Liputan6.com, Yogyakarta - Sultan Hamengkubuwono X mengaku tidak masalah jika dirinya dipancahi atau dilawan terkait Sabda Raja dan Dawuh Raja. Sebab menurut dia, kedua hal tersebut milik Allah SWT. Setiap perintah Allah SWT tidak boleh dilawan.
Sultan pun menjelaskan arti dipancahi yang dimaksudnya. Dipancahi itu baginya tidak hanya membantah, tapi juga melakukan perbuatan negatif yang ditujukan kepada pembicara. Jadi tidak pasif tapi aktif. Sultan membedakannya dengan paido (membantah).
Walaupun ada anggapan perintah itu terkesan mendadak. Namun baginya perintah itu tidak ada yang mendadak.
"Dawuh meniko mendadak sedinten sak derengipun. Wonten rayi sambat dawuh kok ndadak. Ora ono dawuh ndadak. Dawuh iku kawenengane gusti agung. Kabeh dawuh ora marengake kapancahi (perintah itu terjadi satu hari sebelumnya. Ada adik bilang perintah kok mendadak. Tidak ada perintah mendadak. Perintah itu miliknya Allah SWT. Semua perintah tidak diperbolehkan dilawan)," ujar Sultan di Ndalem Wironegaran Jumat 8 Mei 2015 malam.
Sultan mengaku dirinya hanya melaksanakan perintah Allah SWT dan para leluhur, karena dia takut dimurkai. Oleh karena itu setiap perintah tidak boleh dilawan.
"Dawuhe Gusti Agung iku lebur digulung jagad (Sebab perintahnya Allah SWT pasti hancur ditelan bumi). Raja yang mengeluarkan perintah mempunyai tanggung jawab yang lebih berat di hadapan Allah SWT. Itu keterangan berdasarkan perintah yang saya terima, menurut pendapat saya," ujar dia.
Sultan mengatakan, dia tidak masalah jika ada pertentangan terhadap Sabda Raja dan Dawuh Raja. Atas dasar itu, maka ia tak akan bereaksi ketika perintah raja dilawan. Karena baginya, respons tersebut lebih baik daripada dirinya yang dimurkai Tuhan.
"Aku ora popo dipancahi (Saya tidak apa-apa jika dilawan) oleh adik dan orang lain yang tidak tahu arti Sabda Raja dan Dawuh Raja," tutur dia.
Sultan juga memaparkan beberapa hal terkait Sabda Raja, ada poin yang diganti. Seperti namanya dari Kanjeng Sinuwun menjadi Sri, ketika usianya sudah memasuki usia senja. Mencocokkan gelar saat ini. Lalu pergantian gelar Buwono diganti Bawono. Kaping sedoso diganti ka sepuluh. Khalifatullah sayidin diganti laggenging toto panotogomo. (Tnt/Sss)