Cari AirAsia di Dalam Laut, Kopaska Andalkan Strategi Ini

Saat mencari bangkai pesawat AirAsia QZ8501, tim Kopaska akan menyelam 25 sampai 30 meter bahkan bisa mencapai 40 m.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 02 Jan 2015, 02:36 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2015, 02:36 WIB
Pasukan Katak TNI AL Diterjunkan Cari Pesawat AirAsia QZ8501
Penyelam dari Komando Pasukan Katak‎ (Kopaska) TNI Angkatan Laut akan mencari pesawat dan penumpang AirAsia QZ8501 di kedalaman 30 meter. (Itjen.Kemhan.go.id)

Liputan6.com, Selat Karimata - Komando Pasukan Katak (Kopaska) akan menyisir di dalam lautan demi mencari pesawat AirAsia QZ8501 yang diduga jatuh di perairan Selat Karimata.

Menurut salah satu pimpinan Kopaska yang berada di Kapal KN 101 Purworejo, Letda Laut Edi Abdillah, mereka akan menyelam 25 sampai 30 meter bahkan bisa mencapai 40 meter setelah pindah ke KRI Banda Aceh.

"Saya membawa 14 orang di mana kita akan membagi menjadi dua tim. Diprediksi setelah sampai di KRI Banda Aceh kita bisa melakukan penyelaman sekitar 25 meter sampai 40 meter," ujar Letda Edi di Kapal KN 101 Purworejo, Kamis (1/1/2015) malam.

Ia pun menjelaskan ada 2 strategi dalam melakukan penyelaman, yaitu dengan dengan circle ataupun penyapuan. "Bedanya jika circle itu kita berenang dengan menandai bentuk lingkaran, sedangkan penyapuan kita akan berenang sesuai dengan titik koordinat jadi memang tidak asal," papar Edi.

Yang menarik mereka melakukan strategi tersebut dan penyelaman menggunakan seutas tali. Menurut dia, tali bukan hanya sebagai penanda titik koordinasi dalam melakukan penyelaman, tapi juga sebagai alat bantu komunikasi.

Letda Edi menegaskan hal ini bukan lantaran alat komunikasi mereka yang terlalu tradisional. Namun tali memang digunakan sebagai salah satu cara efektif untuk berkomunikasi.

"Kita pernah menggunakan communication underwater, tapi nggak berfungsi. Lebih baik menggunakan seutas tali. Misalnya kita tarik sekali, dia (yang menyelam) membalasnya sekali tanda oke. Nah, kalau berkali-kali atau saat kita tarik talinya tidak menjawab berarti ada sesuatu," tutur Letda Edi.

Selain itu, lanjut dia, menggunakan tali tersebut bukannya seorang diri, para penyelam harus ditemani juga jadi minimal harus berdua. "Itu namanya stand by diver, jadi memang harus berdua tidak boleh sendiri," ucap Edi.

Letda Edi pun menegaskan dalam melakukan penyelaman, juga dipengaruhi kekuatan perahu. Sebab, jika kapal tidak bisa menahan gelombang ombak maka kita bisa berisiko.

"Dalam penyelaman itu pun tergantung kekuatan kapal. Memang arus bawah laut bisa mempengaruhi juga, tetapi saat gelombang mencapai 3-4 meter tapi perahu tak bisa menahan, akhirnya menjadi percuma. Tim kita itu kan bukan hanya penyelam saja, ada pengawas, ada yang menghitung titik, kalau mereka tak bisa bekerja dengan baik, maka tim penyelam juga bisa menganggu," urai dia.

Ia pun menegaskan tidak ada persiapan khusus untuk melakukan pencarian. Hanya perlu fokus, serta mental yang kuat.

"Mental itu harus kuat. Tapi yang penting adalah ikhlas terutama dalam pencarian (pesawat AirAsia QZ8501) ini. Pernah ada kejadian grup mencari tidak dapat apa-apa, tapi saat kami (Kopaska) datang, dan memang rasa ikhlas mencari, kita malah mendapatkannya, padahal itu hanya sebentar," tandas Letda Laut Edi Abdillah. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya