Keragaman Wisata di Palembang

Selain pemandangan alam yang indah, Kota Pempek ini punya situs purbakala, museum, dan kawasan kerajinan. Jembatan Ampera telah menjadi lambang Palembang karena berada di tengah-tengah kota.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Jul 2006, 09:40 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2006, 09:40 WIB
020706amelancong.jpg
Liputan6.com, Palembang: Palembang, Sumatra Selatan mempunyai potensi yang besar sebagai tempat tujuan wisata. Selain pemandangan alam yang indah, Kota Pempek ini punya situs purbakala, museum, dan kawasan kerajinan. Ditambah lagi Sungai Musi yang membuat daerah ini dijuluki sebagai "Kota Wisata Air" yang bisa disejajarkan dengan Bangkok (Thailand) dan Pnomh Penh (Kamboja).

Berlibur ke Palembang tidak afdol jika melewatkan pemadangan di Pagar Alam. Daerah yang terletak di sebelah barat daya Palembang ini kaya akan wisata alam. Puluhan air terjun tersebar di kawasan yang dikelilingi oleh pegunungan ini. Salah satu air terjun di Pagar Alam yang paling besar adalah Lematang Indah. Tinggi air terjun ini sekitar 70 meter.

Lematang Indah begitu mudah dijangkau karena ada di tepi jalan antara Lahat dan Kota Pagar Alam. Keindahan panorama di kawasan ini menjadi makin menawan karena dilalui jalan yang berliku-liku dengan tikungan. Bagi pengunjung yang ingin melihat lebih dekat dan merasakan cipratan air terjun harus menuruni tangga batu yang curam.

Tak kalah menarik adalah Gunung Dempo. Gunung ini indah menjulang tegak menggapai langit jika dilihat pada pagi hari. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang tak peroleh di kota-kota besar. Temperatur udara sangat sejuk dan dingin. Tak jauh berbeda dengan suasana di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Tempat yang juga banyak dikunjungi wisatawan adalah Benteng Kuto Besak. Ide mendirikan benteng ini diprakarsai Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada 1724 hingga 1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin. Tempat ini mulai dibangun pada 1780 yang pengawasannya dipercayakan pada orang Tionghoa.

Menurut cerita, semen perekat bata mempergunakan batu kapur dengan putih telur. Pengunjung akan melihat meriam di pelataran museum. Sebelumnya empat meriam itu terdapat di tiap sudut benteng yang berbentuk segi empat. Sementara di dalamnya, terdapat batu prasasti, makam Ario Dillal, meriam tangan, dan tempat pelaminan yang dicat dengan warna emas.

Sementara wisatawan yang ingin melihat kerajinan masyarakat setempat dapat mengunjungi kawasan Tangga Butung. Di sini, banyak perajin songket. Menurut salah seorang perajin, untuk membuat satu songket dibutuhkan sekitar dua bulan. Tak aneh jika harga songket mahal. Paling murah adalah Rp 800 ribu sementara yang paling mahal bisa mencapai Rp 50 juta.

Pulau Kemaro juga tak boleh dilewatkan saat berlibur di Palembang. Nama pulau yang terletak di hilir Sungai Musi ini diambil dari kata kemarau yang artinya tak pernah digenangi air. Di pulau ini terdapat sebuah Vihara Hok Ceng Bio. Ribuan warga Cina berkunjung ke pulau Kemaro untuk sembahyang atau berziarah. Tak hanya umat Buddha dalam negeri, yang datang ke klenteng ini juga dari negara tetangga.

Di tempat ini juga ada makam Siti Fatimah dan Tan Po Han. Menurut cerita, Siti Fatimah yang merupakan putri Raja Palembang dilamar pangeran dari Cina, Tan Po Han. Sang Putri meminta syarat disediakan sembilan guci berisi emas sebelum menikah. Tan Po Han menyanggupi permintaan itu. Dia pun mengambil emas dari negerinya.

Selama perjalanan ke Palembang, sembilan guci ditutupi dengan sayuran untuk mengelabuhi para perampok. Sampailah guci-guci itu dengan selamat. Namun Tan Po Han kaget karena bukannya emas yang ada di guci itu melainkan sayuran. Dia marah dan melemparkannya ke Sungai Musi. Saat guci terakhir akan dibuang, dia terempas dan guci pecah. Dia bertambah kaget ternyata ada emas di dalam guci itu.

Tan Po Han sangat menyesal dengan tindakan bodohnya itu. Dia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Musi. Siti Fatimah yang melihat kejadian itu pun ikut terjun ke sungai. Namun sebelumnya, Sang Putri berpesan jika ada tanah yang tumbuh di sekitar Sungai Musi itu adalah kuburannya dengan Tan Po Han.

Terakhir, yang tak boleh dilewatkan saat ada di Palembang adalah Jembatan Ampera. Lokasi ini sangat ramai oleh pengunjug saat malam hari. Apalagi saat malam Minggu. Selain menikmati deburan ombak air sungai, pengunjung yang kebanyakan berpasang-pasangan ini bisa makan di restoran terapung yang menyediakan berbagai makanan khas Palembang.

Jembatan Ampera telah menjadi lambang daerah karena terletak di tengah-tengah kota. Jembatan yang dibangun 1962 ini menghubungkan daerah Sebrang Ulu dan Sebrang Ilir. Dulu jembatan yang terbuat dari beton ini dapat diangkat kalau ada kapal besar yang akan lewat. Panjang jembatan sekitar 1.100 meter dan ditanam sedalam 70 meter.(JUM/Tim Melancong Yuk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya