Wakil Ketua MPR Kecam Media Asing yang Pelintir Pidato Megawati

Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mengecam media massa asing yang memelintir pernyataan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 20 Agu 2015, 17:27 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2015, 17:27 WIB
20150818-Megawati Jadi Pembicara Seminar Kebangsaan Memperingati Hari Konstitusi-Jakarta
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (kanan) didampingi Ketua MPR Zulkifli Hasan (kiri) dan Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang menghadiri seminar nasional kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/8). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mengecam media massa asing yang memelintir pernyataan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat berbicara dalam Seminar MPR. Kala itu Megawati berbicara tentang keberadaan KPK.

Pernyataan itu disampaikan Oesman Sapta secara terbuka saat meresmikan pembukaan acara Seminar bertema 'Mengkaji Gagasan Kenegaraan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri' di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Pria yang karib disapa Oso itu mengaku masih mengingat isi pidato Megawati, karena dirinya hadir dalam acara itu. Seingat dia, Megawati menyampaikan pemikiran orisinil dan objektif soal kondisi ketatanegaraan dan masyarakat Indonesia terkini.

Salah satu topik yang disampaikan Megawati adalah mengenai KPK. Dimana Megawati menekankan bahwa bila korupsi sudah tak ada di Indonesia, maka KPK bisa dibubarkan sebagai lembaga ad hoc.

"Itu yang saya dengar dan saya tangkap selain Ibu Mega menyampaikan gagasan lain. Namun saya kaget ketika media massa menulisnya tak lengkap dan memelintir. Bahwa KPK sifatnya ad hoc dan gagasan membubarkan KPK. Ini dilakukan media luar negeri ya. Kalau media dalam negeri tak ada yang menulisnya," kata Oesman Sapta.

Dia mengaku, atas ulah media asing itu, logika yang dimilikinya masih tetap tak bisa menerima. "Karena ini adu domba. Bisa-bisa media massa kita terpengaruh," ketus dia.

Bahkan Oso mempertanyakan bagaimana mungkin gagasan brilian Megawati ditulis jadi berita menyesatkan. "Bahkan berita itu sudah mengarah kepada pembunuhan karakter orang. Jangan sekali-kali itu dilakukan," ujar dia.

Selain itu, Oso menekankan, biarkan demokrasi di Indonesia berkembang dengan baik, jangan sampai dinodai pemikiran-pemikiran dan gagasan yang malah menyudutkan.‎ "Saya kira hal seperti ini tak boleh lagi terjadi di negara di mana Pancasila sebagai dasar negara," sebut dia.

Pada kesempatan itu, Oso juga merasa momentum itu menyadarkan pihaknya soal pentingnya memastikan efektivitas transfer pesan terkait ide-ide kenegarawanan. Salah satunya adalah soal peran media massa.

Karenanya, dia menilai perlu diadakan sebuah seminar khusus untuk memikirkan ulang kondisi media massa saat ini, dan sejauh mana UU Pers sesuai dengan 4 Pilar Kebangsaan. Menurut dia, media massa dari pihak luar semakin liar.

"Tapi itu semua pers luar negeri loh, bukan pers dalam negeri. Pers merdeka. Saya setuju. Tapi harus bertanggung jawab. Kalau salah, ya harus tanggung jawab. Bukan menakut-nakuti agar media hati-hati. Tapi ya bertanggung jawab," tegas Oesman Sapta.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR RI, Ahmad Basarah menambahkan, memang kerap kali pesan-pesan terkait topik konstitusi tak sampai ke masyarakats secara baik. Sebab fungsi media tak berjalan sebagaimana mestinya.

"Karena itu saya kira pentingnya seminar yang mengkaji pemikiran Presiden Kelima RI Ibu Megawati. Dan sekaligus membahas bagaimana mentransfer pemikirannya, sehingga pesannya sampai ke masyarakat dengan baik," kata Basarah. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya