Warga Kampung Pulo Heboh, 1 Rumah Tak Bisa Dirobohkan Ekskavator

Kini, hampir seluruh bangunan di RW 3 sudah diratakan dengan tanah. Tinggal rumah berlantai 2 ini yang masih berdiri kokoh.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 21 Agu 2015, 19:53 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2015, 19:53 WIB
Warga Kampung Pulo Heboh, 1 Rumah Tak Bisa Dirobohkan Eskavator
Rumah milik Haji Musa di RT 11 RW 3 Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Eksekusi lahan permukiman Kampung Pulo, Jakarta Timur selain diwarnai penolakan dari warga, ada juga kejadian unik. Mendadak, warga setempat berbondong-bondong ke bantaran Kali Ciliwung itu, tempat beberapa ekskavator merobohkan bangunan.

Bukan melihat aktivitas penggusuran, perhatian warga justru terpusat ke sebuah bangunan yang masih berdiri kokoh di bibir sungai. Mereka heboh, lantaran rumah milik Haji Musa itu tidak dapat dirobohkan ekskavator. Padahal, rumah itu masuk zona merah proyek normalisasi Kali Ciliwung.

‎"Rumahnya Pak Haji Musa enggak bisa diangkat, bu. Itu yang di pinggir. Banyak yang ke sana, tuh. Ini saya mau lihat," ujar seorang ibu kepada sejumlah warga Kampung Pulo, Jakarta Timur, Jumat (21/8/2015).

Warga Kampung Pulo lain, Titin, juga mengaku heran dengan kejadian langka itu. Menurut dia, ekskavator sudah berusaha merobohkan rumah yang ada di RT 11 RW 3 itu, ‎namun mesin alat berat itu mendadak mati.

Padahal, kata Titin, saat digunakan untuk merobohkan bangunan lain, mesin Ekskavator berjalan normal. Ekskavator kemudian memilih merobohkan bangunan lain.

"Mesinnya mati terus. Enggak bisa ngangkat rumah‎nya. Sampai 3 kali tadi dicoba, tapi mati terus," tutur perempuan paruh baya itu.

Kini, hampir seluruh bangunan di RW 3 sudah diratakan dengan tanah. Tinggal rumah berlantai 2 yang membelakangi Ciliwung ini masih berdiri kokoh.

Rumah tersebut konon kerap dijadikan warga Kampung Pulo sebagai tempat pengajian. ‎Sehingga sebagian warga menganggap wajar jika rumah tersebut memiliki keistimewaan.

"Itu biasanya dulu setiap hari Jumat dipakai untuk ngaji. Tapi pemiliknya sudah meninggal. Yang menempati keluarganya sekarang. Tapi sudah pada pindah ke rusun semua," pungkas Titin. (Rmn/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya