Liputan6.com, Jakarta - Sempat merasa akan menghembuskan nafas terakhir di Yaman akibat konflik yang bergejolak di negara tersebut, Ginda Hasibuan (24), mahasiswa asal Indonesia mengaku tak percaya bisa kembali ke Tanah Air.
Ucapan Alhamdulillah dilontarkan pertama kali, pada saat pesawat yang membawanya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Banten. "Tak habis-habisnya saya bersyukur, Alhamdulillah," tutur Ginda bahagia.
Sebelumnya, Ginda sempat tak percaya bisa kembali lagi ke Tanah Air. Mengingat Yaman, negara yang sudah bertahun-tahun ditinggalinya untuk menuntut ilmu di Daarul Ulum Hudaidah, tengah dilanda perang.
"Kondisi sudah darurat, tempat berlindung tidak ada jaminan aman. Jadi saya masih kayak nggak yakin saja sudah pulang ke Indonesia," kata warga asal Medan ini saat tiba di Common Lounge Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (5/4/2015).
Dia pun menceritakan kondisi yang mencekam selama bertahan di tengah peperangan. Setiap malam, ujar dia, terjadi sekitar 15 kali serangan pesawat ke kota Hudaidah yang jaraknya sekitar 2 km dari kampusnya. Kalau sudah begitu, Ginda mengaku hanya bisa berdiam diri di ruangan kampus, bersama warga negara Indonesia lainnya dan juga warga setempat.
Gara-gara konflik tersebut, Ginda mengaku sudah satu minggu tidak istirahat. Selama itu, ia bertahan di kampus hingga akhirnya dijemput tim evakuasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.
"Banyak yang dievakuasi dari Kota Hudaida. Di Kota Jizan juga ada sekitar 300 orang yang belum pulang," ungkap dia.
Meski sudah pulang, dia berharap bisa kembali lagi ke universitasnya. Pasalnya, sebentar lagi dia akan diwisuda. "Kalau kondisi sudah aman, pengennya balik lagi. Saya sudah kuliah tiga tahun, sayang sebentar lagi wisuda," kata Ginda.
Tak hanya dia, di universitas itu juga, masih ada 15 mahasiswa asal Indonesia yang memilih bertahan. "Saya berharap, sangat berharap, mereka tetap dilindungi Allah dan bisa kembali ke sini," harap Ginda. (Sun)
Kisah Mahasiswa Indonesia Bertahan di Tengah Perang Yaman
Ginda sempat merasa akan menghembuskan nafas terakhir di Yaman. Dia mengaku sudah satu minggu tidak istirahat.
diperbarui 05 Apr 2015, 19:40 WIBDiterbitkan 05 Apr 2015, 19:40 WIB
Menlu Retno mengaku sangat lega melihat para WNI tersebut telah berhasil dievakuasi dari konflik yang sedang berkecamuk di Yaman.
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hukum Ziarah Kubur Menurut UAH, Apa Hubungannya dengan Hari Jumat?
Lawan Kemiskinan, Kepala BP TASKIN Resmikan Rumah Produksi Gizi
Tahapan Krusial, Polda Riau Cek Kesiapan Polres Rohul Sukseskan Pilkada
Generasi Muda Indonesia Dukung Percepatan Transisi Energi di COP 29 Lewat Aksi Kolaboratif Desa Bumi dan SRE
Polisi Masih Buru Tiga Buronan Kasus Judi Online Komdigi
Jalani Evaluasi Tahap II, Penerapan Smart City di Banyuwangi Dapatkan Apresiasi
Shibuya Tokyo Pastikan Tidak Ada Pesta Malam Tahun Baru 2025 Usai Meniadakan Perayaan Halloween
Pemprov Sulbar Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Wilayah Pegunungan Mamasa
Daftar 10 Aset dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar di Dunia, Ada Bitcoin
Fakta Menarik Film Barat The Godfather Coda di Vidio, Hadirkan Versi Terbaru dari Trilogi Sebelumnya
Infografis Debat Terakhir Pilkada Jakarta 2024 dan Jurus 3 Calon Gubernur
Klasemen MotoGP 2024: Keunggulan Jorge Martin atas Francesco Bagnaia Terpangkas