Kesal pada Tersangka, Deputi Pemberantasan BNN Banting Ekstasi

Suasana pengungkapan kasus penyelundupan 580.000 ekstasi di Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) tiba-tiba tegang.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 13 Mei 2015, 17:48 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 17:48 WIB
Kesal pada Tersangka, Deputi Pemberantasan BNN Banting Ekstasi
Suasana pengungkapan kasus penyelundupan 580.000 ekstasi di Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) tiba-tiba tegang.

Liputan6.com, Jakarta - Suasana pengungkapan kasus penyelundupan 580.000 ekstasi di Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) tiba-tiba tegang. Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim marah besar pada 7 tersangka hingga membanting ekstasi yang menjadi barang bukti.

Awalnya rilis kasus penangkapan jaringan Malaysia ini berlangsung normal. Suasana berubah saat acara sudah hampir sampai penghujung.

"Inilah manusia yang berencana menghancurkan bangsa Indonesia. Mereka tidak peduli berapa yang mati asal mereka dapat keuntungan," ujar Deddy sambil menujuk ke arah 7 tersangka yang duduk di belakang barang bukti, Rabu (13/5/2015).

Kemarahannya semakin menjadi. Nada suaranya mulai tinggi saat menjelaskan kondisi darurat narkoba saat ini. Terlebih berdasar data, 30 orang meninggal setiap harinya karena narkoba.

"Ini bukan dakwah. Saya bukan bermaksud berdakwah, tapi untuk menyadarkan bahwa kondisi sudah tidak bisa main-main lagi," tegas Deddy.

Sontak lobi gedung BNN yang dijadikan lokasi pengungkapan langsung hening. Deddy berdiri dari kursinya. Tangan kirinya lalu mengambil sekantung ekstasi dan membanting kantung itu ke tumpukan 580.000 butir ekstasi.

Deddy lalu menuju ke depan meja. Dia mendekati awak media yang sedari tadi mengikuti jalannya rilis. Dia mengkritik tindakan para aktivis HAM yang justru membela nasib para pengedar yang notabene menjadi perusak generasi bangsa.

Di sisi lain, mereka justru tidak memikirkan nasib anak-anak bangsa yang hancur karena narkoba. "Mereka selalu dibela. Tapi tidak pernah dikupas itu berapa yang meninggal karena narkoba, yang selalu dikupas mereka yang masih bisa mengendalikan di lembaga pemasyarakatan," ujar Deddy.

"Kondisi membutuhkan kerja sama kita, kesadaran kita. Ini extraordinary crime. Kita harus sedih," pungkas Deddy. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya