Sempat Dilarang, Mahasiswa UIN Yogya Tetap Tonton Film Senyap

Polres Sleman pun menyelidiki nonton bareng film Senyap di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

oleh Yanuar H diperbarui 12 Mar 2015, 05:18 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2015, 05:18 WIB
Resensi Senyap (The Look of Silence) dan Bandingkan dengan Jagal
Setelah menonton `Senyap`, bagaimana wartawan kami memandang film itu dan membandingkannya dengan `Jagal`?

Liputan6.com, Yogyakarta - Film Senyap akhirnya tetap berjalan di Student Center UIN Sunan Kalijaga. Nonton bareng film senyap ini digelar mulai 10.25 WIB. Film ini atas kerja sama dari 16 organisasi kampus dan didukung LBH Yogyakarta.

Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor Ahmad Haedar mengatakan, persiapan nonton film Senyap sudah dilakukan sejak 2 bulan lalu. Namun panitia mendapat kendala, baik dari dalam kampus terkait izin tempat dan juga dari luar kampus.

"Kita dapat izin di Convension Hall lalu dipindah di gedung rektorat lama, pas H-3 ditarik izinya. Sebelumnya di-acc. WR 3 beliau mungkin belum baca film nya, tapi itu sudah ada intervensi dari oknum. Dengan alasan film ini terlarang. Tadi pagi juga izin kita ditarik lagi. Sikap kita sama, acara tetap kita lanjutkan," ujar dia di Student Center UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu (11/3/2015).

Haedar mengatakan, intervensi dari pihak luar kembali terlihat saat acara nonton bareng akan dilakukan. Puluhan massa dari Umat Islam berkumpul di UIN untuk membubarkan nonton bareng itu. Intervensi ini membuktikan bahwa kedaulatan kampus telah ditindas.

Dia juga menyayangkan sikap kampus yang tidak mendukung acara tersebut. Seharusnya pihak kampus mendukung mahasiswanya berkreasi.

"Aliansi mahasiswa sudah komitment, jika kampus diintervensi kita akan lawan. Film itu apa? Toh kita berkreasi harusnya rektor mendukung. Akademisi punya hak kebebasan bekreasi, termasuk mengkaji wacana itu. Kampus harus steril dari oknum dan kita tetap laksanakan dan lanjutkan sebagai bentuk kedaulatan kampus," ujar dia.

Walau pun sering mendapat teror dari oknum, Haedar mengaku tak gentar dengan pelaksaan nonton film Senyap dilanjutkan dengan diskusi film. Usai sukses nonton film akan membuat kampus lain ikut melakukan juga dan berdiskusi tentang film tersebut.

"Kita akan lakukan jangka panjang. Seperti di ISI dan Sanata Darma tidak boleh ada lagi ancaman. FUI siapa mereka ini? Ini kan ruangan kita. Mereka nggak punya hak secara akademik. Nantinya acara nonton film Senyap ini juga akan menjalar ke seluruh kampus di Yogya," ujar dia.

Polisi Panggil Panitia

Sementara Rektor UIN Sunan Kalijaga Minhaji mengatakan, saat bernegosiasi dalam pelaksanaan nonton film Senyap ini, menyepakati diskusi film Senyap boleh dilakukan, tetapi tidak untuk pemutaran film.

"Tadi ada juru bicara mereka ustad Umar sudah bertemu dengan saya, ada beberapa bagian dia sepakat dengan kita, tapi soal film itu sudah dilarang pemerintah," kata Minhaji.

Kapolres Sleman Faried Zulkarnain mengatakan, pihaknya akan meminta keterangan kepada 3 panitia nonton bareng film Senyap di Studen Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pihaknya saat ini masih mendalami acara itu dengan memanggil 3 mahasiwa itu.

"Kita mendalami secara internal, nanti baru dilaksanakan terkait pemanggilan, belum diperiksa," ujar Faried kepada Liputan6.com.

Haedar mengaku, dirinya saat ini menjadi salah satu orang yang tengah dicari jajaran kepolisian terkait pemutaran film Senyap.

"Ya, saya menjadi salah satu orang yang  dicari polisi. Saya sedang berkoordinasi dengan teman-teman terkait adanya isu pemanggilan itu," ujar dia.

Haedar menambahkan, nonton bareng film Senyap berakhir sekitar pukul 14.30 WIB. Dia tidak tahu apakah teman-temannya juga dipanggil oleh Polres Sleman.

"Nggak tahu kalau teman-teman sudah ada yang diamankan, ya. Saya nggak tahu. Tapi mohon media mengawal ini ya," pungkas Haedar.

Senyap

Film Senyap atau The Look of Silence diproduksi pada 2014 yang diluncurkan perdana pada 10 November di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Senyap mengambil kisah pembunuhan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965-1966 yang salah satunya terjadi di Sumatera Utara.

Alkisah, di tepian Sungai Pekong, Sumatera Utara, di sanalah tempat Ramli dan keluarganya tinggal. Dia kemudian dibunuh karena dituduh menjadi simpatisan PKI. Jasadnya ditinggalkan para pembunuhnya di kebun sawit yang terletak 3 kilometer dari kediaman orangtuanya.

Film Senyap merupakan karya Joshua Oppenheimer, pria Amerika Serikat yang juga melahirkan film kontroversial lain, Jagal atau The Act of Killing. Jagal menjadi salah satu nominasi dokumenter terbaik penghargaan Oscar 2014.

Jagal pertama kali diputar di Indonesia pada 2012 lalu  di Salihara, sebuah kantong kesenian di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pemutaran berlangsung sembunyi-sembunyi. Yang menonton diseleksi. Keamanan pun ketat. (Rmn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya