Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Abdul Djamil memastikan [jemaah calon haji Indonesia]( 2316691 "") yang menunaikan hari Tarwiyah (8 Zullhijah) sebelum pelaksanaan wukuf di Arafah, tetap akan dimonitor dan didampingi petugas.
Penegasan ini disampaikan Abdul Djamil saat rapat koordinasi persiapan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) bersama Daker Mekah dan Amirul Hajj.
"Kita tidak membiarkan Tarwiyah. Jangan sampai Tarwiyah dianggap melenceng. Jemaah Tarwiyah tetap dikawal," ucap Abdul Djamil, seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (16/9/2015).
Tarwiyah adalah berangkat ke Mina terlebih dahulu, baru menuju Arafah. Cara ini pernah dilaksanakan Rasulullah SAW pada 8 Zulhijah tahun 10 Hijriah. Jemaah Indonesia haji pada umumnya menempuh jalur dari pemondokan langsung menuju Arafah, tidak ke Mina terlebih dahulu.
"Hanya saja alur yang kita gunakan adalah dari pemondokan langsung ke Arafah. Untuk yang Tarwiyah tetap kita kawal. Maktab juga kita koordinasikan," jelas Djamil.
Imbauan Menag
Sebelumnya Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan inti dari puncak haji adalah wukuf di Arafah. "Biasakan pola hidup sehat dan jangan memforsir diri untuk melakukan ibadah-ibadah sunah. Agar jemaah bisa menjaga stamina dan kesehatannya saat nanti berada di Arafah," ujar Menag yang juga sebagai Amirul Hajj kepada Liputan6.com.
Advertisement
Menag menjelaskan terkait hari Tarwiyah pemerintah tidak melarang, sepenuhnya diberikan kepada jemaah berdasarkan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) masing masing.
"Jadi bagi jemaah yang ingin memisahkan diri dari ketentuan yang sudah diatur pemerintah, kami persilakan, dengan catatan harus bertanggung jawab, ketua regunya, ketua rombongannya, ketua kloternya harus mencatat betul setiap jemaah yang memisahkan diri dari rombongan resmi kloter.
"Pemimpinnya harus bertanggung jawab atas transportasi dan konsumsi anggota jemaahnya, ketika melakukan tanazul (pemisahan diri dari rombongan resmi)," ucap Lukman Hakim.
Senada dengan Menag, Kabid Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH Ali Rokhmad mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan 2 orang yang akan bertugas sebagai pembimbing ibadah bagi jemaah yang memilih melakukan Tarwiyah.
Pergerakan Jemaah Dimonitor
Menurut Ali, mereka berdua nantinya akan bergabung dengan petugas dari unsur kesehatan dan perlindungan jemaah untuk memonitor pergerakan jemaah haji Indonesia.
Ali menjelaskan pula, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan menempatkan petugas di Kantor Misi Haji yang di Mina. Petugas itu nantinya akan me-monitoring dan pengamatan terhadap pergerakan jemaah haji Indonesia yang melaksanakan Tarwiyah.
"Di sana ada petugas yang akan melakukan pengamatan dari jauh. Kita akan memberikan bantuan dan siap dimintai bantuan baik dari aspek kesehatan maupun bimbingna ibadah," urai Ali.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada musim haji kali ini, tim bimbingan ibadah haji akan ikut bersama tim kesehatan dan tim perlindungan jemaah dalam memonitor pergerakan jemaah.
Keberadaan tim ibadah dimaksudkan untuk memperkuat tim monitoring Tarwiyah, mengingat pada tahun sebelumnya pernah ada jemaah wafat saat menjalani Tarwiyah. "Batasan tugas tim ini hanya monitor dan akan membantu jemaah yang memerlukan bantuan," terang Ali.
Dari data yang ada, Ali Rokhmad mengatakan bahwa setiap tahun jemaah yang memilih untuk melakukan tarwiyah terus meningkat. "2 Tahun lalu 10 ribu, kemarin 12 ribu, sekarang masih didata...nanti akan kita jadikan tema muzakarah perhajian pada tahun depan," pungkas Ali.
Katering Berhenti Sementara
Sementara itu layanan katering makan siang di Kota Mekah, Arab Saudi, berhenti sementara sejak Selasa 15 September lalu. Jemaah calon haji Indonesia pun diminta mengantisipasi hal ini dengan cara memasak atau membeli makanan untuk makan siang.
Sebelumnya saat mengunjungi perusahaan katering Al-Munief pada Senin 14 September lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, mulai Selasa 15 September 2015 layanan akan berhenti sementara. Sebab lalu lintas di Mekah sudah sangat padat dan tidak memungkinkan untuk pendistribusian makan siang.
"Ada beberapa jalan di Mekah yang ditutup menjelang wukuf," ucap Menteri Agama selaku Amirul Hajj Jemaah Haji Indonesia usai berkunjung ke dua perusahaan katering dan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekah, Senin 14 September lalu. Dua perusahaan yang dikunjungi, yaitu Al-Munief dan Al-Ahmadi.
Menag sempat bertanya kepada Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis mengenai pemberhentian sementara layanan katering di Mekah.
"Apakah pemberhentian sementara layanan katering di Mekah ini sudah disosialisasikan kepada jemaah?" tanya Lukman Hakim.
Menurut Sri Ilham, jemaah sudah diinformasikan bahwa layanan katering haji untuk makan siang akan berhenti mulai 15 September 2015. Jemaah akan kembali mendapatkan layanan makan siang pada 2 Oktober atau sembilan hari setelah prosesi wukuf di Arafah.
Kepada Lukman Hakim, Sri Ilham menyatakan, jemaah juga akan menerima layanan katering ketika melakukan rangkaian ibadah haji di Arafah, Mudzalifah, dan Mina (Armina). "Ada 15 kali makan selama di Armina," beber dia. Jemaah juga akan mendapatkan satu snack ketika di Mudzalifah.
Adapun pemerintah Arab Saudi sudah menetapkan Iduladha jatuh pada 24 September 2015. Dengan demikian, prosesi ibadah haji akan dimulai pada 8 Zulhijah atau 22 September 2015 ketika jemaah bergerak ke Padang Arafah. Pada 9 Zulhijjah atau 23 September 2015, jemaah akan menunaikan ibadah wukuf di Arafah. (Ans/Ian)
Advertisement