Liputan6.com, Jakarta - KPK kembali kalah dalam sidang praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang kali ini dimohonkan mantan Dirjen Pajak Hadi Poernomo. Kekalahan ketiga KPK dalam pradilan dinilai telah membuat masyarakat ragu dengan proses hukum yang selama ini dijalankan komisi anti-rasuah itu.
"Tiga kali kalah di pengadilan itu menyakitkan, apalagi dikalahkan dalam proses praperadilan. Kondisi ini akhirnya membuat masyarakat meragukan proses hukum yang dilakukan KPK," ujar Politikus PKS Aboebakar Alhabsy melalui pesan singkatnya, Rabu (27/5/2015).
Menurut anggota Komisi III DPR tersebut, dengan dikalahkannya KPK, mengungkapkan fakta apa yang sebenarnya terjadi di dalam lembaga pimpinan Taufiequrachman Ruki tersebut.
"Dulu banyak yang mempertanyakan kenapa proses penetapan tersangka dan pelimpahan berkasnya ke pengadilan begitu lama, demikian pula ada yang sudah jadi tersangka tapi lama diperiksa. Namun, di pengadilan terungkap ternyata ada penetapan tersangka tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, bahkan ada yang dilakukan tanpa ada bukti permulaan yang cukup," tutur Aboebakar.
Menurut dia, hal ini harus menjadi koreksi bagi KPK, di mana dalam penetapan tersangka harus sesuai dengan aturan yang ada.
"Ke depan harus lebih dipastikan bahwa penetapan tersangka sesuai dengan aturan yang ada. Apalagi Mahkamah Konstitusi sudah menetapkan bahwa penetapan tersangka dapat dijadikan sebagai obyek praperadilan sebagaimana putusan Nomor 21/PUU-XII/2015," kata dia.
Karena itu, lanjut Aboebakar, KPK perlu meningkatkan quality control untuk memastikan bahwa proses hukum yang dilakukan KPK sudah memenuhi kaidah aturan yang ada.
"Karenanya diperlukan quality control yang tinggi untuk memastikan bahwa proses hukum yang dilakukan KPK terhadap seorang tersangka telah memenuhi kaidah aturan hukum yang berlaku," pungkas Aboebakar.
Ultra Petita
Terpisah, Pelaksana Tugas Pimpinan KPK Indriyanto Seno Adji menampik proses hukum yang selama ini dijalankan KPK tak sesuai koridor hukum. Ia justru menilai putusan Hakim Haswandi banyak mengandung kekhilafan. "Putusannya mengandung beberapa kekhilafan Hakim," ujar Indriyanto.
Menurut dia, Hakim Haswandi memberi putusan melebihi permohonan Hadi Poernomo alias ultra petita. Dimana Hadi hanya meminta agar status tersangkanya dianggap tidak sah, tetapi putusan Hakim memerintahkan KPK hingga menghentikan penyidikannya.
"Padahal tegas jelas di Undang-Undang KPK, tidak memperkenankan KPK menerbitkan surat penghentian penyidikan," jelas Indriyanto.
Dia juga mempertanyakan pertimbangan Hakim yang mempermasalahkan keabsahan pengangkatan penyelidik dan penyidik KPK. "Itu justru sebenarnya menjadi domain Hakim TUN (Tata Usaha Negara)," kata dia.
Meski begitu, jelas dia, KPK akan tetap menghormati putusan Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut. Namun, KPK tidak akan tinggal diam.
"KPK tetap akan melakukan perlawanan secara hukum," pungkas Indriyanto. (Mut)
Kalah Praperadilan 3 Kali, Proses Hukum di KPK Meragukan?
KPK kembali kalah dalam sidang praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang kali ini dimohonkan mantan Dirjen Pajak Hadi Poernomo.
diperbarui 27 Mei 2015, 10:37 WIBDiterbitkan 27 Mei 2015, 10:37 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Chery J6 Mulai Dikirim ke Konsumen, Anya Geraldine Jadi Pemilik Pertama
Optimalkan Layanan Nataru, Airnav Indonesia Tambah Petugas di Bandara Soekarno Hatta
Momen Nataru, Dispar Gunungkidul Ajak Masyarakat Kembangkan Wisata Religi
Bangkit dari Kubur, Harry Maguire Kini Punya Masa Depan di Manchester United
Sidang Kasus Dugaan Korupsi Timah, Hitungan Luas Operasi Tambang Terkait Kerugian Lingkungan Disorot
Amstrong Sembiring Refleksikan Kasus Artis dan Dinamika Hukum Indonesia Sepanjang 2024
6 Khasiat Daun Jambu Biji, Solusi Alami untuk Menurunkan Kolesterol dan Gula Darah
Ibu Kota Taiwan Gunakan Anjing untuk Tingkatkan Keamanan Lingkungan, Bagaimana Caranya?
Pihak Harvey Moeis Pertanyakan Gugatan Jaksa Soal Penghitungan Kerugian Negara di Kasus Timah
Indonesia Jadi Negara Produsen Kopi Terbesar ke-4 Dunia
Lokasi Strategis jadi Dipertimbangkan Sebelum Beli Rumah dan Berinvestasi Properti
BSI Sudah Salurkan Pembiayaan Keuangan Berkelanjutan Rp 62,5 Triliun