelindingkan. Batu tersebut memiliki nama Batu Munding Jalu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Batu Munding Lalampah.
Batu milik Dipati Ukur adalah salah satu senjata pusaka yang dimilikinya. Senjata lainnya yaitu sebuah duhung atau pisau yang bernama Culanagara, yang jadi asal toponimi Gunung Bukitcula di Ciparay. Senjata-senjata pusaka ini termasuk warisan leluhurnya dari kerajaan Pakuan Pajajaran.
4. Pendakian Sekitar Satu Jam
Pendakiani ke puncak Gunung Lumbung tidak dilengkapi dengan pos atau gerbang pendakian. Kendaraan bisa dititipkan di rumah warga atau di warung. Jangan khawatir, banyak warung tersedia di Kampung Poponcol. Kita bisa sekalian belanja perbekalan di sini, seperti air minum, cemilan, kopi, dan yang lain.
Pendakian menuju puncak dengan perjalanan santai membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Rutenya cukup jelas, selama perjalanan, pendaki akan melewati perkebunan, seperti kebun tomat, jagung, cabe rawit, dan terong ungu.
5. Hamparan Sawah Selama Perjalanan
Di sepanjang perjalanan treeking, pendaki bisa menikmati penampakan tebing batu berkomposisi lava tuf dan kincir angin atau kolécér dalam ukuran besar. Selain itu, di beberapa titik, sesekali cobalah untuk melihat ke arah bawah.
Bakal terlihat keindahan Dusun Lembang yang didominasi hamparan sawah yang luas. Setelah itu, kita akan menyusuri jalur kebun. Hingga puncak gunung, tak ada hutan rimbun yang ditemui.
6. Arca di Puncak Gunung Lumbung
Pendaki akan menemukan beberapa batu menarik yang umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun. Yang paling menarik tentunya sebuah batu yang oleh warga setempat disebut dengan Batu Arca. Ada juga batu berbentuk menhir atau lingga dan dolmen.
Keberadaan arca, menhir, dan dolmen tersebut sudah jadi sudah ada sejak dulu, sebelum Dipati Ukur membangun kekuatan pasukannya. Tetapi, bisa juga batu-batu itu dibawa oleh seseorang atau sekelompok orang pada saat Dipati Ukur sudah tak ada. Hal ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
Advertisement