Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengakui profesionalisme Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dalam mengungkap seterang-terangnya kasus pembunuhan bocah F (9), korban pedofilia yang tewas dalam kardus. Ia mengatakan polisi reserse terlihat sangat berhati-hati dalam menyasar pelaku pembunuhan keji tersebut.
"Khusus (pembunuhan bocah F di) Kalideres, saya melihat kehati-hatian yang sangat dari pihak kepolisian," ujar Khofifah saat meninjau penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Kemirirejo, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu 10 Oktober 2015.
Misalnya, jelas Khofifah, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti yang dengan sabar melakukan Crime Scientific Identification (CSI) untuk mencari satu per satu alat bukti dalam kasus ini. Sehingga tidak terkesan terburu-buru dalam menetapkan seseorang sebagai tersangka.
"Pak Krishna Murti, misalnya, berkata kepada saya, 'Oh iya Bu, ini masih potensial witness. Belum potensial suspect sebelum mendapatkan bukti yang cukup.' Itu adalah kehatia-hatian dalam rangka pengembangan investigasi," ujar Khofifah.
Khofifah pun mengatakan, dalam setiap penyelidikan, polisi tidak bisa dibiarkan sendirian. Masyarakat harus mendukung jika memiliki informasi mengenai tindakan melawan hukum yang terjadi di lingkungan mereka.
Ia pun percaya akan banyak kasus serupa dengan yang dialami bocah F, dapat dibongkar kepolisian dengan melihat kinerja seperti itu.
"Polisi tidak boleh dibiarkan sendirian untuk melakukan penyelidikan, investigasi dari kasus-kasus seperti ini. Informasi dari berbagai kalangan masyarakat menjadi sangat penting untuk mempercepat proses investigasi oleh kepolisian. Saya kira banyak kasus yang bisa diungkap secara detail (oleh Polda Metro Jaya)," terang dia.
Polisi telah menetapkan Agus Darmawan alias Agus Pe'a sebagai tersangka pembunuh bocah dalam kardus yang mengegerkan warga Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Menurut kepolisian, Agus tidak lagi mampu mengelak setelah polisi menghadapkan dia pada seluruh alat bukti yang telah didapat aparat.
Seperti hasil DNA yang cocok dengan sampel DNA di keringat yang menempel di kaos kaki bocah SD itu, bercak darah di seprai Agus dan kesaksian para warga yang menceritakan perilaku Agus yang kerap berusaha mencabuli bocah dan mengajari mereka cara memakai narkoba.
Tewasnya bocah SDN 05 Kalideres, F (9) menjadi atensi masyarakat karena ia meregang nyawa dengan proses yang keji. F sebelumnya ditemukan terbujur kaku dengan posisi badan tertekuk di dalam sebuah kardus yang tergeletak di gang pinggir Jalan Sahabat Kampung Belakang, Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Sabtu 3 Oktober 2015.
Saat ditemukan sekelompok pemuda yang tengah melintas, kondisi jasad bocah F sangat mengenaskan dengan mulut dilakban, tangan dan kakinya juga dililit lakban.
Hasil autopsi mengungkapkan bocah F mengalami kekerasan seksual dan fisik yang akhirnya membuat meregang nyawa. Identitas gadis kecil ini baru terungkap usai keluarga mendatangi kamar jenazah RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur setelah mendengar pemberitaan mengenai penemuan mayat bocah perempuan di media elektronik pada Sabtu siang 3 Oktober lalu. (Ans/Vra)