Lokalisasi Dolly Ditutup

Penutupan Dolly Surabaya, Jawa Timur, sebenarnya adalah bagian dari rangkaian penutupan sejumlah lokalisasi di Kota Surabaya.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Jun 2014, 18:24 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2014, 18:24 WIB
Barometer Penutupan Dolly - Liputan6 Petang
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Surabaya - Puluhan pekerja seks komersial (PSK), pemilik wisma dan warga yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly Surabaya, Jawa Timur, mendatangi Kantor DPRD Kota. Mereka memprotes tindakan pemerintah kota yang memajukan jadwal penutupan lokalisasi dari 19 menjadi 18 Juni 2014.

Penutupan Dolly sebenarnya adalah bagian dari rangkaian penutupan sejumlah lokalisasi di Kota Surabaya. Itu berarti berakhir pula lokalisasi yang disebut berdiri sejak akhir dekade 1960-an tersebut.

Sebetulnya rencana penutupan lokalisasi yang disebut terbesar di Asia Tenggara itu telah lama disuarakan. Tapi tak ada satu pun yang berhasil melakukannya. Sampai akhirnya walikota Surabaya dipegang Tri Rismaharini.

Ketegangan terus meningkat seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu itu. Sejumlah orang yang selama ini menangguk untung dari bisnis prostitusi tersebut berupaya mati-matian mempertahankannya. Berbagai upaya ditempuh, termasuk mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Tak juga berhasil dengan cara itu, sejumlah orang memilih bersiaga 24 jam di titik masuk Dolly 2. Mereka bermaksud menghadang setiap petugas yang akan memasuki kawasan ini. Barikade berupa bangku diletakkan menghalangi jalan.

Ketegangan terus meningkat. Sehari menjelang penutupan, 2 wisma di Gang Dolly dilempar batu oleh orang tak dikenal. Diduga keras ini merupakan provokasi kepada warga agar menolak penutupan lokalisasi ini.

Seseorang berkendara sepeda motor tiba-tiba melempari kaca wisma saat hujan turun. Ratusan polisi dikerahkan lengkap dengan mobil water cannon atau meriam air untuk mencegah anarki.

Ketegangan itu bisa dipahami. Sekian lama beroperasi, lokalisasi Dolly menjadi tambang emas bagi mereka yang mencari untung di sana. Tak mengherankan, saat pemerintah kota berencana menutup lokalisasi itu mereka bereaksi keras. Akan tetapi Walikota Tri Rismaharini bersikeras karena khawatir dengan dampak buruk lokalisasi tersebut.

Dukungan bagi penutupan Dolly disuarakan mahasiswa Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Akan tetapi mereka mengingatkan pentingnya mencari solusi yang terbaik bagi PSK, mucikari dan warga yang terdampak.

Saksikan selengkapnya pada tautan video yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (21/6/2014), di bawah ini.

(Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya