Penyebab Darah Tinggi, Berikut Faktor Risiko dan Cara Mencegahnya

Kenali berbagai penyebab darah tinggi dan faktor risikonya. Pelajari cara mencegah dan mengelola hipertensi untuk menjaga kesehatan jangka panjang Anda.

oleh Shani Ramadhan Rasyid Diperbarui 15 Apr 2025, 12:19 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2025, 12:17 WIB
penyebab darah tinggi
penyebab darah tinggi ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum di masyarakat. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak ditangani dengan tepat, hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, gangguan ginjal, dan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai penyebab darah tinggi serta faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini.

Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam pembuluh arteri meningkat secara kronis. Tekanan darah dinyatakan dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (saat jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (saat jantung berelaksasi). Seseorang didiagnosis mengalami hipertensi jika tekanan darahnya secara konsisten berada di atas 130/80 mmHg.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama:

  1. Hipertensi Primer (Esensial): Jenis hipertensi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% kasus. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan gaya hidup.
  2. Hipertensi Sekunder: Jenis hipertensi yang disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Meskipun lebih jarang terjadi, hipertensi sekunder dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang lebih signifikan.

Faktor Risiko Penyebab Darah Tinggi

Meskipun penyebab pasti hipertensi primer belum diketahui, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami tekanan darah tinggi. Faktor-faktor risiko ini dapat dibagi menjadi dua kategori: faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat dimodifikasi.

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

  • Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pembuluh darah cenderung menjadi kurang elastis seiring waktu.
  • Jenis Kelamin: Pria cenderung memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, terutama sebelum usia 55 tahun. Namun, setelah menopause, risiko hipertensi pada wanita meningkat.
  • Riwayat Keluarga: Seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
  • Etnis: Beberapa kelompok etnis tertentu memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

  • Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan perubahan metabolisme yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.
  • Pola Makan Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol dapat meningkatkan risiko hipertensi.
  • Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari atau kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko obesitas dan hipertensi.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan: Minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko komplikasi kardiovaskular.
  • Merokok: Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
  • Stres: Tingkat stres yang tinggi dan kronis dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.
  • Konsumsi Kafein Berlebihan: Meskipun efeknya bervariasi pada setiap individu, konsumsi kafein yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang.

Penyebab Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Beberapa penyebab umum hipertensi sekunder meliputi:

  • Penyakit Ginjal Kronis: Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan retensi cairan dan natrium, yang berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.
  • Gangguan Endokrin: Kondisi seperti hipertiroidisme, sindrom Cushing, atau feokromositoma dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
  • Penyakit Pembuluh Darah: Stenosis arteri renal atau koarktasio aorta dapat menyebabkan hipertensi.
  • Obat-obatan: Beberapa obat seperti pil KB, dekongestan, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan kortikosteroid dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Sleep Apnea: Gangguan pernapasan saat tidur ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, terutama pada malam hari.

Gejala dan Tanda Hipertensi

Hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Banyak orang dengan hipertensi tidak menyadari kondisi mereka sampai terdeteksi saat pemeriksaan rutin atau ketika komplikasi telah terjadi. Namun, dalam beberapa kasus, terutama jika tekanan darah sangat tinggi, beberapa gejala mungkin muncul:

  • Sakit kepala, terutama di bagian belakang kepala dan terjadi di pagi hari
  • Pusing atau vertigo
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Mual dan muntah
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Detak jantung tidak teratur
  • Darah pada urin
  • Wajah kemerahan
  • Kelelahan yang tidak biasa

Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak spesifik untuk hipertensi dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lain. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting untuk mendeteksi hipertensi sejak dini.

Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi umumnya dilakukan melalui pengukuran tekanan darah yang konsisten tinggi dalam beberapa kali kunjungan ke dokter. Proses diagnosis biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Pengukuran Tekanan Darah: Dokter akan mengukur tekanan darah Anda menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran dilakukan setidaknya dua kali dengan jarak waktu beberapa menit.
  2. Riwayat Medis: Dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan Anda, termasuk riwayat keluarga, gaya hidup, dan faktor risiko lainnya.
  3. Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda komplikasi atau penyebab sekunder hipertensi.
  4. Tes Laboratorium: Beberapa tes darah dan urin mungkin diperlukan untuk memeriksa fungsi ginjal, kadar elektrolit, kolesterol, dan glukosa darah.
  5. Tes Tambahan: Tergantung pada hasil pemeriksaan awal, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan seperti elektrokardiogram (EKG), ekokardiogram, atau tes fungsi ginjal lanjutan.

Penanganan dan Pengobatan Hipertensi

Penanganan hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang aman dan mengurangi risiko komplikasi. Strategi penanganan biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup dan pengobatan, tergantung pada tingkat keparahan hipertensi dan faktor risiko individu.

Perubahan Gaya Hidup

  • Pola Makan Sehat: Menerapkan diet rendah garam (natrium), tinggi serat, dan kaya akan buah-buahan serta sayuran. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) sering direkomendasikan.
  • Olahraga Teratur: Melakukan aktivitas fisik sedang selama minimal 150 menit per minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah.
  • Manajemen Berat Badan: Menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Pembatasan Alkohol: Membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas per hari untuk pria.
  • Berhenti Merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi hipertensi.
  • Manajemen Stres: Menerapkan teknik relaksasi, meditasi, atau yoga untuk mengelola stres.

Pengobatan Farmakologis

Jika perubahan gaya hidup tidak cukup untuk mengontrol tekanan darah, dokter mungkin meresepkan obat-obatan antihipertensi. Beberapa jenis obat yang umum digunakan termasuk:

  • Diuretik
  • ACE inhibitor
  • Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
  • Calcium Channel Blocker
  • Beta-blocker

Pemilihan obat akan disesuaikan dengan kondisi individu, termasuk usia, jenis kelamin, etnis, dan kondisi medis lainnya. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat dan melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau efektivitas pengobatan.

Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi kesehatan jangka panjang. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

  • Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, terutama jika Anda memiliki faktor risiko hipertensi.
  • Pola Makan Seimbang: Konsumsi makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak. Batasi asupan garam, lemak jenuh, dan kolesterol.
  • Aktivitas Fisik Teratur: Lakukan olahraga sedang seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda selama minimal 30 menit per hari, 5 hari dalam seminggu.
  • Jaga Berat Badan Ideal: Pertahankan indeks massa tubuh (IMT) dalam rentang normal (18,5-24,9).
  • Batasi Konsumsi Alkohol: Jika Anda memilih untuk minum alkohol, lakukan dengan moderasi.
  • Hindari Rokok: Jika Anda merokok, carilah bantuan untuk berhenti. Hindari juga paparan asap rokok pasif.
  • Kelola Stres: Praktikkan teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam.
  • Tidur yang Cukup: Usahakan untuk tidur 7-9 jam setiap malam.
  • Pantau Kesehatan Secara Keseluruhan: Kontrol kondisi medis lain yang mungkin Anda miliki, seperti diabetes atau kolesterol tinggi.

Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk:

  • Penyakit Jantung Koroner: Hipertensi dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan arteri koroner, meningkatkan risiko serangan jantung.
  • Stroke: Tekanan darah tinggi dapat merusak dan melemahkan pembuluh darah di otak, meningkatkan risiko stroke.
  • Gagal Jantung: Hipertensi membuat jantung bekerja lebih keras, yang dapat menyebabkan pembesaran dan pelemahan otot jantung.
  • Penyakit Ginjal Kronis: Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dan nefron di ginjal, mengganggu fungsi penyaringan ginjal.
  • Retinopati Hipertensif: Kerusakan pada pembuluh darah retina yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan atau kebutaan.
  • Disfungsi Ereksi: Hipertensi dapat mengganggu aliran darah ke organ reproduksi, menyebabkan masalah seksual.
  • Aneurisma: Pelemahan dan pembesaran dinding pembuluh darah yang dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal yang mengancam jiwa.

Mitos dan Fakta Seputar Hipertensi

Terdapat beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait hipertensi. Penting untuk membedakan antara mitos dan fakta untuk pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini:

Mitos 1: Hipertensi selalu menimbulkan gejala yang jelas

Fakta: Hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" karena banyak orang dengan tekanan darah tinggi tidak mengalami gejala apa pun. Itulah mengapa pemeriksaan rutin sangat penting.

Mitos 2: Orang muda tidak perlu khawatir tentang hipertensi

Fakta: Meskipun risiko hipertensi meningkat seiring usia, orang muda juga dapat mengalami tekanan darah tinggi, terutama jika mereka memiliki faktor risiko seperti obesitas atau riwayat keluarga.

Mitos 3: Jika tekanan darah saya normal, saya tidak perlu memeriksanya lagi

Fakta: Tekanan darah dapat berubah seiring waktu. Pemeriksaan rutin penting untuk semua orang, bahkan bagi mereka yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.

Mitos 4: Hipertensi hanya masalah bagi pria

Fakta: Hipertensi dapat memengaruhi baik pria maupun wanita. Setelah menopause, wanita bahkan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pria pada usia yang sama.

Mitos 5: Saya tidak perlu obat jika saya merasa baik-baik saja

Fakta: Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala. Menghentikan pengobatan tanpa konsultasi dokter dapat meningkatkan risiko komplikasi serius.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter

Meskipun hipertensi sering tidak menimbulkan gejala, ada beberapa situasi di mana Anda harus segera mencari bantuan medis:

  • Jika Anda mengalami sakit kepala parah yang tiba-tiba, terutama jika disertai dengan kebingungan atau penglihatan kabur.
  • Jika Anda mengalami nyeri dada, sesak napas, atau detak jantung yang tidak teratur.
  • Jika Anda mengalami gejala stroke, seperti kelemahan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau perubahan penglihatan yang tiba-tiba.
  • Jika Anda hamil dan mengalami sakit kepala parah, penglihatan kabur, atau bengkak yang signifikan.
  • Jika Anda memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan mengalami peningkatan yang signifikan saat pemeriksaan mandiri di rumah.

Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin, terutama jika Anda memiliki faktor risiko hipertensi. Konsultasikan dengan dokter Anda tentang seberapa sering Anda harus melakukan pemeriksaan berdasarkan kondisi kesehatan Anda.

Kesimpulan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. Memahami penyebab darah tinggi dan faktor-faktor risikonya sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengelolaan kondisi ini. Meskipun beberapa faktor risiko seperti usia dan genetika tidak dapat diubah, banyak faktor lain yang dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup.

Pencegahan dan pengelolaan hipertensi melibatkan kombinasi dari pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, manajemen stres, dan dalam beberapa kasus, pengobatan yang diresepkan oleh dokter. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin juga sangat penting untuk deteksi dini dan pemantauan efektivitas pengobatan.

Ingatlah bahwa hipertensi adalah kondisi yang dapat dikelola. Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab dan faktor risikonya, serta komitmen untuk menjalani gaya hidup sehat, Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk panduan yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya