Liputan6.com, Jakarta - Ratusan orang yang menggeruduk Kantor DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sampai dini hari ini masih menduduki halaman kantor tersebut. Mereka masih menuntut Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) yang digelar di Kantor DPP PPP itu dibubarkan.
Tak hanya duduk-duduk, mereka juga berorasi sembari menunggu kepastian dihentikannya Rapimnas. Dalam orasinya, mereka mengaku bukan massa bayaran dari pihak-pihak tertentu.
"Kami bukan massa bayaran. Mereka yang rapat di dalam itu yang bayaran," kata salah seorang dari mereka bernama Mustakim Dahlan, Minggu (20/4/2014) dini hari.
Mustakim menegaskan, pihaknya juga bukan preman yang dibayar untuk menggeruduk Kantor DPP PPP. Mereka mengaku adalah kader PPP.
"Kami bukan preman. Kami bukan massa bayaran. Maling-maling di dalam yang bayaran. Suruh keluar," kata dia.
Mustakim mengatakan, pihaknya tidak akan segan mengambil langkah paksa untuk membubarkan Rapimnas yang disebutnya ilegal itu jika kepolisian tidak juga melakukan tindakan kepada mereka yang ikut Rapimnas.
"Kalau Bapak Kapolres (Jakarta Pusat) tidak mau membubarkan, maka kami yang akan membubarkan paksa mereka. Jangan salahkan kami jika tempat ini jadi tempat aksi kami," kata Mustakim.
Terkait ini, belum ada konfirmasi dari para kader dan pengurus PPP yang mengikuti Rapimnas. Mereka masih menggelar rapat secara tertutup di lantai 3.
Sementara itu, ratusan personel kepolisian dari Polsek Metro Menteng dan Polres Metro Jakarta Pusat telah disiagakan di depan dan di dalam Kantor DPP PPP. Sejumlah alat pembubar massa juga telah disiapkan, seperti pistol gas air mata.
Rapimnas yang digelar mendadak ini dilakukan untuk merespons dinamika internal politik di tubuh partai berlambang Kabah tersebut. Sejumlah pengurus DPP sampai 26 Ketua DPW PPP hadir dalam Rapimnas ini. Namun, SDA tak terlihat di jajaran yang hadir.
Seperti diketahui, konflik di tubuh PPP semakin memanas ketika 26 Ketua DPW PPP berkumpul di Sentul, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Mereka membuat mosi tidak percaya terhadap SDA lantaran dianggap menyalahi aturan partai terkait kehadiran dan orasinya pada kampanye Partai Gerindra 23 Maret 2014.
Mereka menuntut pengurus DPP untuk segera menggelar rapat pleno guna membahas manuver SDA. Namun, kubu SDA malah menanggapi tuntutan itu dengan memecat sejumlah pengurus partai karena dianggap berusaha melakukan pemakzulan atau pelengseran terhadap ketum partai.
Melalui SK yang ditandatangani SDA dan Wasekjen Syaifullah Tamliha tertanggal 16 April 2014, DPP PPP memberhentikan Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dan 4 Ketua DPW PPP, yakni Ketua DPW PPP Jawa Barat Rahmat Yasin, Ketua DPW PPP Sumatera Utara Fadli Nursal, Ketua DPW Jawa Timur Musyafa Noer, dan Ketua DPW PPP Sulawesi Selatan Amir Uskara.
Massa yang Geruduk Kantor DPP PPP Klaim Bukan Preman Bayaran
Ratusan orang yang menggeruduk Kantor DPP PPP sampai dini hari ini masih menduduki halaman kantor tersebut sambil berorasi.
diperbarui 20 Apr 2014, 01:23 WIBDiterbitkan 20 Apr 2014, 01:23 WIB
Situasi di Kantor DPP PPP memanas saat datangnya puluhan orang yang menolak Rapimnas PPP (Oscar Ferri/Liputan6.com)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kim Jong Un: AS Tak Pernah Berubah
35 Kata-Kata Adab Lebih Tinggi dari Ilmu, Hikmah yang Sarat Makna
Pulau Tegal Mas, Surga Tersembunyi di Pesawaran Lampung
Prediksi Liga Inggris Manchester City vs Tottenham Hotspur: Dampak Komitmen Pep Guardiola
Gaet Pialang Berjangka, Pintu Luncurkan Perdagangan Derivatif Kripto
Fitri Salhuteru Klarifikasi Isu Tega Bully Anak Nikita Mirzani, Pamer Bukti Video Interaksi di Pesta Ultah
IHSG Sepekan Naik 0,48%, Simak Deretan Top Gainer dan Top Losers pada 18—22 November 2024
Hasil Livoli Divisi Utama 2024: Raih MVP, Mediol Stiovanny Yoku Lengkapi Gelar Juara Petrokimia Gresik
Profil Armando Obet Oropa, Pemain Muda yang Dipanggil STY Memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Catatan Blusukan Ridwan Kamil: Menjelajahi Jantung Jakarta, Menyentuh Aspirasi Warga
Menteri Rosan Segera Tindak Lanjuti Komitmen Investasi Rp 134,9 Triliun dari Inggris
Dharma-Kun Sapa Sejumlah Tokoh Masyarakat di Kalideres Sebelum Kampanye Akbar