Megawati Lelang Lukisan dan Suara Demi Kantor Baru PDIP

Kantor di Jalan Diponegoro No.58 Jakarta Pusat itu merupakan kantor bekas PDI Suryadi. Tempat terjadinya peristiwa berdarah Kudatuli.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 01 Jun 2015, 14:37 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2015, 14:37 WIB
Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarmoputri. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta Butuh 5 tahun membangun kantor baru PDIP. Menelan dana Rp 42,6 miliar. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bahkan sampai melelang lukisan dan suaranya.

Kini bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila pada Senin (1/6/2015), PDIP meresmikan kantor baru di bilangan Jakarta Pusat. Kantor yang terletak di Jalan Diponegoro No.58 Jakarta Pusat itu merupakan kantor bekas PDI Suryadi. Tempat terjadinya peristiwa berdarah 27 Juli 1996 yang dikenal dengan Kudatuli atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.

"Dana pembangunan ini menghabiskan Rp 42,6 miliar. Ini dibangun dari 5  tahun yang lalu sebelum pemilu. Bahkan Ibu Mega sampai lelang lukisan Bung Karno dan lelang suaranya (menyanyi) waktu itu," ujar Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di kantor baru DPP PDIP.

Hasto menuturkan, pendirian gedung tersebut juga sebagai bentuk kerja sama kepengurusan yang lalu. Sekjen sebelumnya Tjahjo Kumolo yang bersemangat agar gedung tersebut berdiri.

"Ini kepengurusan yang lama, waktu itu zamannya Pak Tjahjo jadi sekjen, beliau semangat sekali agar gedung ini bisa berdiri," ucap Hasto.

Di dalam gedung baru tersebut, tutur dia, di depan bangunannya berdiri 5  pilar berwarna merah yang melambangkan Pancasila. Selain itu di halamannya ada 2 pohon kamboja yang melambangkan keseimbangan.

"Lihat saja di depan ini ada 5 pilar, itu melambangkan 5 sila. Dan kemudian ada kamboja, itu melambangkan keseimbangan politik," jelas Hasto.

Dia menjelaskan, pemilihan tanggal 1 Juni untuk meresmikan kantor baru karena bisa sebagai simbol perubahan.

"Tanggal 1 Juni itu kan dikenal sebagai lambang founding father kita untuk menemukan dasar-dasar Indonesia. Karena itu peristiwa tersebut bisa menjadi momentum bagi setiap kader partai mengingat masa itu," pungkas Hasto.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya