Liputan6.com, Jakarta - Bumi, Bulan, dan Matahari bakal berada dalam satu garis di wilayah Kutub Utara hari ini, Jumat (20/3/2015). Fenomena yang biasa disebut gerhana matahari total itu terjadi saat pagi mulai menyingsing di Kutub Utara, sekitar pukul 04.45 waktu Amerika Serikat.
Namun gerhana itu tak akan dapat disaksikan di Indonesia. Gerhana sebagian bisa diamati di sebagian wilayah Afrika Utara, Eropa, Asia Barat, dan Rusia.
"Posisi Matahari ada di dekat ekuator. Sedangkan Bulan posisinya di belahan utara. Bayangan yang dibentuk bulan jatuhnya di sekitar Kutub Utara," jelas Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Namun Thomas mengatakan, tak ada yang istimewa dari gerhana matahari di Kutub Utara itu. Menurut dia, gerhana ini memang terjadi pada periodenya. Biasanya suatu wilayah akan mengalami gerhana yang sama setiap sekitar 19 tahun sekali. Ini disebut periode saros.
"Bukan langka. Ini gerhana biasa. Ini siklus saros, daerah yang sama akan mengalami gerhana sekitar 19 tahunan. Indonesia pun gerhana setiap 19 tahun," ujar dia.
Thomas juga menyoroti imbauan sejumlah media asing untuk melakukan selfie saat gerhana matahari tengah berlangsung. Menurut dia, bernarsis-narsis ria di tengah fenomena gerhana tak jadi masalah.
"Boleh (selfie), nggak ada masalah. Malah kalau selfie kan orangnya membelakangi objek gerhana, jadi aman-aman saja," papar dia.
Advertisement
Lalu bagaimana jika kita menghadap ke arah gerhana?
Thomas mengatakan, gerhana matahari total atau saat matahari tertutup bulan secara sempurna tak masalah jika dilihat langsung oleh mata telanjang. Namun ketika bulan berangsur-angsur bergeser dari posisinya dan saat matahari mulai menampakkan diri, sebaiknya tak dilihat.
"Saat itu pupil mata sedang membesar, sementara matahari mulai terang," pungkas Thomas. (Ndy/Ein)